Mendengar yang dikatakan Aminah, Caca tidak mampu mengatakan apa-apa lagi, disumpali nya mulut mungilnya dengan nasi dan lauk agar tidak bersuara tangisan nya. Namun air mata tidak mampu di bendung oleh Caca, air mata yang mengalir seakan itu adalah deraian hujan yang begitu deras nya.
Impian nya adalah akan memeluk Naning seerat-erat nya dan tak kan ia lepaskan hingga rasa rindu nya hilang. Namun kenyataan tidak selalu seperti apa yang kita kehendaki.
Caca kecil harus lebih bersabar lagi, harus lebih menguatkan hati nya untuk menahan rindu karna harus berpisah dengan ibu dan bapak nya untuk beberapa waktu lagi.
Bagi Caca semua yang terjadi ini seperti mimpi terburuk yang pernah dialami nya. Namun yang Caca heran, mengapa jika semua ini hanya mimpi, mengapa saat ia membuka mata nya, Naning dan Bayu masi tetap tidak ada disisi nya sebagaimana biasa nya. Dan Cacac sadar ini bukan mimpi, tapi ini cobaan yang harus Caca lewati mau tidak mau.
Malam hari saat seisi rumah sedang terlelap tidur, Caca masi belum bisa memejamkan mata sipit nya. Caca terus membolak-balikan badan nya berharap akan tertidur.
Namun sekeras apapun usaha yang dilakukan nya untuk tidur dan melupakan sejenak apa yang terjadi tetap tidak bisa. Mata nya seperti terganjal batu besar.
Untuk mengakhiri kegelisahan nya Caca bangun dari tempat tidur nya, kemudian ia menghampiri meja tempat Caca dan adik nya meletakkan alat-alat tulis sekolah mereka. Caca mengeluarkan satu buah buku dari dalam tas nya, mengambil pena biru milik nya dan duduk lah dia di meja makan dan mulai menuliskan kata demi kata dilembar kertas itu.
"Buk, ibuk apa kabar di sana ? Ibuk, Caca rindu sekali tau sama ibu. Ibuk sama bapak sehat-sehat di sana ya buk. Caca dan adik-adik tidak bisa ikut lagi melihat ibu kesana sering-sering karna jadwal ujian sudah semakin dekat bu. Doakan Caca bisa lulus ujian akhir ya bu, buk terimakasi sudah rela berjuang sebanyak ini untuk Caca, Luna dan Amira. Caca tidak malu sedikit pun meski ibuk sama bapak sekarang di penjara. Ibuk sama bapak sehat-sehat ya jangan khawatirin Caca sama adik-adik karna kami di urus dengan sangat baik oleh nenek buk" tulis Caca sambil meneteskan air mata.
Setelah selesai Caca menumpahkan isi hati nya di selembar kertas itu, dilipat nya kertas itu dan dimasukannya ke dalam amplop berwarna merah muda dengan gambar seorang peri yang sedang terbang.
Akhirnya Caca pun dapat memejamkan mata nya dan tertidur dengan pulas nya, melupakan apa yang sedang di lewati nya.
Dan setelah penantian yang begitu panjang, tibalah hari yang sangat di nanti-nanti oleh Caca. Sebulan sudah berlalu dan hari ini tibalah hari dimana Naning dan Bayu akan pulang.
Seakan langkah berjalan kaki sangatlah kecil dan lama untuk mencapai rumah, siang itu sepulang nya dari sekolah Caca berlari-lari untuk mencapai rumah nya. Namun sekali lagi, semua tidak seperti bayangan nya, ketika Caca memasuki rumah nya tidak ada tanda-tanda kepulangan orang tua nya.
"Ada apa ini? Dimana ibuk dan bapak? Apa mereka batal untuk pulang nek?" tanya Caca harap-harap cemas. Nenek nya tersenyum dan menjawab "jadi, tapi mungkin sore mereka baru sampai rumah karna harus menunggu surat-surat yang harus diurus terlebih dahulu" Aminah memberikan penjelasan agar menenangkan hati Caca.
Mendengar apa yang dikatakan Aminah, mau tak mau, sekali lagi Caca harus mengalah dengan keadaan yang lagi dan lagi memintanya untuk bersabar dan bersabar sedikit lagi.
