Chereads / Kejebak Cinta Mr.Arrogant / Chapter 2 - 2. Tangisan Caca Kecil

Chapter 2 - 2. Tangisan Caca Kecil

****

Menyambung perkataan nya. Caca mencoba menjelaskan lagi apa yang sebenarnya terjadi kepada seisi rumah yang menatap nya dengan penuh tanda tanya.

"Karna ada yang laporin kalau barang yang ibuk ambil itu belum di buang masi dipakai dan ibu mencuri nya" jelas Caca lagi sambil terisak-isak.

Seketika seisi rumah menjadi hening dan terdiam. Namun jauh dari bayangan Caca, sautan yang di dapat nya sangatlah tidak terbayangkan oleh nya.

"Itulah akibat ibuk mu tidak bisa dibilangin! Sudah di bilang jangan cari-cari barang bekas lagi, tetep kekeh banget nyarik juga" ujar Maymunah sangat kandas yang membuat Caca sangat sedih dan semakin terpukul.

Hati nya hancur. Yang ada di fikiran anak berusia 13 tahun itu hanya bagaimana nasib nya dan adik-adik nya? Sama siapa mereka akan tinggal? Bagaimana ia dan adik nya sekolah dan makan nanti ?

"Akibat bandel sih! lagian juga bang Bayu itu kenapa si takut banget sama istri ?! bukan nya dilarang, malah di bantu istri nya bawak barang-barang sampah begitu!" ucapan sinis seorang wanita berusia 28 tahun yang tak lain adalah Anum, adik dari bapak nya Caca.

Mencoba menganggap tak mendengar apapun, Caca hanya menangis dan berharap ada yang bisa menolong kedua orang tua nya. Dan tak lama datang la bik Sum kerumah nenek nya untuk memberi Caca sebuah telfon seluler miliknya "nih telfon keluarga ibuk mu, Caca ingat nomor nya ?" tanya bik Sum.

Dengan tangan dingin dan bergetar Caca mengambil telfon itu dan diketik nya nomer yang di hafal nya. Tak lain itu adalah nomor telfon Sri kakak dari ibu nya. Tak lama telfonpun tersambung, dengan isak tangis dan terbatah-batah Caca bicara.

"Halo, bude ini Caca de, de Caca mau bilang ibuk sama bapak di tangkap polisi de dan sekarang Caca cuma sama adek-adek dirumah gatau harus gimana dan ngapain sekarang de" kata nya sambil terus menangis.

"Ya Allah, kok bisa ?! Yauda Caca tenang dulu jaga adik-adik jangan kemana-mana, nanti bude kabari oom mu dan besok kami kesana ya Ca, nanti bude ajak nenek juga biar bisa tinggal di sana untuk ngurus dan menemani kalian ya" kata bude nya untuk sedikit menenangkan hati Caca.

Tak lama berselang datang seorang laki-laki yang usia nya tak berbeda jauh dengan bapak nya Caca, ia datang dengan sepeda motor miliknya. Setelah menurunkan standart sepeda motor nya, ia turun dari sepeda motor nya.

"Aduh kok bisa?! ada -ada aja buat masalah! ayuk mamak atau siapa yang ikut ?! Kita kesana dan lihat gimana keadaannya!" dengan nada lantang ia berbicara kepada nenek nya Caca.

Pria itu adalah Parman, seorang laki-laki berusia 35 tahun, merupakan saudara ipar dari bapak nya Caca. Parman cukup berpengaruh dan dipandang oleh kakek nenek dan keluarga bapak nya Caca. Sebab dari semua adik beradik keluarga bapak nya Caca, Parman merupakan orang yang perekonomiannya tergolong lumayan mampu saat itu, sehingga suara nya sangat di dengar. Parman mendapat berita mengenai Naning dan Bayu dari pak Kasim suami bik Sum.

Di putuskan bahwa yang akan ikut malam itu ke kantor polisi adalah kakek, nenek, Caca dan pak cik nya yang akan pergi ke kantor polisi malam itu untuk melihat keadaan di sana. Sambil berjalan keluar rumah, nenek nya memerintahkan Anum tante nya Caca untuk menemani adik-adik Caca yang sudah tertidur dirumah nya.

