"Caca sini turun, mami mau kenalin kamu sama seseorang nih! Pasti kalian belum saling kenal kan?!" kata Sarita sambil menjemput Caca yang berdiri di ujung tangga.
Caca melangkah mengikuti tuntunan Sarita mendekati wanita berambut pirang itu. Jujur saja Caca merasa sedikit takut dan kurang nyaman dengan kehadiran wanita yang terus menatap Caca dengan tatapan bak seekor elang yang siap menerkam mangsa nya.
Hanif tidak pernah bercerita apapun tentang keluarga nya kepada Caca. Inilah yang membuat Caca bingung setiap kali ada orang baru yang menyapa nya dirumah itu. Caca tidak tahu siapa dia dan harus bagaimana sikap nya kepada orang itu.
"Ca, kenalin ini Mega anak perempuan tertua mami, ini kakak nya Hanif, saat pernikahan kalian dia tidak ada karna Mega sedang ikut suami nya melakukan perjalanan bisnis, dan karna pernikahan kalian yang serba cepat jadi Mega tidak bisa pulang. Dan rumah Mega tidak begitu jauh dari rumah kita, nanti kita main ke rumah nya sesekali ya Ca biar kamu tahu" kata Sarita memperkenalkan anak sulung nya kepada menantu nya.
Caca terus tersenyum kepada Mega, namun tak terlihat kalau Mega membalas senyuman nya walau hanya sekali. Mega terlihat begitu sinis kepada Caca. Dari mimik wajah dan sikap nya terlihat jelas bahwa Mega tidak menyukai kehadiran adik ipar baru nya itu.
"Hay kak, aku senang bisa kenal sama kakak, maaf ya kak waktu pernikahan kemarin aku sama mas Hanif gak sempat menunggu kepulangan kakak" kata Caca memulai percakapan nya dengan sang kakak ipar.
" kamu dan Hanif memang nya sudah kenal berapa lama?!" tanya Mega dengan nada sangat ketus.
"Ha?! Oh aku sama mas Hanif baru kenal dua atau tiga bulan ini kak" kata Caca menjawab pertanyaan kakak ipar nya.
"Apa?! Gak salah dengar ni? Baru kenal tiga bulan sudah menikah?! Kapan kalian pacaran nya?!" kata Mega lagi dengan sinis.
"Udah jodoh!" kata Hanif tiba-tiba langsung menyela pertanyaan Mega.
Semua langsung berbalik mentap kearah pintu rumah, entah kapan Hanif datang dan mendengar percakapan mereka. Mega terlihat sedikit terkejut melihat kehadiran Hanif ditengah obrolan mereka.
"Memang sudah jodoh kami! Bukan masalah berapa lama kami saling kenal, tapi memang sudah jodoh, lagi pula pacaran lama-lama pun tidak menjamin akan menikah kan?!" kata Hanif dengan nada ketus dan wajah datar tanpa ekspresi sama sekali.
"Nif, kapan kamu sampai nak?! Kenapa mami tidak mendengar suara mobil mu?!" tanya Sarita yang tampamkmengalihkan pembicaraan dan mencoba mencairkan suasana. Sikap Sarita yang langsung berusaha mencairkan suasana memberikan isyarat bahwa ada yang tidak baik-baik saja diantara Hanif dam Mega.
" Ia bang, kok tumben sekali abang pulang cepat?! Atau karna sudah ada istri bawaan nya mau pulang cepat terus ya bang?! Kata Meca yang mencoba menggoda Hanif.
Mengabaikan perkataan semua orang yang ada di situ Hanif langsung berjalan ke arah tangga, menuju kamar nya. Hanif melewati Mega tanpa menegur atau bahkan tidak menoleh sedikit pun. Saat akan menaiki tangga, Hanif berhenti berbalik badan dan mengajak Caca ikut naik dengan nada ketus yang menjadi ciri khas nya.
"Kau menunggu apa lagi di situ berdiri seperti tiang listrik? Nunggu malaikat maut menjemput mu atau menunggu ada petir menyambar mu?" kata Hanif kepada Caca dengan wajah seperti orang yang sedang marah.
"Ha?! Aku? Aku tidak nunggu apa-apa kok mas, ini aku mau ikut kamu?!" kata Caca yang terkejut menjawab pertanyaan Hanif terbatah-batah.
