"Apa?! Kotor?! Apa maksut mu dengan kalimat kotor itu ha?! Ohh hellow!!! Kamu sadar gak sih, dalam pernikahan ini kalau ada yang terpaksa menikah, dan itu aku!! Aku!!! Sadar gak kamu ha?!!! Aku yang terpaksa seakan kenal baik sama kamu! Sampe akhir nya aku yang terpaksa menikah dengan kamu! Terpaksa!!! Tau gak kamu ha?!! Aku terpaksa menikah sama kamu!!!" teriak Caca melengking dengan deraian air mata sambil tangan nya terus mendorong bahu Hanif yang hanya menatap Caca dengan diam dan tenang. Hati Caca terasa sangat hancur mendengar perkataan Hanif, emosi Caca tak terbendung lagi.
Tanpa merespon emosi Caca, Hanif langsung berjalan kembali ke tempat tidur nya. Hanif langsung mematikan lampu kamar dan membiarkan Caca yang dipenuhi emosi menangis sendiri dalam kegelapan.
Caca terus menangis dan berjalan ke sofa yang dijadikan nya tempat tidur milik nya mulai sekarang. Caca terus menangis geram sambil berbaring di sofa dan menatap kearah jendela kamar.
Entah kapan Caca yang lelah jadi tertidur dalam tangisan nya. Malam pun berlalu, pagi baru yang cerah dan mentari yang hangat sudah siap menyambut dibalik tirai horden. Saat Hanif masi tertidur dengan nyenyak dalam pelukan selimut tebal yang lembut dan hangat. Tiba-tiba ia terganggu oleh cahaya matahari yang begitu menyilau.
Saat Hanif terbagun dan berusaha membuka mata nya, ia melihat ternyata tirai jendela kamar nya sudah terbuka. Hanif langusng bergumam geram. Karna tidak biasa ada yang membuka horden kamar nya. Karna Hanif tak pernah membiarkan siapa pun masuk ke kamar nya saat ia masi di tidur.
Hanif yang sudah terbangun pun sulit untuk bisa menutup lagi mata nya. Meski geram ia turun dari kasur mewah nya dan langsung menuju kamar mandi untuk mandi dan mulai bersiap beraktivitas lagi seperti biasa.
Hanif selesai bersiap-siap seperti rutinitas nya biasa. Hanif berdiri di depan kaca memasang dasi dan mengkancing lengan baju kemeja nya yang berwarna merah. Hanif mengambil jas berwarna abu-abu gelap untuk di gunakan di hari itu.
Setelah rapi dan bersiap untuk keluar kamar, Hanif melihat ada koper berwarna pink di dekat sofa kamar nya. Seketika Hanif teringat bahwa ia sudah menikah. Dan ia langsung teringat pada Caca dan langsung mencari keberadaan nya.
Hanif segera keluar kamar. Ia berjalan dan menuruni tangga dengan sangat tergesa-gesa. Mata nya terus mencari Caca. Ia keruang keluarga untuk melihat Caca, namun Caca tak ada. Hanif keruang tamu, ke tepi kolam, keteras rumah juga Caca tidak ada.
Hanif masuk kembali kerumah, ia bertanya pada salah seorang pelayan yang sedang mengganti air di vas bunga.
"Apa kamu melihat Caca?" Tanya Hanif pada salah satu pelayan nya.
"Nyonya muda sedang berada di dapur tuan" pelayan itu menjawab sambil menunjuk arah dapur.
Hanif yang mendengar itu langsung bergegas berjalan ke arah dapur secepat kilat. Begitu ia sampai di pintu dapur terlihat Caca sedang asik siap menyiapkan beberapa masakan yang bau nya sangat sedap.
Sejenak Hanif terkesan dengan apa yang di lakukan oleh istri nya itu. Karna bagi nya ini bukan hanya pemandangan langka, tapi hampir tak pernah ia lihat seumur hidup nya seorang wanita memasak sendiri di dapur tanpa bantuan pelayan.
Tak lama berselang dari rasa kagum nya, Hanif langsung berjalan menghampiri Caca dan tanpa kata langsung menarik tangan Caca. Caca yang terkejut hanya sempat mematikan kompor dan langsung berjalan mengikuti arah Hanif menyeret nya.
Hanif membawa Caca kembali ke kamar. Begitu sampai di kamar Hanif menutup pintu kamar rapat-rapat. Dan tanpa basa basi ia langsung memarahi Caca dengan nada tinggi.
"Apa yang kau lakukan tadi ha?!!" tanya Hanif pada Caca.
