Hanif segera menginjak rem mobil nya. Hanif lansung merasa emosi bukan main, Hanif paling tidak suka kalau ada yang menghalangi jalan nya. Hanif tipe orang yang tidak suka dengan hal-hal spele dan bertele-tele.
Hanif langsung turun dari mobil nya. Hanif yang menggunakan kaca mata hitam berdiri di samping mobil nya, Hanif berdiri dan menunggu siapa gerangan yang berani menghalangi jalan seorang Hanif Al-Warits.
Pintu mobil ferarri itu di buka oleh pengemudinya. Hanif terus berdiri dan menatap ke arah mobil itu untuk menunggu pengemudi nya turun.
Tak lama perlahan ada sebuah kaki seorang perempuan yang melangkah turun perlahan dari mobil. Melihat yang turun adalah wanita, Hanif menjadi semakin penasaran.
Sosok wanita itu ternyata Afia. Afia yang begitu kesal dengar kabar pernikahan Hanif dan Caca memutuskan untuk langsung menemui Hanif dan bertanya, apa maksut Hanif dengan pernikahan yang begitu cepat dan ia Hanif pula tidak mengabarinya sama sekali.
"Hey Nif, apa kabar?" sapa Afia sambil menutup pintu mobil nya dan berjalan mendekati Hanif.
"Afia, kapan kamu kembali? Kenapa tidak memberi tahu kalau kamu akan pulang?" tanya Hanif pada nya, dari ekspresi nya Hanif sedikit terkejut melihat kehadiran Afia tiba-tiba.
"Aku baru sampai tadi pagi, memang nya kenapa aku harus memberi tahu mu kalau aku akan pulang?! Sedangkan kamu saja menikah tanpa memberi tahu ku!" kata Afia dengan nada ketus menjawab pertanyaan Hanif.
"Oh ya, sorry lah, aku tidak sempat memberi tahu mu tentang pernikahan ku karna semua dilakukan sangat sederhana tanpa ada perayaan apapun" tutur Hanif mencoba memberi penjelasan kepada sahabat nya yang sudah tampak marah itu.
Afia dan Hanif memang sudah bersahabat sejak kecil. Bagi Hanif Afia lebih dari sekedar seorang sahabat. Afia adalah orang yang paling mengerti dan tau mengenai apa hal yang disuka dan tidak disuka oleh Hanif, dan begitu pun sebalik nya.
Hanif pernah menyukai Afia, karna memang Afia adalah seorang wanita yang terbilang sempurna untuk dijadikan pasangan hidup. Selain cantik, Afia merupakan gadis yang pintar dan cepat tanggap. Afia selalu bisa mengimbangi hanif baik itu dalam bisnis maupun saat mereka masih kuliah. Wajar jika Hanif jatuh hati pada nya.
Hanif pernah sampai dititik ia merasa sangat tergila-gila pada Afia, hingga akhirnya ia nekat melamar Afia. Hanif membuat rencana yang begitu matang. Semua dipersiapkan seindah mungkin. Cincin dan tempat ia melamar dibuat seindah mungkin dengan tujuan agar itu menjadi momen indah yang tak terlupakan bagi mereka suatu saat nanti.
Saat semua persiapan sudah siap, Hanif pun membawa Afia ketempat spesial itu. Melihat semua bunga dan makanan yang begitu tertata rapi Afia merasa sangat menyukai nya. Hingga ia langsung memuji keindahan tempat itu pada Hanif.
"Wah bagus ya Nif tempat nya! Dan seperti nya akan lebih indah kalau kita kesini bareng pacar ya Nif, tempat spesial untuk orang yang spesial, hahaha" kata Afia yang tampak begitu menyukai tempat itu. Afia bahkan tak menyadari kalau itu semua Hanif yang persiapkan.
Hanif tersenyum bahagia melihat Afia yang begitu menyukai tempat itu. Hanif merasa bangga pada diri nya sendiri karna mampu membuat Afia wanita yang di sukai nya bahagia dengan apa yang dilakukan nya.
"Iya, mbem aku mau bicarain sesuatu sama kamu, panting!" kata Hanif dengan memanggil panggilan khusus nya untuk Afia sejak mereka masi kecil dan mencoba memulai sedikit pembicaraan.
"Hmmmm iya, sama aku jugak mau ngasi tahu kamu hal penting, yang pasti akan buat kamu terkejut deh" kata Afia dengan nada bicara sangat semangat.