Detik jam terasa sangat lama berputar, matahari seakan tidak bergerak untuk turun hari itu. Caca duduk begitu gelisah di bangku bawah pohon belimbing di depan halaman rumah nya.
Mata nya terus tertuju kearah jalan, Caca seperti enggan memalingkan wajah nya ke arah lain. Hati nya begitu gelisah, Caca terus bangun duduk berkali-kali .
Lama menunggu membuat Caca merasa haus, Caca pun ingin minum sebentar ke dalam. Saat Caca bangkit dari duduk nya dan melangkah akan masuk ke dalam rumah nya, tiba-tiba saja terdengar suara "tiin.....tiin...." suara klakson sebuat becak menghentikan langkahnya.
Caca segera berpaling dan betapa hati nya senang, seakan dunia nya dihujani ribuan bintang-bintang saat melihat Naning dan Bayu duduk di becak yang berhenti di hadapan nya. Akhirnya penantian nya berbuah manis.
Naning dan Bayu segera turun dari becak dan dibantu oleh abang becak nya mereka menurunkan tas berisi pakaian dan plastik yang berisi alat mandi dan makan mereka selama di penjara.
Caca langsung berteriak memanggil nenek dan adik nya sambil memeluk Naning dengan sangat erat seakan ini pertemuan setelah berpisah selama puluhan tahun. Aminah menyambut Naning dan Bayu dengan pelukan hangat ibuk untuk anak-anak nya yang sudah lama pergi jauh.
Dimomen yang sangat membahagiakan ini memang terasa ada yang kurang. Ya, tidak ada kehadiran Maymunah di rumah Naning dan Bayu untuk menyambut kepulangan mereka.
Bukan tanpa sebab Maymunah tidak ada dimomen bahagia itu. Karna sejak awal Bayu dan Naning di tangkap polisi keluarga Bayu begitu menyalahkan Naning akan apa yang terjadi.
Mereka menganggap yang terjadi itu adalah kesalahan Naning sepenuh nya, Naning yang begitu rakus akan uang, Naning yang tak memiliki rasa syukur untuk rezeki yang sudah di cari dan bawa pulang oleh Bayu.
Terlebih lagi Naning dan Bayu memang tidak pernah memberikan apapun untuk Maymunah sehingga membuat Naning dan Bayu ini tidak begitu dianggap keberadaannya dan dinilai sebagai anak menantu yang pelit.
Naning tidak terkejut atau sedih atas sikap ibu mertua dan ipar-ipar nya itu. Karna memang Bayu sudah banyak bercerita perihal mereka dengan segala watak mereka pada Naning sejak awal pernikahan mereka dulu. Hanya saja Naning merasa sedih untuk Caca, Luna dan Amira yang harus menelan sedih melihat perlakuan kurang menyenangkan mereka.
Yang paling mengiris hati bagi Naning adalah, ketika Caca bercerita bahwa Maymunah dan anak-anak nya sempat bersitegang dengan Aminah saat ia di penjara hanya karna hal spele. Tak hanya itu ipar-ipar Naning pun ikut memusuhi Aminah seolah mereka lupa, meski Aminah hanyalah mertua Bayu abang nya, tapi Aminah tetaplah orang tua yang sepatut nya di hormati karna bagaimana pun Aminah adalah nenek dari Caca, Luna dan Amira keponakan mereka.
Namun tak terbesit rasa dendam di hati Naning sedikitpun terhadap sikap mertua dan iparnya. Baginya baik ataupun buruk mereka, selama ia masi bersama dan menjadi istri sah Bayu, maka mereka tetaplah mertua nya orang tua nya dan adik-adik nya.
Naning berniat akan mendatangi mereka esok hari untuk menyambung silaturahmi yang sempat terputus. Naning tak ingin memilik hubungan yang tidak baik dengan siapapun terlebih lagi keluarga sendiri.
Melupakan sejenak rentetan masalah yang menghujani mereka yang datang bagaikan ombak dilaut yang menghantam begitu tajam tampa henti. Ini bukan akhir namun ini adalah langkah awal Caca melewati segala warna kehidupan yang tidak pernah terbayangkan oleh Caca kedepannya.