Sangking serius nya percakapan antara Caca dan Meca, hingga mereka berdua tak menyadari bahwa mereka telah menghabiskan waktu dua jam hanya untuk duduk makan di dan mengobrol panjang lebar siang ini.
Meca terhanyut oleh kenangan masa lalu nya saat menceritakan segala nya kepada Caca. Caca hanyut dalam fikiran yang menerka-nerka apa sebenar nya yang menjadi penyebab hancur nya hubungan persaudaraan antara suami nya dan kakak ipar nya. Caca meyakini pasti ada permasalahan yang tidak sepele antara Hanif dan Mega.
Memecah keheningan antara Meca dan Caca saat itu, tiba-tiba telphone milik Caca berdering, saat Caca melihat kelayar handphone nya ternyata itu panggilan dari sang mr.arrogant nya.
Caca yang tak ingin di omeli oleh mr.arrogant nya hanya gara-gara ia lambat menjawab panggilan nya pun langsung menjawab panggilan itu tepat di detik ke tiga telphone nya berdering.
"Ia mas ada apa? Aku lagi makan siang sama Meca ni mas" kata Caca menjawab panggilan dari Hanif tanpa basa basi lagi karna memang seperti itulah gaya komunikasi antara mereka.
"Turun dalam waktu tiga menit, aku di perkiran depan sekarang!" kata Hanif langsung memerintah tanpa basa basi dan langsung memutuskan panggilan nya.
Meca tahu benar bahwa Caca menerima panggilan dari abang nya karna memang lima menit yang lalu Hanif mengirim pesan pada nya untuk meminta Meca mengirim lokasi mereka saat ini. Meca dibuat tersenyum lucu akan tingkah abang dan kakak iparnya ini.
Tanpa basa basi Meca langsung mengajak Caca turun menuju lokasi Hanif. Caca terkejut dan heran, Caca merasa aneh dari mana Meca tahu bahwa Hanif meminta nya segera turun dan menemui nya, padahal ia tak mengatakan sepatah kata pun kepada Meca. Namun Caca diam saja dan hanya mengikuti langkah Meca menuju lift untuk mencapai lantai dasar dan segera menemui Hanif.
Caca dan Meca sampai di tempat Hanif menunggu mereka. Caca melihat kearah Hanif yang tampak berdiri tepat di sisi mobil nya dengan menggunakan kaca mata hitam yang menjadi ciri khas nya.
Dalam langkah nya mata Caca terus menatap Hanif dengan tatapan yang penuh dengan rasa ingin tahu. Entah apa yang ada dibenak Caca, yang jelas Caca mulai merasa ingin mengetahui segala hal tenyang Hanif.
Entah sejak kapan dan bagaimana, namun Caca selalu ada rasa khawatir ketika ia mengetahui bahwa Hanif memiliki hubungan yang kurang baik dengan seseorang. Terkadang timbul rasa takut Hanif bersedih atau terluka karna sesorang. Perasaan itu mampu membuat Caca merasa gundah gulana sendiri.
Caca tiba di hadapan Hanif, tanpa berkata atau bertanya apapun, Hanif langsung membuka pintu mobil dan masuk ke mobil, yang kemudian langsung di ikuti oleh Caca tanpa sepatah kata pun. Caca melambaikan tangan pada Meca tanda ucapan perpisahan karna ia harus terlebih dahulu meninggalkan Meca dan ikut dengan sang suami.
Di jalan Caca terus menatap ke arah Hanif tanpa berkedip. Rasa penasaran akan masa lalu Hanif membuat Caca tak tenang. Hanif menyadari tatapan aneh Caca itu, karna dari balik kaca mata hitam nya, ternyata mata Hanif diam-diam mencuri pandang ke arah Caca.
"Apa kau sedang ada fikiran ingin mengajak ku adu jotos saat in?" Kata Hanif tiba-tiba menyeletuk memecah lamunan Caca terhadap nya.
"Ha? Maksut nya?" kata Caca terbatah-batah menjawab perkataan Hanif yang tiba-tiba.