"Jadi? Kenapa masi berdiri tegak di situ?! Ikut aku ke kamar, gak ada hal yang lebih penting di banding mengurus suami!" kata Hanif kapada Caca.
"Ha?! Iya iya mas, maaf" kata Caca sambil berjalan menuju Hanif dan ikut naik ke kamar mereka.
Hanif langsung naik tanpa basa-basi pada orang-orang yang ada di situ. Caca meninggalkan semua orang dengan senyuman dan langsung bergegas mengikuti Hanif menuju kamar.
Sampai di kamar hanif tidak mengatakan apapun. Ia langsung menuju ruang ganti dan kamar mandi. Setelah selesai seperti biasa ia menyalakan televisi di kamar nya dan duduk menonton acara tv kesukaannya.
Caca duduk di sofa tempat nya biasa tidur dengan tatapan aneh dan heran kepada suami nya itu. Jika di ingat sikap nya di bawah tadi pun sangat aneh, Hanif tidak menegur Mega kakak nya selayak nya adik kepada kakak yang sudah lama tidak bertemu.
Begitu pula Mega sebalik nya, ia tidak menyapa atau menanyakan kabar adik nya yang sudah lama sudah tidak ditemui nya. Padahal Hanif dan Caca baru menikah dan Mega bahkan tidak memberikan ucapan selamat kepada mereka berdua.
"Turun, ambilkan aku minuman yang biasa ku minum di kulkas dekat ruang makan, dan langsung kembali kesini! Sekarang!!" kata Hanif memberi perintah kepada Caca.
Caca yang terkejut langsung bangun dan bergegas keluar kamar menuruti perintah dari Hanif. Caca berjalan dengan langkah buru-buru menuju dapur. Begitu sampai di dapur, Caca langsung membuka kulkas dan mengambil minuman yang diperintahkan Hanif.
"Non itu untuk tuan muda ya?" tanya Sri ketua pelayan kepada Caca.
"Iya ni mbak, dia memang selalu minum ini ya mbak kalau pulang bekerja?" kata Caca bertanya pada Sri.
"Iya non, tuan muda selalu suka minum-minuman dingin setelah beraktifitas, hari ini karna ada Non Mega jadi Non Caca deh yang di suruh ambilin, biasa nya kalau tidak ambil sendiri tuan muda pasti suru saya buat antarin ke kamar nya Non" tutur Sri kepada Caca sambil menyusun stok minuman, susu dan buah ke kulkas.
"Kalau ada kak Mega? Memang nya ada apa dengan kak Mega? Kenapa mas Hanif seperti tidak mau bertemu dengan nya?" kata Caca bertanya pada Sri karna sangking penasarannya.
"Tuan muda dengan non Mega memang tidak pernah terlihat berbicara atau bertegur sapa kecuali saat di meja makan karna ada tuan besar" kata Sri.
"Oh ya? Kenapa bisa gitu mbak? Ada masalah apa memang nya di antara mereka mbak?" Kata Caca yang semakin penasaran.
"Dulu nya meski pun Non Mega dan tuan muda bukan saudara kandung, tetapi mereka berdua sangat akur dan saling sayang satu sama lain selayak nya kakak dan adik pada umum nya" tutur Sri lagi.
"Terus mbak? Kenapa mereka bisa jadi seperti perang dingin gitu sekarang mbak?" tanya Caca yang semakin penasaran.
"Semua berubah semenjak non Mega menikah dan tuan Muda waktu itu tiba-tiba dikirim paksa oleh tuan besar ke Malaysia untuk berkuliah, padahal tuan muda tidak mau pergi" kata Sri melanjutkan cerita nya.
"Loh kok bia gitu? Terus apa hubungan antara pernikahan kak Mega dengan dikirim nya mas Hanif ke Malasia dan mereka jadi sedingin sekarang mbak?" kata Caca bertanya lagi.
Di kamar Hanif mulai geram karna Caca tak kunjung kembali. Sangking penasaran Caca sampai lupa kalau Hanif menunggu nya dikamar. Karna Caca yang terlalu lama Hanif bergegas keluar kamar untuk melihat apa gerangan yang membuat Caca begitu lama di bawah.