"Kamu buta?! Gak bisa lihat tadi kalau aku sedang masak! Bukan main sepeda!" kata Caca menjawab dengan nada marah balik pada Hanif.
"Dirumah sebesar ini ada banyak pelayan yang sudah di bayar untuk masing-masing tugas mereka, jadi kau tidak perlu kerajinan mengerjakan tugas pelayan! Buang kebiasaan upik abu mu jauh-jauh!!" ujar Hanif yang geram melihat Caca yang mengerjakan tugas pelayan.
"Apa?! Coba ulangi sekali lagi tuan muda!! Jiwa upik abu?!! Oh hellow! Maaf ya tuan, ini bukan jiwa upik abu, tapi ini didikan ibu ku yang ga ngajarin anak nya jadi orang manja, apa-apa mengharap orang lain!! Kata Caca membalas perkataan Hanif dengan emosi.
Tanpa membalas perkataan Caca yang emosi, Hanif langsung melengos pergi meninggalkan Caca dan mengabaikan segala perkataan Caca. Tapi saat membuka pintu Hanif tiba-tiba langkah kaki nya berhenti untuk mengakatan sesuatu kepada sang istri.
"Mulai hari ini, jaga sikap mu! Jangan melakukan sesuatu yang akan membuat mu terlihat tak sesuai dengan status mu sekarang yang sudah menjadi istri seorang CEO, segera turun untuk sarapan bersama" kata Hanif tanpa melihat kewajah Caca.
"Oh Tuhan! Manusia jenis apa sebenarnya yang kunikahi Tuhan?!! Berilah aku terus kesabaran untuk menghadapi nya!" gumam Caca sambil berjalan menyusul sang suami turun untuk sarapan bersama keluarga baru nya.
"Good morning sayang" Saksena langsung menyapa Caca dengan begitu hangat begitu melihat menantu nya itu sampai diruang makan.
"Selamat pagi juga pi, mi, Eca" kata Caca membalas menyapa kepada mertua dan adik ipar nya sembari ia menghampiri kursi yang sudah di siapkan pelayan untuk nya.
Caca duduk tepat di samping sang suami Hanif dan berhadapan dengan Meca adik ipar nya yang sedari tadi terus memberikan senyuman hangat pada Caca sebagai tanda kalau ia begitu senang dengan kehadiram Caca di tengah-tengah keluarga nya.
"Ca, mulai hari ini anggap kami sebagai orang tua mu sendiri tanpa ada rasa segan atau malu-malu, kalau ada perlu apa-apa tinggal suru pelayan lakukan, tidak perlu kamu yang lakukan sendiri" Sarita berkata kepada Caca dengan sangat lembut.
Caca pun tersenyum dan menganggukan kepala sebagai jawaban dari apa yang di ucapkan sang ibu mertua. Disisi lain hanif terlihat sangat lahap menyantap sepiring nasi goreng dengan ayam goreng. Hal itu pun membuat Meca sang adik heran dan secara spontan menyeletuk sesuatu yang membuat Hanif tersedak.
"Duh abang gak pernah-pernah deh sarapan mau makan nasi, biasa juda Cuma roti atau minum susu doang! Tau deh masakan istri paling -paling sedunia!" kata Meca meledek Hanif hingga ia tersedak.
Saksena dan Sarita pun ikut tertawa mendengar apa yang di katakan oleh anak bungsu nya itu. Hanif hanya menatap tajam sang adik dan langsung meletakan sendok nya. Hanif langsung bergegas berdiri dan meninggalkan meja makan, dan langsung bergegas berangkat bekerja seperti biasa.
"Kamu ni Eca ya, suka sekali mengganggu abang mu pagi-pagi!" kata Sarita kepada Meca melihat keisengan sang putri bungsu.
"Oke kalau begitu papi mau berangkat juga, dan kamu Ca kalau tidak rencana kemana-mana, istirahat saja di kamar mu, jangan melakukan hal-hal lain, atau kalau bosan ajak adik mu ini untuk main-main keluar" Saksena berpamitan untuk berangkat kerja dan sambil memberi pesan kepada sang menantu.
Saksena langsung bergegas untuk pergi kerja. Sarita sang istri langsung mengikuti sang suami untuk mengantarkan sang suami sampai kedepan mobil nya, ini adalah kebiasaan sang istri sejak awal pernikan hingga sekarang.
Setelah mobil Saksena berangkat dan keluar dari pintu gerbang rumah, Sarita berbalik dan berjalan masuk kembali kedalam rumah. Namun begitu ia mau menutup pintu tiba-tiba datang sebuah mobil alphart yang langsung berhenti dan parkir tepat di depan pintu rumah nya.