Dalam waktu lima belas menit mobil yang membawa Mega dan Arga sampai di rumah sakit, yang kemudian langsung di sambut para petugas rumah sakit yang langsung membawa Arga ke ruang gawat darurat dan segera di tangani tenaga maedis.
Arga langsung mendapat berbagai rangkaian penanganan dari dokter, detak jantung Arga pun sempat terhenti. Dokter dan tim dalam kecemasan melakukan tindakan kejut jantung untuk menyelamatkan Arga. Mega berteriak histeris hingga lemas terduduk di lantai, ia terus menatap ke arah Arga dengan deraian air mata.
Pada denyut ketiga dari tindakan kejutan jantung yang diberikan oleh dokter,akhirnya detak jantung Arga kembali berdetak meski masih sangat lemah. Mega bersyukur hingga bersujud di lantai dirumah sakit itu.
Setelah keadaan Arga stabil, dokter memerintahkan perawat membawa nya keruang rawat dengan kelas VVIP di lantai 12. Mega mengikuti langkah perawat membawa sang suami tercinta menuju ruang inap. Mata Mega merah dan bengkak karna sejak ia menemukan Arga tak sadarkan diri hingga saat ini Mega tak henti menangis.
Setalah sampai diruang rawat inap, para perawat meninggalkan Mega dan Arga di ruang itu. Mega yang sudah lemas menghempaskan tubuh nya di sofa sudut ruang itu. Air mata nya kembali jatuh. Pandangan mata nya kosong. Mega begitu takut kehilangan Arga dalam beberapa waktu yang lalu.
Saat Mega masi menatapi Arga, telphone nya berdering dan itu panggilan masuk dari Saksena. Saksena sudah mencoba menghubungi Mega sejak tadi, namun puluhan panggilan dari nya tak terjawab oleh Mega karna memang tadi Mega masi dalam keadaan kalut yang hanya menghawatirkan Arga tanpa memikirkan apapun.
Dengan isakan tangis yang tersisa dari Mega saat itu, ia menjawab panggilan Saksena. Saksena bertanya perihal bagaimana keadaan Arga saat ini.
Mega sambil menangis menceritakan bagaimana proses selama Arga mendapat penangan dokter di ruang gawat darurat hingga Arga yang sempat kehilangan detak jantung nya dan akhir nya sekarang keadaan nya mulai stabil dan sudah beristirahat diruang rawat.
Saksena, Sarita, Meca dan Caca pun ikut menangis berderai air mata mendegar cerita pilu Mega yang begitu hancur karna mengkhawatirkan Arga. Keluarga tak lupa memberikan doa terbaik untuk Arga dan memberi semangat pada Mega.
Diakhir percakapan mereka dengan Mega di telphone, Sarita mengingatkan Mega untuk beristirahat sejenak karna ia tak ingin jika Mega akan sakit karna terlalu stres memikirkan keadaan Arga terus menerus.
Meca pula menyambung perkataan Sarita pada Mega bahwa ia akan segera menyusul Mega ke rumah sakit begitu matahari naik, dan membawakan segala keperluan baju ganti dan sarapan untuk Mega nanti.
Terduduk di sofa mewah rumah nya, Saksena terdiam. Diam nya bukan tanpa sebab, Saksena bingung perihal apa yang dialami Arga dan bagaimana Arga bisa berada di kolam pada jam begini.
"Bagaimana cara nya Arga bisa kecebur kolam ditengah malam begini? Apa yang dilakukannya di tepi kolam pada saat menjelang subuh begini? Lalu bagaimana bisa ada aliran listrik di dalam kolam?!!" itulah pertanya yang sedang menghunjani benak Saksena saat ini.
"Ca, dimana Hanif? Apa dia sudah tahu apa yang terjadi pada Arga nak?" tanya Sarita tiba-tiba di tengah-tengah keheningan suasana saat itu.
"Mas Hanif di kamar mi, tadi sih waktu Caca mau turun, mas Hanif tidur mi, seperti nya dia tidak mendengar apa yang terjadi mi, Caca naik dulu ya mi, mau lihat mas Hanif sekalian memberi tahu nya tentang semua yang terjadi mi" kata Caca langsung bergegas menuju kamar.
