Apa?!! Wah uda gila ini nama nya" kata Caca yang terkejut dengan nada marah dan sambil berdiri.
Tak hanya Caca kedua orang tua masing-masing pun di buat terkejut dan kehabisan kata-kata oleh Hanif. Kemudian semua berbalik menatap ke arah Caca. Semua terkejut dengan reaksi Caca yang langsung berdiri seakan ia tidak mengetahui perihal pernikahan ini sama sekali.
Dalam amarah nya Caca terus menatap ke arah Hanif. Untuk membuat Caca tetap diam dan menyetujui semua nya, Hanif menatap tajam kearah nya sambil sesekeli ia melotot menakuti Caca.
Setelah semua selesai, dan kesepakatan untuk hari pernikahan di dapat. Saksena dan keluarga berpamitan pulang. Dan akan bersiap untuk segala yang perlu dipersiapkan.
Caca masuk ke kamar. Tubuh nya menjadi lemas tak berdaya.
Terduduk ia di tepi kasur nya dengan tatapan kosong dan air mata yang mengalir. Caca sedih dan bingung bukan kepalang. Sebab ia tak tau apa arti nya semua ini. Apa arti dari pernikahan ini.
Tiba-tiba Caca berdiri berjalan ke arah meja belajar di kamar nya. Caca mengambil telfon nya, ia menelfon Hanif.Begitu telfon tersambung Caca langsung berbicara tanpa basa-basi.
"Aku mau bicara empat mata sama kamu, kita ketemu malam ini di tempat kita pertama kali ketemu" ujar Caca dengan nada marah sambil langsung mematikan telfon nya di akhir kata-kata nya.
Ketika malam tiba, Caca yang sudah rapi dengan kuncir rambut ciri khas nya keluar dari kamar dan berpamitan pada Naning kalau ia ingin keluar sebentar membeli pembalut nya yang sudah habis.
Caca langsung mengendarai sepeda motor kesayangan nya dengan kecepatan lebi dari 60km/jam. Hati nya sangat tak sabar ingin segera bertemu dengan Hanif dan menumpahkan semua amarah dalam benak nya pada Hanif. Caca sudah mulai kehabisan kesabaran menghadapi apa yang dilakukan Hanif kali ini.
Begitu sampai Caca melihat mobil Hanif sudah terparkir di tepi jalan sebelah kiri tepat dibawah pohon besar. Caca langsung berhenti dan memakirkan sepeda motor nya di depan mobil Ferarri mewah Hanif.
Melihat Caca yang datang dan berhenti. Hanif turun dari mobil nya dengan kaos tebal lengan panjang berwarna hitam di padu dengan celana jeans berwarna hitam juga. Hanif turun dengan gaya santai nya ia berjalan dan berdiri tepat di hadapan Caca.
"Apa maksut kamu dengan semua ini? Aku Cuma ga sengaja membuat mobil mewahmu ini lecet sedikit! Sedikit! Cuma sedikit mas!! Dan untuk itu aku bersedia tanggung jawab dan aku berhutang pada kamu untuk itu, hutang ku Cuma dua puluh juta! Masak sih aku sampe harus menikah dengan kamu?!!" cecar Caca dengan nada bicara tinggi kepada hanif sangking kesalnya ia.
Hanif mendengar semua kata-kata Caca diam tak bergeming. Dengan ekspresi wajah datar Hanif melangkah mendekati Caca lebih dekat lagi. Kemudian Hanif menatap tajam Caca sambil menjawab cecaran Caca tadi.
"Aku gak perduli! Jumat depan kita menikah, tugas mu hanya menunggu sampai hari itu tiba. Dan saat hari nya sudah tiba, kamu hanya perlu menjadi calon penganti yang cantik untuk menjadi pantas duduk bersanding dengan ku! Pembahasan ini cukup! Aku ga mau dengar apa pendapat mu tentang pernikahan ini. Faham!!!!" kata Hanif dengan nada lebih tinggi dari Caca dan sambil sedikit menolak bahu Caca.
Caca yang melihat dan mendengar perkataan Hanif terdiam mati kutu. Caca sangat terkejut karna selama ia kenal Hanif baru kali ini Caca melihat Hanif marah dan membentak nya seperti tadi. Caca menjadi takut dan diam.
Hanif langsung berbalik badan dan berjalan masuk kembali ke mobil. Hanif langsung menginjak gas mobil nya dan meninggalkan Caca yang masi terdiam di tepi jalan itu.
Caca hanya bisa diam melihat Hanif yang pergi begitu saja tanpa berpamitan, tanpa menjelaskan apapun kepada nya. Air mata nya terus mengalir, ia menjadi semakin bingung harus bagaimana. Akhir nya Caca pun kembali ke sepeda motor nya dan perlahan pergi meninggalkan tempat sial itu.
