"seperti Arga contoh nya! Dia gak menyia-nyiakan kesempatan emas yang datang dalam hidup nya kan? Karna Arga tau, kesempatan itu gak akan datang dua kali" kata Hanif menyambung perkataan nya sambil berjalan menuju meja makan.
Suasana menjadi semakin terasa tegang. Mega terlihat begitu marah dengan perkataan Hanif pada Arga suami nya. Meca yang melihat itu pun merasa takut akan ada pertengkaran antara kakak dan abang nya.
"Jangan kurang ajar! Jangan lupa kalau bagaimanapun Arga adalah suami ku! Jadi, suka atau tidak, panggil dia abang!" kata Mega berkata dengan nada lantang kepada Hanif yang baru duduk di tempat nya.
"Cukup!" kata Saksena dengan nada besar sambil memukul meja.
"Papi rasa sudah cukup! Jangan jadikan meja makan ini sebagai arena bagi kalian untuk bertarung! Tolong hargai papi dan mami disini!" kata Saksena mencecar kesengitan diantara kedua anak nya.
"Papi bilang itu ke mereka, karna aku hanya menjawab pertanyaan dari dia dan membalas perkataan tajam nya!" kata Hanif sambil menunjuk kearah Mega.
" Sudah cukup! Sekarang kembali duduk dan nikmati makanan masing-masing!" kata Saksena kepada seluruh keluarga nya yang ada di meja makan.
Hanif menarik kursi dan langsung duduk, namun mata nya menatap tajam kearah Arga. Mega mengambil segelas air putih dan meminum nya sambil mata nya terus menatap tajam ke arah Hanif.
Suasana makan malam saat itu terasa berbeda, semua nya terlihat tegang dan tidak ada saling tegur sapa satu sama lain. Caca yang melihat segala nya hanya diam dan terus menghabiskan makanan nya.
Saat Caca belum selesai dengan makan nya, tiba-tiba Hanif berdiri dan mengajak nya meninggalkan meja makan sekarang. Caca yang terkejut tanpa mengeluarkan sepatah kata pun langsung menuruti perintah suami nya.
"Maaf pi, aku dan Caca sudah selesai, kami permisi untuk istirahat duluan karna besok pagi-pagi Hanif ada meeting dan Caca pun besok sudah mulai kuliah pi" kata Hanif kepada Saksena.
"Ya, oke kalau begitu,silahkan!" kata Saksena.
Hanif dan Caca berjalan menuju kamar. Caca saat itu semakin bingung, sebenar nya ada apa dengan keluarga suami nya itu. Namun untuk bertanya pada Hanif, Caca tidak memilik keberanian meski hanya 0,01%. Mulut nya terkunci rapat meski kepala nya di penuhi dengan ribuan pertanyaan.
Seperti biasa, setiap pagi Caca membangunkan Hanif dengan mempersilahkan sinar sang surya yang hangat masuk ke kamar nya. Setelah itu Caca langsung bergegas menuju kamar mandi untuk mandi dan bersiap. Karna ini merupakan hari yang sudah lama di impikan oleh Caca. Hari pertama nya berkuliah.
Setelah selesai bersiap, Caca berjalan keluar kamar untuk sarapan seperti biasa, dan membiarkan Hanif bergantian bersiap. Saat Caca keluar dari kamar mandi, Caca melihat Hanif duduk di tempat tidur nya. Tanpa berkata apapun Caca langsung melengos berjalan keluar meninggalkan Hanif.
"Hari ini jangan datang keruang makan, kita sarapan di luar!" kata Hanif singkat sambil berjalan ke kamar mandi.
Caca terkejut mendengar perkataan Hanif. Sebenar nya di satu sisi Caca senang di ajak sarapan dil luar karna ia semakin tidak nyaman dengan Mega setelah kejadian semalam. Namun di sisi lain, Caca merasa khawatir dan harap-harap cemas memikirkan alasan Hanif yang tiba-tiba saja mengajak nya sarapan diluar.
