Pagi hari pun tiba. Caca membuka horden kamar nya untuk mempersilahkan sinar sang surya yang hangat masuk ke dalam kamar nya. Sinar matahari pagi itu sekalian ditujukan Caca untuk membangunkan mr.arrogant yang masih tertidur.
Setelah membuka horden jendela kamar Caca langsung bergegas ke kamar mandi untuk mandi. Sinar matahari memberi efek silau pada mata Hanif yang masih terpejam. Mau tau mau meski dengan berat hati Hanif tetap terbagun pagi dengan jadwal lebih awal dari sebelum-belum nya.
Hanif sudah terbiasa dibangunkan dengan sinar matahari. Ia bangun dan duduk sejenak. Setelah Caca selesai dan keluar dari kamar mandi, Hanif langsung berjalan dan masuk ke kamar mandi tanpa mengatakan apapun kepada Caca.
"Hiiiih..... udah kenapa tu orang pagi-pagi deh?! Semalam bagus banget mood nya, lah kenapa pagi ini tiba-tiba berangin banget tu orang ya?!!" gumam Caca sambil berjalan kearah tempat tidur yang masih terlihat sangat berantakan.
"Dasar ya anak manja, untuk merapikan tempat tidur nya saja harus orang lain! Heran!!!" Caca kembali menggumam sambil membereskan tempat tidur mr.arrogant yang masih berantakan.
Setelah selesai merapikan tempat tidur, Caca berjalan kembali ke ruang wardrobe untuk menyiapkan pakaian yang akan di pakai Hanif hari ini. Perlahan tapi pasti Caca memperlajari tugas nya sebagai istri.
Caca memilih kemeja lengan panjang berwarna hitam, jas dan celana berwarna abu-abu tua di padu dengan sepatu pantofel hitam. Caca meletakan juga jam tangan dan tali pinggang di samping baju yang akan di gunakan hanif.
Setelah selesai melakukan persiapan manis untuk sang suami yang arrogant, Caca langsung keluar kamar untuk melihat dan membantu persiapan untuk sarapan.
Begitu sampai diruang makan Caca melihat pelayan baru mulai menyusun piring, sendok dan gelas-gelas. Caca langsung bergegas menuju dapur untuk melihat masakan apa yang sedang dibuat untuk sarapan pagi ini.
Terlihat Mbak Siti, ketua pelayan sekaligus juru masak andalan keluarga Hanif sedang menggoreng ayam. Caca langsung mendekati nya.
"Mbak sedang goreng ayam ya?" tanya Caca kepada mbak Siti.
"Iya ni non, kenapa? Non mau di buatin apa?" tanya Siti sambil membalikan ayam yang sedang di goreng nya.
"Hmmmm aku buat nasi goreng kampung dengan orak arik telur bole gak mbak?" tanya Caca dengan nada bicara sedikit tertahan karna rasa segan.
"Hah?! Non mau masak? Memang nya bisa? Nanti dimarahin sama tuan muda non?!" kata Siti yang sedikit terkejut dengan permintaan Caca.
Selama Siti bekerja di rumah itu, baik itu Sarita selaku nyonya besar maupun anak-anak nya, tidak pernah ada yang mengunjungi dapur. Maka saat Caca ke dapur dan mau memasak membuat seluruh pelayan yang mendengar terkejut dan di buat melongo tanpa bisa berkata-kata.
Setelah mendapat izin dari sang pemilik dapur Caca langsug melihat bahan-bahan yang tersedia. Caca menggunakan celemek berwarna merah bermotif tomat-tomat segar berwarna warni.
Caca beraksi dengan pisau, wajan dan sutil dengan sangat baik, membuat semua mata yang melihat nya di dapur terkejut dam kagum pada nya. Dalam sekejab Caca menyelesaikan menu masakan yang dibuatnya.
Setelah selesai memasak Caca dengan langsung memasukan hasil masakannya ke sebuah mangkuk kristal yang biasa digunakan sebagai wadah nasi. Setelah itu Caca meminta salah seorang pelayan membawa semua makanan yang sudah selesai di masak untuk di sajikan di meja makan.
