*****
Tidak memerlukan waktu lama, Caca dan Hanif sampai di depan gang rumah Caca. "yaudah turun ! Tunggu apa lagi?! Tunggu aku bukain pintu ?!" ujar Hanif sedikit meledek sambil tersenyum bengis.
Caca pun langsung membuka pintu mobil sambil menoleh ke arah Hanif dengan tatapan kesal dan langsung turun dari mobil itu. Ketika Caca baru lima langkah dari pintu mobil, Hanif menurunkan kaca jendela mobil ferarri nya untuk mengatakan sesuatu pada Caca.
"oyy!! Aku kasi kamu waktu satu hari untuk masalah pernikahan tadi!aku gak punya banyak waktu untuk nunggu kamu berfikir!" kata Hanif sambil menatap tajam ke arah Caca yang menatap nya dengan wajah bingung bercampur kesal.
Belum sempat Caca menjawab perkataan nya, Hanif pun langsung menjalankan mobil nya sambil melambaikan tangan nya dari jendela mobil nya.
Caca berjalan kerumah nya yang tidak begitu jauh dari mulut gang tempat ia di turunkan oleh Hanif tadi. Saat sedang berjalan menuju rumah nya dari kejauhan Caca melihat ada Maymunah ibu dari bapak nya duduk di teras rumah nya sedang berbicara dengan Naning ibu nya.
"Assalammualaikum"salam Caca kepada nenek dan ibu nya. Caca yang sejak awal melihat keberadaan Maymunah di rumah nya sudah merasa aneh pasti ada sesuatu yang membawa nya datang kerumah mereka, karna tidak biasa Maymunah menyambangi rumah nya.
"Caca uda tau belum? Minggu depan si Gusti sepupu mu itu mau menikah lo" kata Maymunah dengan sumringah memberitahukan pada Caca perihal pernikahan cucu kesayangan nya.
Gusti adalah sepepu perempuan Caca, anak dari pak cik nya Caca yang bernama Parman. Kabar nya Gusti akan menikah dengan seorang saudagar tekstil di salah satu pusat perbelanjaan ternama di daerah mereka tinggal.
"Hebat loh si Gusti itu, uda cantik dapat calon orang kaya lagi! nanti setelah menikah Gusti akan di beri modal untuk buka usaha sendiri dan akan di kuliahkan juga kata nya" cerita Maymunah melanjutkan cerita nya sambil terus menyanjung-nyanjung cucu kesayangan nya di hadapan Caca dan Naning.
Naning yang sudah tidak terkejut dengan sikap mertua nya itu pun hanya menjawab "hmmm…iya hebat ya buk, bagus rezeki nya si Gusti bu, ikut senang dengar nya ya bu" ucap Naning sambil tersenyum kenarah Caca yang sudah terlihat mulai kesal.
Caca yang sudah tak sanggup mendengarkan nenek nya pun langsung bangkit dari duduk nya dan melangkah masuk kedalam rumah untuk berganti pakaian dan istirahat.
"Caca masuk dulu buk, capek, mau istirahat buk ya" kata Caca sambil berjalan masuk. Melihat Caca yang berjalan masuk Maymunah berkata "itu si Caca sekarang ngapain? Apa mau gorang kerupuk terus-terusan ? Carik lah calon suami kalo uda tidak sekolah lagi, ngapain lagi di rumah?! Nanti keenakan, keterusan jadi perawan tua loh" ujar Maymunah tanpa memikirkan perasaan Naning dan Caca yang mendengar perkataan nya.
Caca yang mendengar semua itu menjadi naik geram. Caca pun langsung masuk ke kamar dan membanting pintu kamar nya hingga terdengar oleh Naning dan Maymunah di depan. Naning hanya tersenyum ketika Maymunah terlihat sedikit terkejut dengan suara pintu yang di banting Caca.
Ketika malam hari seperti biasa, Bayu, Naning, Caca, Luna dan Amira berkumpul diruang tengah rumah mereka, duduk bersama di atas tikar untuk menyantap makanan yang sudah tersusun rapi di meja bulat kecil milik keluarga mereka.