Tak terasa waktu menjadi semakin cepat berlalu bagi Caca. Hari ini sudah hari kamis dan pernikahan akan dilalukan besok. Caca yang melihat seisi rumah dan tetangga terdekat sibuk memasak dan melakukan persiapan untuk besok masi merasa semua hal ini seperti mimpi.
Saat Caca asik memperhatikan kesibukan dirumah nya, tiba-tiba telfon nya berdering. Caca pun tersentak dan segera mengambil telfon nya untuk melihat siapa gerangan yang menelfon nya. Dan ketika Caca melihat telfon nya ternyata itu telfon dari Hanif. Meski malas dan berat hati Caca menjawab telfon itu.
"Hallo, ada apa?" kata nya menjawab telfon dari calon suami terpaksa nya.
"Aku cuma mau mengingatkan kamu, besok jangan buat ulah apa-apa yang akan kamu sesali seumur hidup mu" kata Hanif singkat sambil mematikan telfon nya di akhir perkataannya seperti biasa.
Caca yang sudah biasa dengan sikap Hanif seperti itu hanya diam, Caca menghelan nafas nya dalam-dalam sambil duduk bersandar di kasur nya hingga perlahan Caca pun tertidur.
Malam berlalu hari pun berganti. Hari jumat yang di nantikan oleh kedua keluarga pun tiba. Jam 09.00 pagi Caca sudah selesai berhias. Caca tampak begitu cantik dengan balutan baju pernikahan bewarna putih yang melambangkan kesucian pernikahan.
Dari arah luar rumah terdengar suara klakson mobil yang menandakan bahwa rombongan pengantin laki-laki telah sampai. Caca berjalan kearah jendela untuk melihat rombongan pengantinnya tiba.
Terlihat Hanif turun dari mobil ferarri berwarna merah. Untuk pertama kali nya Caca terpaku melihat Hanif. Hanif terlihat begitu tampan bak seorang pangeran yang turun dari mobil.
Hanif datang dengan rombongan yang berlakaian serba putih. Hanif menggunakan jas putih yang dipadukan dengan peci putih membuat Hanif tampak berbeda dan begitu berkarisma di mata Caca pada hari itu.
Hanif dan keluarga memasuki rumah disambut dengan ramah tamah dari pihak Caca dengan berbalas pantun diantara mereka. kemudian Hanif dan keluarga duduk di tempat yang telah disediakan.
Setelah kehadiran calon pengantin laki-laki dan keluarga nya penghulu bertanya kepada Bayu "apakah masih ada lagi yang ditunggu atau sudah hadir semua? karna jika sudah tidak ada lagi yang ditunggu kita laksanakan akad nikah nya sekarang saja, karna hari jumat sangat singkat" ujar penghulu kepada semua nya.
Bayu dan Saksena menyetujui perkataan penghulu. "Ya pak, silahkan dimulai saja, karna sudah tidak ada yang ditunggu lagi pak" kata Bayu sebagai tuan rumah sekaligus ayah dari calon pengantin perempuan.
"Bismillahirrahmannirrahim, Hanif Al-Warits saya nikahkan kamu dengan anak kandung saya Prisya Binti Bayu Ahmad dengan mas kawin seperangkat alat sholat dibayar tunai" kata Bayu sambil berjabatan tangan dengan Hanif di dampingi oleh penghulu dan disaksikan oleh para tetamau dan keluarga yang hadir sebagaik saksi.
Hanif menjawab dengan suara lantang "saya terima nikah dan kawinnya anak kandung bapak untuk saya dengan mas kawin tersebut dibayar tunai" Hanif menjawab dengan suara yang sangat lantang dan ia menjawab hanya dengan sekali tarikan nafas.
"Bagaimana para saksi? Sah?" tanya pak penghulu kepada para saksi yang menyaksikan ijab kabul itu.
"Saah!!" jawab para saksi.
"Alhamdululillah" kata penghulu dan seluruh orang di ruang itu. Acara ijab kabul berlangsung sangat khidmat. Setelah selesai ijab kabul, penghulu memerintahkan Naning untuk memanggil Caca dari kamar untuk menemui Hanif yang sudah sah menjadi suami nya.
Caca keluar dari kamar, duduk disamping Hanif. Hanif memakaikan cincin kawin mereka dan kemudian Caca mencium tangan suami nya itu. Setelah itu kedua pengantin yang bagaikan raja dan ratu itu meminta doa restu kepada kedua orang tua mereka.
Acara akad nikah itu di lanjutkan dengan acara makan bersama para tetamu dan keluarga yang hadir. Melihat pernikahan Caca yang begitu sederhana dan terkesan terburu-buru membuat Maymunah nenek nya Caca bertanya pada Naning menantu nya.
"Kata nya suami Caca ini orang kaya, pemilik perusahaan besar, kok pernikahannya Cuma gini-gini aja?! Buru-buru lahi!" kata Maymunah pada Naning dengan wajah sedikit mengejek.