Caca berjalan keluar rumah. Ia duduk di ayunan besi di taman depan rumah sambil menunggu Hanif yang sedang bersiap. Caca duduk menikmati sejuk nya udara pagi.
Mata nya dimanjakan oleh warna warni dedauanan di sekitar nya, di tambah lagi warna biru bercampur putih awan dan langit yang cerah membuat nya semangat untuk melewati hari ini. Kicauan burung yang bersautan membuat Caca merasa bahwa alam sedang memberikan ia ucapan selamat pagi.
"Hai kak! Kenapa tidak sarapan?! Mau sarapan di luar sama abang ya?" kata Meca yang tiba-tiba duduk di samping Caca.
"Eh Eca, keget aku!" kata Caca kepada Meca. Kehadiran Meca membuat lamunan Caca terhenti. Meca tiba-tiba memegang tangan Caca dan tersenyum melihat langit.
"Kak, apapun yang dikatakan kak Mega jangan di ambil hati, jangan di ambil pusing, dia memang seperti itu orang nya, tapi sebenar nya dia orang nya baik banget dan selalu perhatian sama keluarga" kata Meca kepada Caca tiba-tiba.
"Hah?! Oh iya, masalah itu kamu tenang aja, itu buka apa-apa kok bagi aku, karna aku sudah sering menghadapi orang yang lebih menyeramkan lagi" kata Caca sambil tersenyum kepada Meca.
"Dulu itu abang sama kak Mega itu gak terpisahkan oleh siapapun dan dalam keadaan apapun mereka selalu bersama, saling suport satu sama lain, abang Hanif tidak pernah bisa melakukan apapun kalau kak Mega gak ada di sisinya, dan kak Mega sanggup melakukan apapun buat abang" tutur Meca kepada Caca menceritakan sedikit perihal masa lalu Mega dan Hanif.
Caca mendengar cerita Meca seketika terkejut. Karna apa yang di ceritakan oleh Meca sangat berbanding terbalik dengan apa yang Caca lihat. Terlebih lagi kejadian semalam.
"Tapi itu dulu kak, beda sama sekarang, kalau sekarang antara abang dan kak Mega seperti dua predator yang siap menyerang satu sama lain" kaya Meca dengan nada sedih sambil menundukan kepala nya.
Caca semakin dibuat penasaran dengan cerita Meca. Namun belum sempat Caca bertanya apa-apa, dan Meca pun belum sempat menyelesaikan cerita nya, tiba-tiba sudah terlihat Hanif berjalan kearah mereka dan menghampiri mereka.
"Hai bang, morning!" kata Meca menyapa Hanif yang sudah rapi dengan stelas jas biru tua dan kaca mata hitam nya.
"Morning, sedang apa kalian pagi-pagi di sini?! Ca kita berangkat sekarang, masuk ke mobil atau mau jalan?" kata Hanif sambil berjalan ke mobil nya.
"Ha? Ya aku ikut kamu lah mas, mana tau jalan aku mas kalau sendirian" kata Caca sambil langsung berlari kecil menuju mobil.
"Aku jalan dulu" kata Hanif kepada Meca sebelum menutup kaca mobil nya dan pergi bersama Caca.
"Okey, hati-hati! Oh ya bang, ntar biar aku aja yang jemput kak Meca sekalian mau ajak kak Caca makan diluar sekali-sekali" kata Meca pada Hanif dan Caca.
Hanif hanya menganggukan kepala dan perlahan menjalankan mobil nya meninggalkan Meca. Caca melambaikan tangan pada Meca dari jendela mobil nya sampai mengeluarkan kepala nya dari jendela.
Hanif kesal melihat tingkah konyol Caca langsung menaikan kaca mobil nya. Caca yang menyadari hal itu dan takut kepala nya terjepit langsung memasukan kepala nya dan duduk sambil menatap marah kepada Hanif.
"Sakit mas! Gak bisa ngomong baik-baik apa?! Kalau kepala ku kenapa-kenapa, kamu mau tanggung jawab ke ibu dan bapak ku?!" kata Caca yang kesal pada perbuatan Hanif.