Setelah selesai dengan urusan dapur nya, Caca kembali ke meja makan untuk melihat apakah anggota keluarga yang lain sudah berkumpul atau belum.
Saat Caca keluar dari dapur, terlihat Saksena, Sarita dan Meca sudah duduk di tempat mereka masing-masing. Caca lansung bergegas ketempat nya. Semua orang terkejut melihat Caca datang dari arah dapur.
"Kak, kenapa datang dari dapur?! Kakak habis ngapain? Jangan bilang kakak melakukan tugas pelayan kita lagi ya?!" tanya Meca pada kakak ipar nya itu.
"Itu tadi aku habis cari minum dingin di kulkas, ntah kenapa tiba-tiba pagi ini pengen banget minum yang dingin-dingin" kata Caca menjawab pertanyaan adik ipar nya itu.
Saat Caca baru duduk di kursi nya, Hanif turun dari tangga dengan stelan yang sudah disiapkan nya. Caca pun tersenyum bahagia melihat kearah Hanif. Namun Hanif seperti biasa, tetap cuek dan tak menatap Caca meski hanya sedetik.
Saat akan memulai sarapan di pagi itu, semua orang dibuat sedikit heran karna ada menu yang tak biasa tersaji di meja makan. Namun mereka tak mempermasalahkan atau menyalahkan. Meraka malah mulai mengambil nasi itu masing-masing ke piring milik mereka.
Mereka mulai makan, begitu merasakan suapan pertama nya, Saksena langsung tersenyum bahagia dengan rasa makanan yang masuk ke mulut nya. Sarita, Hanif dan Meca pun terkejut dengan rasa masakan pagi itu yang begitu sedap dan tak pernah ada sebelum nya di meja makan mereka.
"Ternyata memang pilihan Hanif tidak pernah salah ya, Hanif benar-benar mendapatkan seorang istri, tidak hanya cantik, ternyata Caca juga pinter masak ya!" kata Saksena memulai percakapan pagi itu dengan memuji masakan sang menantu.
"Loh papi kok tau kalo ini masakan kak Caca sih?!" tanya Meca karna penasaran. Terlihat Caca mulai gugup, namun ia tetap diam tertunduk malu dan meneruskan makan nya.
"Jelas papi tau, sebelum ada Caca mana pernah ada sarapan yang enak seperti ini di meja makan kita si! Biasa sarapan yang paling enak dimeja makan ini ya Cuma roti dengan selai" kata Sarita menjawab pertanyaan si bungsu.
Hanif langsung melihat ke arah Caca yang tesipu malu dengan pujian semua orang. Alih-alih ikut memuji, Hanif malah meletakan sendok nya dan menyelesaikan sarapan nya. Ia menyisakan suapan terakhir di piring makan nya.
"Oke lah pi, mi, aku uda selesai dan mau berangkat sekarang karna uda janji dengan menejer proyek pagi ini mau lihat langsung keadaan lapangan pi" kata Hanif sambil berpamitan.
"Ya, papi juga sudah siap, dan Nif kalau kami akan langsung tinjau lapangan, sekaliam kamu daftar kan Caca karna kan ini tahun ajaran baru lagi buka penerimaan mahasiswa baru, jangan sampai Caca tidak dapat kursi" kata Saksena memberi perintah pada Hanif.
Sakena sangat mendukung niat Hanif menguliahkan Caca, karna Saksena mau nanti nya Caca dapat membantu Hanif mengelola perusahan bisnis keluarga bersama-sama.
Saat akan berjalan keluar, Hanif berdiri tepat di samping Caca dan berkata " ikuti aku, kita bicara di depan" kata Hanif singkat. Ekspresi datar nya saat berbicara membuat Caca sulit menebak suasan hati suami nya itu.
Caca yang mendengar perkataan Hanif langsung bergegas bangun dan mengikuti suami nya menuju ke mobil yang sudah siap di halaman depan rumah.
"Ada apa lagi ni?! Apa baru dapat bahan baru untuk ribut sama aku pagi-pagi?!" gumam Caca sambil terus mengikuti Hanif dengan perasaan penuh tanda tanya.