*****
"Assalammualaikum" salam Caca saat memasuki pintu rumah nya. Pandangan Caca langsung terpana melihat ada orang yang tidak di kenali nya yang ada di ruang tamu rumah nya sore itu.
"Waalaikumsalam" jawab serentak seisi rumah itu menjawab salam dari Caca sembari menyambut kedatangan Caca yang berdiri dipintu rumah dengan senyum.
Reaksi Caca hanya terdiam dan melongo melihat orang-orang yang ada di hadapan nya. Dilihat nya ada Hanif dan dua orang tua yang tidak di kenali nya duduk di bangku ruang tamu nya dengan pakaian sangat rapi seakaan mau menghadiri acara besar dan resmi saja. Perasaan Caca melihat semua ini menjadi tidak enak.
"Nak kok malah bengong sih? Yuk duduk sini sama ibu dan bapak" ujar Naning sambil menjemput Caca dari depan pintu untuk duduk di bangku coklat tua yang ada di ruang tamu rumah mereka.
Caca pun mengikuti tuntunan ibu nya dan duduk di tengah-tengah antara Naning dan Bayu. Namun mata Caca mentap tajam ke arah Hanif sambil terus menggumam antara heran dan kesal.
"Apa lagi yang direncanain sama ni orang" gumam nya sambil menggenggam kedua tangan nya. Itu memang sudah menjadai kebiasaan Caca saat ia sedang merasa tidak tenang Caca akan menggenggam erat kedua tangan nya atau jika tidak Caca akan memetik-metik kuku jempol nya.
"Jadi kamu ini gadis manis yang nama nya Caca yaaaa? Hmmm manis, pantas saja Hanif kesem-sem bukan main sama kamu" ujar seorang laki-laki paruh baya yang terlihat sangat wibawa dan dipadu dengan setelan jas hitam yang sangat rapi tak berda jauh dengan Hanif biasa nya.
Mendengar lelaki ini sudah mengenali dan mengetahui nama nya, Caca menjadi terkejut. Karna ia sendiri tidak tahu siapa mereke kecuali Hanif. Maka tak heran jika Caca dibuat berfikir keras akan semua ini oleh Hanif dan semua orang.
"I…iya saya Caca" jawa Caca sedikit terbatah-batah sambil menganggukan kepala nya. Caca menjadi semakin tidak tenang. Sejenak fikiran nya langsung terbayang perkataan Hanif tadi pagi.
Dari ekspresi wajah Caca sangat terlihat bahwa ia dalam keadaan bingung. Caca sama sekali tak memahami kondisi apa yang sedang di hadapi nya saat ini. Melihat itu Saksena langsung memperkenalkan diri nya dan istri nya serta tujuan kedatangan nya pada Caca.
"Saya Saksena papi nya Hanif, dan ini Sarita istri saya ibu nya Hanif" tutur Saksena memperkenalkan diri kepada Caca sambil tersenyum untuk sedikit menjawab kebingungan Caca saat itu.
"Tentu kamu sudah tahu apa maksut dan tujuan kami datang kesini kan nak?" ujar Saksena dengan nada lembut dan hangat sambil melihat ke arah Caca dan Hanif.
Caca terus menatap ke arah Hanif. Hanif hanya diam dan menatap ke arah Caca dengan ekor mata nya sesekali. Hanif duduk dengan tenang sambil sesekali tersenyum kepada ibu dan bapak nya Caca. Hanif terlihat sangat menikmati suasana hari itu.
"Iya Ca, kamu kok tidak bilang sih sama ibuk dan bapak kalau nak Hanif akan membawa kedua orang tua nya kerumah untuk membicarakan perihal melamar mu sih?" kata Naning sambil tersenyum sangat bahagia.
"Iya Ca, kalau kamu bilang tentu kita bisa buat sedikit persiapan untuk menyambut tamu kita nak" kata Bayu dengan nada sangat bahagia.
Mendengar nya Caca jadi semakin bingung dengan percakapan ini. "ini ada apa sih sebenar nyaaaaaa?!!" gumam Caca yang semakin kebingungan sambil memberi kode heran kepada Hanif.
"Bagaimana nak? Dari kamu mau nya kapan kita membuat acara resmi pertunangan antara kamu dan Hanif ?" ujar Saksena tiba-tibq sambil tersenyum. Saksena adalah orang yang paling senang dan bersemangat atas semua ini. Saksena memang selalu memimpikan untuk bermenantukan seseorang yang dari keluarga sedehana jauh dari keglamoran.
"Maaf pi, om dan tante. Sebenarnya aku sama Caca udah mikirin ini, dan kami sudah memutuskan mau melakukan pertunangan ini langsung di lakukan hari ini saja dengan sederhana tanp merepotkan kedua belah pihak, iya kan Ca ?" kata Hanif tiba-tiba sambil menganggukan kepala nya ke arah Caca sebagai kode bahwa Caca harus mengiyakan semua nya.
Hanya melongo karna kebingungan, Caca tak mampu lagi berkata apa-apa, mulutnya seperti terkunci rapat-rapat. Ekspresi gembira dari kedua orang tua nya semakin membuat Caca tak tega menyangkal semua yang sudah dirangkai oleh tingkah Hanif.