"Itu si Gusti kok mujur sekali ya nasib nya, heeeh dapat calon suami, kok ya uda ganteng, kaya lagi" ujar Bayu tiba-tiba memulai percakapan sambil mengunyah makanan di mulut nya memecahkan suasana hening malam itu.
"Ya rezeki orang kan memang beda-beda pak, sudah ada yang mengatur juga" ujar Naning menyambut perkataan Bayu sambil melihat kearah Caca yang langsung berubah wajah nya karna tidak suka dengan topik pembicaraan Bayu malam itu.
Caca yang mendengar pembahasan malam itu menjadi sedikit terusik. Dalam benak nya Caca bertanya "apa harus menikah dengan orang kaya dulu baru bisa dikatakan beruntung" fikir nya sedikit kesal.
Caca pun segera menyelesaikan makan nya. Setelah itu Caca langsung bangun dari duduk nya dan membawa piring kotor nya ke dapur, sambil Caca mencuci tangan nya dan setelah itu Caca masuk ke kamar tidur nya. Caca menjadi tidak ada selera untuk berkumpul dengan keluarga nya malam itu.
Setelah masuk kamar, Caca menjatuhkan badan nya ke kasur yang berseprai warna ungu bermotif bunga-bunga dan Caca memejamkan kedua mata nya. Caca kembali bergumam sendiri "apa memang kekayaan aja yang menjadi tolak ukur untuk orang beruntung-atau tidak beruntung nya?! Kok seperti nya bapak bangga banget ya sama si Gusti seperti aku ini gak ada apa-apa nya di bandingkan Gusti" gumam nya.
"kriiiiiing….kriiiiiing….kriiiing" tiba-tiba telfon genggam milik Caca berdering saat Caca hampir terlelap dan memecah lamunan Caca. Sontak Caca pun terkejut dan langsung bangun untuk mengambil handphone nya dan melihat siapa gerangan yang menghubungi nya malam-malam begini.
Saat Caca melihat siapa yang menelfon ia pun terkejut ternyata Hanif yang menelphone nya. Tidak biasa Hanif melnelfon nya, apa lagi ini sudah malam. Caca yang masi kesal mengngat tingkah Hanif sore tadi pun sengaja membiarkan dulu telfon nya berdering dan akan mengangkatnya di detik-detik terakhir sebelum panggilan itu berakhir.
"Halo, selamat malam mas arogan! Ada apa nelfon malam-malam, ada yang bisa saya bantu?!" ujar Caca yang langsung mencecar Hanif dengan olokannya. Caca selalu merasa terhibur jika mengolok atau melawan perkataan Hanif. Hanif sering kehabisan kata untuk melawan nya.
Caca tak pernah berbicara serius pada Hanif, setiap perkataan Hanif pun hanya dianggap gurauan saja bagi Caca. Itu sebab nya setiap kali mereka bertemu atau berbicara selalu ada pertengkaran yang terjadi di antara mereka.
"Selamat malam juga buat calon istri ku tersayang, aku sengaja nelfon kamu malam-malam begini untuk mastiin aja, kalo calon istri ku ini masih ada, gak kabur kemana-mana kan?!" ujar Hanif menjawab perkataan Caca dengan nada sedikit menye-menye.
"Calon istri?! Siapa juga yang mau jadi istri kamu!ngaco banget deh!" ujar Caca yang semakin geram pada nya.
Hanif yang tidak suka dengan penolakan apa lagi kekalahan, langsung berkata "aku ga lagi mintak persetujuan kamu, aku Cuma mau ngasi tau kamu, kalo kamu harus siap-siap karna aku Hanif Al-warits akan segera jadi suami kamu, yang suka atau gak sukak, mau atau gak mau, kamu harus terima" kata Hanif sambil mematikan telfon di akhir pembicaraan nya.
Caca tak menggubris apa yang di katakan oleh Hanif, Caca hanya berfikir kalau Hanif sedang manakut-nakuti nya saja. Caca pun kembali merebahkan tubuh nya kembali kekasur, dan entah bagaimana tanpa ia sadari mata nya pun terpejam, dan untuk sejenak Caca melupakan segala hal yang mengganggu fikirannya satu harian ini.