Tidak sengaja Caca pun ikut tertidur. Caca dikejutkan dengan suara pelayan yang mengetuk pintu kamar mereka untuk memberitahukan bahwa mereka sudah di tunggu untuk makan malam bersama di bawah oleh Saksena dan Sarita.
Caca membuka pintu dan mengatakan pada pelayan bahwa ia akan segera turun. Caca segera bersiap dan membangunkan Hanif untuk memberitahukan nya bahwa sudah waktu nya makan malam.
Hanif bangun dan langsung berjalan keluar menuju ruang makan di bawah. Hanif berjalan cepat seperti biasa, Hanis tidak menyukai sesuatu yang bertele-tele sekarang. Caca pun berlari kecil untuk mengitu langkah kaki Hanif yang begitu cepat.
Di atas meja makan seperti biasa makanan sudah tersusun rapi. Piring dan gelas sudah stay di tempat menunggu pemilik nya datang dan mengisi makanan nya. Dari kursi utama meja makan terlihat Saksena yang langsung tersenyum menyambut kedatangan anak menantu kesayangan nya.
"Duh memang ya, yang nama nya pengantin baru, masi anget-anget nya tu mau nya berdua terus deh! Pulang kerja langsung dua-duaan sama istri di kamar, mau makan juga harus dua-duaan turun nya, bikib gemes deh!" kata Meca tiba-tiba meledek abang dan kakak ipar nya.
Seketika ekspresi wajah Caca langsung berubah, ia sangat malu dan hanya bisa menunduk sambil tersenyum. Saksena dan Sarita ikut tersenyum sambil mengelang-gelengkan kepala nya mendengar celotehan iseng anak bungsu nya itu.
"Nif, papa dengar tadi dari Yanto asisten menejer bagian lapangan, kata nya kamu menyetujui proposal pembangunan dari Universitas Impian Negri?! Tumben kamu mau menerima proyek dari sebuah lembaga pemerintah?!" kata Saksena membuka obrolan dengan membahas masalah pekerjaan.
"Oh iya pi, baru tadi aku tanda tangani berkas nya, dan besok rencana aku mau turun lapangan langsung pi" jawab Hanif.
"Oh ya?! Kenapa papi merasa seperti nya kamu sangat tertarik ya sama proyek ini?! Padahal ini jelas hanya proyek bawang!" ujar Saksena lagi.
" Hmmm iya pi, karna aku ada tujuan lagi pi, yaaaah ibarat kata menyelam sambil minum air pi" kata Hanif lagi. Pernyataan Hanif ini langsung menarik perhatian semua orang, Sarita pun langsung menatap ke arah Hanif dan Saksena karna penasaran.
"Setahu mami proyek dengan universitas itu uda dari satu tahun lalu kan kamu tolak?! Kok sekarang tiba-tiba kamu terima Nif?!" kata Sarita menyela percakapan antara Hanif dan Saksena suami nya.
Melihat kedua orang tua nya menatap nya dengan pandangan penasaran, Hanif terdiam sejenak. Hanif merasa kalau mau tidak mau seperti nya ia harus menjelaskan pada semua orang. Hanif menghelang nafas panjang dan mulai menjelaskan.
"Iya mi, pi, aku uda memikirkan ulang tentang proyek ini dan hal yang menjadi pertimbangan aku menyetujui proyek ini mi, dan aku pun akan menjadi salah satu donatur utama untuk pengadaan sarana dan prasarana di universitas itu nanti mi, pi" kata Hanif menjelaskan kepada kedua orang tua nya.
"Oh ya?! Bagus dong bang, karna memang setau aku universitas itu sangat bagus dan populer, jadi kalau ditambah dengan sarana dan prasarana yang bagus akan membuat universitas itu lebi diminati bang" kata Meca menjelaskan.
Secara umur Meca dan Hanif hanya berbeda satu tahun. Dan Meca pula sebenarnya sudah sempat ikut terjun dalam dunia bisnis, namun kini tidak lagi karna ia merasa lelah dengan hiruk pikuk dunia bisnis. Meca kini terjun ke dunia mode, dan ia sudah memiliki brand sendiri atas nama nya.