"Oh ya?! Apa?! Kalau gitu kamu luan aja deh, karna seperti nya penting banget" kata Hanif.
"Eh jangan dong, kan kamu yang ajakin aku ke sini buat ngomong sesuatu kata nya?! Jadi ya kamu aja ngomong luan" kata Afia yang merasa tak mau mendahului sahabat nya.
"Enggak, kamu aja duluan deh, aku bisa nanti aja, lagian bukan hal yang mendesak kok" kata Hanif yang mencoba sedikit menunda maksut nya membawa Afia ketempat itu karna ia sendiri masi mengumpulkan cukup keberanian untuk mengungkapkan isi hati nya kepada Afia.
"Hmmmm oke, kalau begitu aku duluan nih ya Nif?! Kamu jangan kaget ya! Aku sudah memberi tahu Hadi tentang semua perasaan suka aku kepada nya!!" kata Afia dengan sangat riang gembira.
Hanif yang mendengar cerita nya dibuat terkejut bukan kepalang. Rasa nya seperti ada ombak besar yang menghantam nya hingga membuat nya terjatuh dan tak mampu lagi berdiri.
"Hah?! Iya?! Terus reaksi Hadi bagaimana?" tanya Hanif yang penasaran apakah Hadi menerima atau tidak perasaan Afia.
"Hnmmm kamu tau Nif, pas aku ngomong gitu awal nya Hadi diam aja, terus tiba-tiba Hadi meluk aku dong!hahaha aku senang banget ternyata Hadi bilang kalo dia juga uda lama suka sama aku, cuma dia bingung dan tidak berani buat bilang ke aku Nif! And I'am happy Nif" kata Afia yang semakin semangat saat bercerita.
Seketika Hanif terdiam. Mulut nya seperti lupa cara untuk berbicara. Perlahan ia menyandarkan badan nya di kursi. Hati nya terasa sakit dan hancur. Namun Hanif tetap tenang, Hanif tak mau Afia tau apa yang ia rasakan karna Hanif takut malu.
"Oh good dong kalau begitu, aku ikut seneng buat kamu dan Hadi" kata Hanif mencoba tetap merespon cerita sang sahabat. Meski sebenarnya ia menahan kepiluan dalam hati nya.
"Hmmmm dan kejutannya lagi, kedua orang tua kami uda tau tentang hubungan kami, dan papa nya Hadi uda minta ke papa ku untuk ngelamar aku" ujar Afia dengan riang gembira.
"Oh ya?! Sekali lagi selamat ya Fi, aku bener-bener ikut bahagia buat kamu Fi" kata Hanif mencoba tetap tegar dihadapan Afia yang terlihat sedang sangat berbahagia.
Setelah mereka selesai berbicara dan makan tak lama telfon Afia berdering, ternyata Hadi menelfon dan memberi tahu Afia bahwa ia sudah menunggu Afia di tempat parkir.
Karna Hadi sudah datang menjemput Afia pun langsung bergegas pamit untuk pulang duluan pada Hanif. Hanif pun langsung membiarkan Afia pulang. Hanif terduduk sendiri meratapi kepedihan yang terjadi pada nya.
Hanif memberanikan diri untuk menatap kebersamaan Afia dan Hadi diparkiran. Hati nya pedih, air mata nya tak terasa jatuh dan berlinang. Jika orang mengenang cinta pertama nya seumur hidup mereka, namun tidak bagi Hanif. Cinta pertama nya pahit bagaikan kopi tanpa gula.
Afia dan Hadi meninggalkan Hanif sendiri dimalam itu hanya ditemani cahaya bulan purnama. Sejak hari itu Hanif menjadi seorang yang pendiam dan serius. Hanif jadi jarang bicara, tidak suka bergaul terutama pada wanita, Hanif jadi paling anti berteman sama wanita. Hanif merasa tidak akan pernah ada persahabatan antara wanita dan laki-laki.
Hanif terus terbayang akan kata-kata Afia yang akan segera melangsungkan lamaran bersama Hadi. Hati nya hancur, ia seperti kehilangan tujuan dalam hidup nya, namun ia tak bisa menceritakan kepahitan itu kepada siapa pun karna terhalang rasa gengsi. Hanif hanya bisa memendam segala nya sendiri.
Hanif yang berjiwa pembisnis membenci kekalahan dalam hidup nya. Hanif tak ingin nanti tampak menyedihkan menghadiri acara lamaran Afia seorang diri. Itulah yang membuat nya ngotot ingin menikah secepat nya.