"Oh jadi begitu ya?" Kata Saksena yang semakin semringah bahagia mendengar pernyataan Hanif. Maklum saja, Saksena memang orang yang paling sering menuntut perihal pernikahan kepana Hanif. Karna ia sangat ingin melihat Hanif menikah dan memiliki istri. Terlebih lagi ketika ia melihat Caca sangat sesuai dengan kriteria menantu idaman bagi nya.
"Tidak bisa dong pi, Nif, kita kan tidak membawa apa-apa lo pi?! Cincin dan lain-lain tidak ada loh, mana bisa langsung bertunangan, lagian kok seperti terburu-buru sih nak" kata Sarita yang sedikit kurang setuju dengan apa yang dikatakan oleh Hanif.
"Oh iya, masalah itu mami sama papi gak perlu khawatir, aku sama Caca juga sudah membeli cincin untuk pertunangan kami, nah ini aku bawa" kata Hanif sambil merogoh dan mengeluarkan sesuatu dari dalam saku jas hitam yang di pakai nya.
Caca menjadi semakin terkejut-kejut dengan apa yang dikatakan Hanif. Ada apa sebenar nya semua ini. Hanif berbicara dengan sangat enteng seperti semua ini memang rencana antara ia dan Caca. Caca hanya mampu memberikan senyuman untuk menanggapi apa yang mereka semua katakan. Karna ia memang tidak mengetahui apapun, dan tak mampu berkata-kata lagi.
"Kalau begitu tunggu apa lagi, agar tidak membuang-buang waktu mari segera saja kita laksanakan ya pak?!"ujar Saksena bahagia sambil mengambil cincin yang sudah di siapkan oleh Hanif.
"Ya kalau memang yang punya badan sudah membuat keputusan seperti itu, kami selaku orang tua hanya bisa menyetujui dan merestui dengan bahagia atas rencana baik anak-anak kita ini pak" ujar Bayu menyambut kata-kata Saksena.
Semua yang ada di ruang tamu itu tersenyum satu sama lain, suasana terasa sangat hangat dan akrab. Terlebih lagi Naning, ia terlihat sangat bahagia atas rencana pernikahan ini.
Meski ada sedikit rasa yang mengganjal perasaan nya mengenai Caca yang belum kuliah, namun Naning bergikir inikah nasib Caca dari sang pemilik kehidupan, mungkin dia menghadiahi keluarga baik ini untuk Caca.
"Baiklah kalau begitu mari kiya lakasanakan sekarang, dan seperti kata saya diawal tadi, bahwa kedatangan kami hari ini ke rumah bapak dan ibuk bukan tanpa tujuan, kami hari ini berada di sini untuk melamar anak gadis bapak yang bernama Prisha atau Caca untuk dijadikan istri oleh anak kami Hanif. Bagaimana Ca? Apa kamu menerima lamaran kami nak?" tanya Saksena kepada Caca dengan penuh semangat dan kegembiraan.
Caca melihat kearah Hanif, dengan sengaja Hanif menggoyangkan telfon nya kearah Caca sebagai kode kalo ia memiliki sesuatu di telfon nya yang membuat Caca harus mengiyakan pertanyaan Saksena.
Caca pun hanya mampun mengangguk dan ternsenyum untuk mengiyakan apa yang di katakan oleh Saksena dan Hanif tadi. Bibir nya tak lagi mampu mengatakan apa-apa. Caca sangat terkejut dengan semua yang terjadi, baginya ini semua terasa seperti mimpi yang konyol dan sulit di percaya.
Sarita berdiri dan berjalan ke arah Hanif untuk mengambil cincin yang di bawa nya, kemudian Sarita bejalan menghampiri Caca dan duduk tepat di samping nya.
Perlahan Sarita membuka kotak cincin berwarna putih bening berbentuk hati yang di pegang nya. Sarita mengeluarkan Cincin nya, lalu tangan kanan sarita mengambil tangan kanan Caca, dan kemudian Sarita memasukan cicin emas permata putih ke jari manis Caca.
"Alhamdulillah" seru Saksena, Bayu, dan Naning begitu cincin melingkar di jari Caca dengan sempurna. Jari Caca yang putih dan panjang-panjang menjadi semakin indah karna cincin permata putih yang melingkar di jari manis nya.
"Kalau begitu, selanjut nya apa lagi ni pak?" kata Bayu bertanya pada Saksena calon besan nya.
"Oh sekarang kita akan tentukan pernikahan nya kapan,dan nanti akan kita laksanakan sesuai kesepakatan kita bersama, ya kalau bisa jangan terlalu lama agar terhindar dari hal-hal yang tidak kita inginkan" kata Saksena menjawab pertanyaan calon besan nya itu.
"Pernikahan nya minggu depan, hari jumat pi" Hanif langsung memotong pembicaraan antara Bayu dan Saksena dengan semangat membuat semua orang yang ada di ruangan itu terkejut dan menatap penuh tanda tanya ke arah nya.