Caca berbalik menatap ke arah Arga. Tatapan nya kali ini terlihat penuh amarah namun Caca tak bisa berkata apa-apa saat itu karna ia sangat terkejut. Tangan dan kaki nya menjadi dingin dan bergetar.
Perkataan Arga yang sangat tak wajar pada nya membuat darah nya mendidih dan detak jantung nya menjadi tak beraturan. Caca langsung meninggalkan Arga tanpa menjawab perkataan nya dan lansung berlari menaiki tangga menuju ke kamar nya.
Arga terus menatap Caca dengan pandangan yang tak biasa dan senyuman misterius di bibir nya. Caca sampai di depan pintu kamar nya dengan nafas yang tersengal-sengal. Caca berhenti sejenak di depan pintu untuk mengatur nafas nya dan menstabilkan detak jantung nya dengan menarik nafas perlahan dan kemudian membuang nya kembali perlahan.
Saat masuk ke dalam kamar Hanif sudah menunggu nya di tempat tidur sambil menonton televisi. Caca langsung berjalan kearah Hanif dan meletakan minuman yang di bawakan nya di meja yang berada tepat di samping Hanif tanpa berkata apapun.
Hanif menatap kearah Caca. Ia merasa ada yang aneh dengan gerak gerik Caca saat itu. Tangan nya terlihat gemetar saat meletakan minuman di meja. Wajah Caca tampak seperti habis dikejutkan dengan sesuatu yang sangat mengerikan.
Caca langsung bergegas masuk ke kamar mandi tanpa berkata apa-apa. Hanif bangun dari duduk nya mengambil minuman yang di letakan Caca. Hanif merasa ada sesuatu yang terjadi pada Caca, namun ia tak bisa bertanya pada Caca karna itu malah akan membuat keanehan diantara Caca dan diri nya.
Caca berdiri menatap kearah sebuah cermin berbentuk oval yang ada di wastafel kamar mandi nya. Air mata nya jatuh begitu saja, tapi itu bukanlah air mata sedih atau ketakutan dari Caca, namun itu air mata dari rasa marah nya yang tak bisa dilampiaskan nya.
Jelas sikap dan perkataan Arga tadi sangat tidak wajar dan terkesan seperti melecehkan Caca. Caca tak bereaksi dan mengabaikan Arga bukan pula karna ia takut, tapi karna Caca mengingat perkataan Meca tadi tentang bagaimana keruh nya hubungan antara Arga dan Hanif.
Caca takut jika dia bereaksi akan menimbulkan keributan dan akan membuat suasana menjadi semakin keruh. Tapi saat Caca teringat akan sentuhan Arga pada nya tadi, rasa nya Caca ingin menghajar nya tanpa ampun. Dan untuk perkataan nya yang tak pantas tadi, seharus nya Caca memberikan Arga sedikit pelajaran dengan sebuah tamparan keras.
Selesai mandi Caca langsung bersiap untuk istirahat sejenak sebelum waktu makan malam tiba. Caca duduk di sofa tempat ia biasa tidur. Wajah nya murung dan tatapan mata nya kosong. Caca duduk bersandar diam tanpa kata.
Hanif memperhatikan gerak gerik Caca yang jelas terlihat tak seperti biasa. Caca yang biasa selalu terlihat riang, dan selalu ada saja celotehan nya kepada Hanif meskipun Hanif tak menanggapi, dan hari ini dia bagai patung penghias ruangan yang hanya diam di satu tempat.
Dalam benak Hanif sebenarnya ia ingin sekali mengetahui apa yang terjadi pada istri nya itu. Tapi sekali lagi, rasa perduli nya terhalangi jiwa angkuh dan arrogant nya yang super duper gengsi. Hanif pun hanya diam-diam mencuri pandang menatap Caca yang hanyut dalam diam nya.