Setelah menempuh perjalanan kurang lebih 20 menit, sampailah mereka dikantor polisi. Dengan kaki yang tak henti bergetar Caca turun dari sepeda motor yang membonceng nya. Mata nya tajam dan liar melihat sekeliling mencari dimana ibu nya dimana bapak nya.

Dengan langkah tertatih dan perasaan campur aduk. Caca terus berjalan melangkah mengikuti nenek nya menuju kedalam kantor polisi untuk bertemu ibu dan bapak nya.

Tiba-tiba mata Caca menatap lurus kedepan. Kaki nya melangkah semakin cepat seirama dengan detak jantung nya yang berdebar menjadi tak karuan. Ternyata dihadapan nya sudah terlihat Naning sang ibu yang berdiri menatap ke arah nya.

"Sama siapa Caca kesini? Caca sudah makan? Adik-adik mana? Sama siapa dirumah?" tanya Naning sambil memeluk Caca yang sudah beruraian air mata. Tak terlihat air mata di wajah Naning sedikit pun, wanita tangguh ini memang hati nya setegar karang.

Bukan Naning tidak sedih dengan apa yang terjadi. Tak ada hati ibu yang tak hancur ketika harus berpisah dengan anak-anaknya, terlebih lagi anak perempuan. Namun Naning tau, yang terjadi adalah resiko dari apa yang ia kerjakan. Dan Naning yakin anak-anak faham bahwa Naning bekerja semata untuk anak-anak nya, jadi Naning yakin ini hanya masalah kecil yang menyandung nya.

"Jangan menangis! jangan sedih, ibuk disini tidak apa-apa. Nanti dirumah Caca makan kalau belum makan, jaga adik-adik jangan berkelahi! besok sekolah, uang jajan di atas lemari ada uang hasil bapak kerja dan hasil ibuk jual barang-barang bekas selama ini, dengar ibuk bilang ya! Jangan gak sekolah, harus sekolah" ujar nya pada Caca yang tak henti-henti menangis dipelukannya.

Caca hanyalah seorang gadis belia yang masih berumur 13 tahun pada saat itu. Namun meski mulutnya terkunci rapat akan segala hal yang didengar tentang ibu nya, dalam benak nya dari pada ia harus bersedih karna perkataan buruk orang tentang ibunya, lebih baik Caca mencoba memahami segala hal yang terjadi.

Caca dilahirkan oleh perempuan kuat dan tegar seperti Naning, maka tak heran jika Caca berjiwa tegar dan berani. Caca hanya bingung harus bagaimana ia tanpa ibu bapak nya, karna ia masih terlalu kecil untuk mengasuh adik nya tanpa mereka. Namun tak terbesit rasa takut dan malu dalam benak Caca untuk apa yang terjadi pada orang tua nya.

Disini Caca dapat memahami mengapa ibu nya, Naning rela banting tulang demi membantu bapak nya mencari uang, itu semua semata-mata demi Caca dan kedua adik nya. Padahal ibu nya bukanlah seorang perempuan yang biasa bekerja.

Ya, jika mengulik sedikit latar belakang Naning, ia dulu nya berasal dari keluarga yang cukup mampu. Naning tak harus bekerja seperti anak-anak lain untuk bisa sekolah. Naning pun selalu mengantongi uang saku lebih dari teman-temannya.

Jadi, apa sebab Naning bisa jungkir balik demi mencari uang ? Ya ! Jawaban nya hanya satu, anak-anak nya. Naning hanya tak ingin anak nya tak bisa bersekolah atau anak nya harus menahan rasa kepingin terhadap sesuatu jika hanya pasrah dengan pendapatan Bayu suami nya. Demi anak-anak nya tidak ada sesuatu yang terasa sulit dan berat.

Menjadi dewasa atau di paksa dewasa oleh keadaan, yang jelas Caca hanyut dalam fikiran yang semraut dan khawatir akan keadaan ibu bapak nya. Dan kecewa terhadap sikap keluarga Bayu.

Untuk tetep berdiri meski harus bergetar, Caca hanya mengingat perkataan Naning ibu nya "Hidup dan menjadi orang dewasa didunia ini tidak ada orang yang hidup nya gampang, tapi jangan karna kesulitan kamu malah menyerah" nasihat Naning menjadi semacam mantra untuk Caca agar selalu mampu melewati masa sulit yang ada di hadapan nya.