"Ia Nif, ada hal apa sampai kamu begitu serius dengan proyek ini?" tanya Sarita lagi menyambung percakapan.
"Oh jadi gini, aku berniat akan daftarin Caca kuliah di situ, jadi aku bisa pantau langsung apa saja kekurangan universitas itu dari Caca nanti" kata Hanif.
Perkataan Hanif membuat terkejut semua orang. Terutama sang pemilik badan Caca. Ia terkejut bukan main, karna Hanif tidak memberi tahu nya sama sekali perihal masalah ini.
"Oh begitu, kalau begitu papi setuju, Caca juga kan harus melanjutkan pendidikannya, zaman sekarang sayang kalau pendidikan hanya samapi SMA saja" ujar Saksena yang mendukung rencana Hanif dan sedikit memotivasi Caca.
"Ia bang aku juga setuju seratus persen, lagian juga kasian ni kak Caca dirumah terus seharian tidak tahu mau ngapain, jadi kalau kuliah setidak nya kak Caca jadi ada kegiatan juga saat kita semua sibuk" kata Meca yang sangat senang dengan rencana abang nya.
"Ya, tapi kita tetap harus tanya pada Caca jurusan apa yang ingin di ambil nya, jangan sampai kita jadi memaksakan kehendak kita pada Caca, karna tidak semua orang menyukai dunia bisnis" ujar Sarita.
" Oh itu tentu mi, nanti aku akan bahas sama Caca, Caca bebas milih apapun jurusan yang dia mau, yang penting sesuai dengan kemampuan nya" kata Hanif lagi.
Kabar baik yang disampaikan Hanif membuat semua orang menjadi bahagia. Caca sendiri senang bukan main, ia merasa ini hadiah dari Tuhan untuk pengorbanannya menikah dengan paksaan.
Setelah makan malam selesai. Semua orang meninggalkan ruang makan dan masuk ke kamar masing-masing. Hanif dan Caca pun kembali ke kamar mereka.
Sampai dikamar Caca terus tersenyum. Mendengar perihal rencana kuliah nya saja sudah membuat nya seperti orang yang sedang dimabuk cinta. Ia berbaring di sofa tempat tidur nya sambil terus tersenyum.
Kalau mengikuti keinginan hati nya, sebanar nya Caca ingin langsung menelfob Naning ibu nya untuk memberitahukan kabar baik nya. Namun Caca tidak bisa melakukan nya, karna ia tidak mau Hanif mengatainya dengan sebutan norak dan udik.
Hanif seperti biasa bersandar di kasur sambil menonton acara televisi kesukaannya. Dibalik wajah sangar dan kepribadian nya yang dingin, ada sisi lucu Hanif yang tidak diketahui semua orang. Hanif sangan menyukai Mr.been. Caca pun dibuat terkejut dan heran dengan kesukaan suami nya yang arrogant itu.
"Tentuin jurusan yang mau kau ambil, atau kalau tidak, aku yang akan putus kan, jangan bertela-tel!" ujar Hanif tiba-tiba dengan wajah datar tanpa melihat kearah Caca.
"Hah?! Jangan....jangan....jangan!!! Aku ada pilihan sendiri mas, aku sangat ingin kuliah bidang sastra mas, cita-citaku mau menjadi seorang penulis terkenal yang akan mengalahkan tere liye dan kawan-kawan nya mas" kata Caca sambil melompat ke tempat tidut Hanif sangking bahagia nya.
"Turun dari tempat tidurku sekarang juga!" kata Hanif kepada Caca tanpa ekspresi. Hanif tidak menanggapi perkataan Caca. Hanif langsung mematikan televisi nya dan mematikan lampu kamar lalu langsung tidur.
Caca yang tidak direspon perkataannya, kali ini tidak marah. Sangking bahagia nya membayangkan dunia perkuliahannya nanti. Caca berharap malam segera berlalu, pagi segera tiba. Ia tak sabar menunggu kesempatan mengabari Naning perihal rencana kuliah nya.
"Sabar Ca sabar... tahan dulu sampek besok! Jangan sampai kamu di katain norak dan udik lagi sama mr.arrogant itu!" gumam Caca dalam hati. Wajah terus berseri-seri. Senyuman tak hilang dari wajah Caca sampai ia terlelap malam itu.