Waktu makan malam tiba, Caca mengajak Hanif untuk turun dan makan malam bersama keluarga. Hanif yang mendengar Caca kembali bersuara setelah berjam-jam menjadi patung pun sedikit terkejut, dan tanpa sepatah kata pun Hanif langsung berdiri beranjak dari duduk nya berjalan menuju ruang makan dan Caca mengikuti langkah nya.
Ketika Hanif dan Caca menuruni tangga, Hanif melihat bahwa Arga terus menatap Caca tanpa kedip dan begitu pula Caca yang menatap Arga tanpa henti. Hanif mulai merasa telah terjadi sebuah kesalahan diantara ipar dan istri nya.
Di meja makan Arga terus memperhatikan Caca yang sibuk menyiapkan makanan Hanif. Mega tanpa sengaja menyadari bahwa pandangan mata Arga sedari tadi tertuju hanya mengarah kepada Caca. Ketika Mega mengalihkan pandangan nya ke arah Hanif, ternyata tanpa Arga sadari, Hanif pun menatap tajam ke arah nya.
"Mas, mata kamu sakit?" kata Mega tiba-tiba sambil menyenggol tangan Arga. Mega sengaja melakukan itu untuk mengalihkan perhatian Arga dan menyelamatkan nya dari Hanif yang sudah terlihat jelas bahwa ia sangat tidak menyukai tatapan Arga kepada istri nya.
"Ha? Kanapa? Enggak kok mata aku baik-baik aja kok ma" kata Arga menjawab santai pertanyaan Mega, namun mata nya tetap terus menatap ke arah Caca sambil sesekali ia tersenyum tipis di bibir nya.
"Jangan terlalu lama menatap cahaya yang begitu silau, atau nanti mata mu akan sakit!" kata Mega menyindir sang suami yang terlihat tanpa henti terus menatap ke arah Caca tanpa memperdulikan seisi ruang makan yang melihat nya.
"Ca bagaimana dengan hari pertama kamu di kampus tadi nak? Apa ada kesulitan yang perlu papi bantu nak?" tutur Saksena segera memulai percakapan untuk mengubah suasana di meja makan malam itu.
"Baik pi, hari pertama nya di kampus sangat baik, Caca adalah mahasiswi baru yang cukup aktif dan menyenangkan pi" kata Arga yang tiba- tiba menyeletuk menjawab pertanyaan Saksena pada Caca.
Seisi ruangan dibuat terkejut dengan sikap Arga barusan. Caca terpelongo menatap ke arah Arga. Caca menjadi semakin bingung bercampur takut dengan sikap Arga kepada nya. Caca khawatir kalau sikap Arga itu akan memancing kemarahan Hanif.
"Wah, selain menjadi dosen nya, apa kamu pun sekarang merangkap menjadi asisten pribadi nya mas?" kata Mega lansgung menyeletuk dengan gaya judes nya.
Seketika suasana terasa menjadi tegang. Saksena yang memperhatikan gelagat akan timbul nya masalah langsung berdiri meninggalkan meja makan yang langsung di ikuti oleh Sarita sang istri.
Meca pun bangkit dari duduk nya dan meninggalkan meja makan, ia tak sudi lagi jika harus menyaksikan pertengkarab diantara saudara dan ipar nya. Meca berjalan meninggalkan meja makan dan saat melewati Caca, Meca menepuk halus ke pundak Caca seperti isyarat menguatkan Caca untuk menghadapi suasana menjengkelkan ini.
Caca pun langsung meletakan sendok nya dan mengajak Hanif naik ke atas menuju kamar. Hanif hanya diam, ia menuruti perkataan Caca tanpa sepatah kata pun. Hanif langsung berjalan menuju kamar dan Caca berjalan di belakang mengikuti nya.
Sesampai nya di kamar, Hanif langsung masuk ke dalam kamar mandi tanpa berkata apapun kepada Caca. Caca yang melihat nya menjadi bingung dan takut kalau Hanif akan salah faham mengenai perkataan Arga tadi yang seolah diri nya dan Arga begitu akrab dan dekat nya di kampus.