"Kau terus menatap ku dengan tatapan seekor anjing yang menantang srigala bertarung!" kata Hanif lagi dengan nada yang datar.
"Anjing?! Siapa yang kau maksut anjing di sini? Aku?!" kata Caca lagi bertanya dengan nada yang mulai kesal.
Menanggapi pertanyaan Caca yang mulai kesal terhadap nya, Hanif hanya tersenyum tipis sambil terus melajukan mobil nya. Entah sejak kapan, namun Hanif menjadi suka mengganggu Caca, bahkan ia merasa sangat bahagia jika bisa membuat Caca merasa jengkel terhadap nya.
Namun, terkadang Hanif merasa kehilangan jika tak melihat Caca dalam waktu yang cukup lama seperti hari ini saat Caca berkuliah dari pagi hingga siang, dan lanjut jalan bareng Meca hingga sore, hingga tanpa sepengetahuan Caca diam-diam Hanif menghubungi Meca untuk bertanya dimanakah posisi mereka dan langsung bergegas menjemput Caca untuk membawa Caca pulang bersama nya.
Tak lama mereka pun tiba dirumah. Kedua nya langsung bergegas turun dari mobil dan masuk ke dalam rumah. Sampai tangga langkah Caca terhenti, Caca meminta Hanif untuk naik duluan dan ia akan menyusul karna ia akan mengambilkan minuman kaleng Hanif di kulkas terlebih dahulu.
Tanpa menoleh Hanif langsung naik ke atas, Hanif mulai tersenyum tipis di bibir nya karna melihat Caca yang begitu memperhatikan diri nya meski ia selalu bersikap buruk pada nya.
Caca berjalan menuju dapur sambil mengikat rambut nya. Caca membuka kulkas dan mengambil satu buah gelas dan sebotol air dingin untuk dirinya melepas dahaga nya terlebih dahulu.
Saat Caca sedang meminum air nya, tiba-tiba Caca merasa seperti ada yang sedang mengawasi nya dari arah belakang. Caca langsung meletakkan gelas minum nya di meja dan melihat kearah belakang, namun Caca tak melihat siapapun di belakang nya.
Dapur memang sedang sepi saat itu karna pelayan belum mulai menyiapkan makan malam. Caca yang mulai merasa kurang nyaman di sana langsung mengambil minuman milik Hanif dan langsung bergegas menuju kamar nya.
Namun saat Caca berjalan keluar dapur, tiba-tiba dari balik pilar dapur ada yang meraih pundak nya yang membuat Caca terkejut dan menjatuhkan minuman yang ada ditangan nya.
Caca langsung berbalik melihat kearah tangan yang menyentuh pundak nya. Caca pun terkejut ketika mengetahui bahwa Argalah yang menyentuh pundak nya. Caca langsung membungkuk mengambil minuman yang di jatuhkan nya, Arga mengikuti gerakan Caca dan sengaja menyentuh tangan Caca saat mengambil minuman itu.
Spontan sentuhan Arga pada tangannya membuat Caca langsung melepaskan minuman itu dan langsung berdiri. Sambil berkata pada Arga kalau ia akan mengambilkan yang lain untuk Hanif dan Arga boleh mengambil yang itu jika memang menginginkannya.
Caca langsung berjalan cepat kearah kulkas lagi dan langsung mengambil lagi satu minuman untuk Hanif dan langsung bergegas berjalan meninggalkan dapur menuju kamar nya. Namun saat Caca melewati Arga, secara tiba-tiba Arga menyeloteh sesuatu yang membuat Caca kembali terkejut dan langkah nya terhenti.
"Ternyata melihat rambut mu di ikat membuat gaira lebih bergejolak ya?! ku akui selera Hanif memang tak pernah main-main, terbukti dengan pilihan nya dalam memilih istri pun tak main-main, dia selalu tau nilai barang antik yang belum terjamah" kata Arga dengan nada bicara yang sangat halus dan senyum tipis di bibir nya.