Caca menaiki tangga dengan langkah perlahan. Begitu sampai di kamar, Caca melihat Hanif sedang tidur pulas di kasur. Caca perlahan mendekati Hanif dan membagunkan nya perlahan.
Caca menyentuh lembut bahu Hanif sambil memanggil nama nya, namun tidak ada respon sama sekali dari Hanif. Takut kalau Hanif akan marah jika Caca terus mengganggu nya, Caca pun membiarkan nya tidur sebentar lagi.
Caca memutuskan untuk membiarkan sejenak Hanif tidur, sembari ia mandi dan bersiap terlebih dahulu, baru nanti ia akan membangunkan Hanif lagi. Saat di kamar mandi Caca melihat baju kaos hitam yang semalam digunakan Hanif.
Baju itu tergeletak di atas wastafel, Caca pun mengambil baju itu untuk memindahkan nya ke tempat baju kotor. Saat memegang baju itu, Caca menyium aroma asap rokok dari baju itu. Merasa kurang yakin dengan penciumannya, Caca mendekatkan lagi baju itu ke hidung nya untuk memastikan aroma yang ada di baju itu.
Ya memang benar, kaos hitam milik Hanif beraroma asap rokok. Caca merasa yakin itu memang aroma rokok. Caca langsung melempar baju itu kearah keranjang tempat pakaian kotor. Setelah itu Caca langsung mandi dan bersiap-siap.
Setelah siap, Caca keluar dari kamar mandi. Saat Caca keluar dari kamar mandi, Caca terkejut melihat Hanif sudah bangun. Hanif sudah berdiri mengahadap ke arah jendela kaca kamar nya, ia tampak sedang menikmati pemandangan pagi di luar sana.
"Mas, kok kaos yang semalam kamu pakai ada aroma asap rokok nya mas? Rokok siapa mas? Kamu merokok mas? Kok aku tidak pernah tahu mas kalau kamu merokok? Apa yang lain tau mas kalau kamu perokok?!" kata Caca yang langsung mencecar Hanif dengan rentetan pertanyaan nya.
Mendengar pertanyaan Caca, Hanif membalikan badan nya dan menatap tajam ke arah Caca. Tatapan nya begitu tajam namun bibir nya terkunci tak berkata sepatah kata pun kepada Caca.
Seketika Caca menjadi gugup dan diam karna tatapan Hanif kepada nya. Caca dibuat gugup dan menjadi takut seketika. Caca menurunkan pandangan mata nya dari Hanif, ia tertunduk tak lagi berani menatap Hanif.
Hanif berjalan perlahan mendekati Caca, dan ia berhenti tepat di hadapan Caca. Jarak antar mereka pun begitu dekat. Caca semakin takut, tangan nya kini mulai terasa dingin. Perlahan Caca mengangkat kepala nya, mendongak ke atas melihat Hanif yang jauh lebih tinggi dari diri nya.
"Jangan mengurusi hal yang bukan urusan mu!!!" kata Hanif dengan nada ketus dan tangan kanan nya menoyor kepala Caca hingga Caca goyah kebelakang.
Setelah mengatakan hal itu, Hanif memerintahkan Caca untuk duduk diam di sofa menunggu nya selesai mandi. Caca yang merasa heran karna memang tak biasa Hanif meminta dirinya untuk menunggu Hanif di kamar, biasa Hanif langsung menyuruh Caca turun dan sarapan duluan, kemudian menunggu Hanif untuk berangkat bersama di taman depan ruma, namun Caca tetap menuruti kata-kata Hanif.
Setelah selesai bersiap Hanif langsung berjalan menuju pintu dan keluar kamar menuruni tangga menuju ruang makan. Melihat Hanif mengabaikan diri nya dan langsung keluar kamar, dengan tergesa-gesa Caca berlari mengikuti Hanif dan turun menuju meja makan untuk sarapan bersama dengan keluarga dan sambil membahas keadaan terkini Arga, dan rencana menjenguk Arga bersama nanti.