Cleo terus memperhatikan kakaknya yang sejak tadi hanya diam.
Kini kedua kakak beradik itu sedang berada di taman rumah sakit itu.
Taman itu terlihat indah dan juga sejuk.
Pepohonan yang terus bergoyang karena kencangnya terpaan angin membuat suasana semakin sejuk.
Steven benar benar ingin menangis saat ini juga, tapi tidak akan mungkin ia menangis di hadapan adiknya.
Bagaimana pun juga, ia adalah seorang anak laki laki dan juga seorang kakak bagi Cleo.
Ia tidak boleh terlihat sedih, ia tidak boleh membuat ayah dan juga adiknya semakin sedih dengan semua keadaan ini.
Cleo mendekat ke arah Steven.
Ia terus melirik ke arah kakaknya seakan akan ingin tahu apa yang sebenarnya di pikirkan oleh kakaknya tersebut.
"Kak Stev!!!!" Panggil Cleo pelan.
Tidak mendapat respon dari Steven, kali ini Cleo memberanikan diri untuk menyentuh kakaknya itu untuk menyadarkan laki laki itu dari lamunannya.
"Kak Stev!!!!' Panggil Cleo lagi sambil menepis pundak Stev pelan.
Stev yang sejak tadi tidak memperhatikan Cleo, langsung terkejut hingga membuat es krim yang ada di tangannya terjatuh ke tanah.
"Ehhhh Cleo? Kenapa sayang?"
"Kak Stev kenapa sih? Kok diam aja?"
Steven langsung bingung sendiri. Ia tidak tahu harus menjawab apa pada Cleo.
"Kak Stev mikirin kesehatan bunda ya?" Tanya Cleo lagi.
Steven semakin tidak kuat untuk menahan rasa sedihnya.
Bagaimana mungkin ia bisa memikirkan kesehatan bundanya, sedangkan wanita yang paling ia cintai itu sudah pergi untuk selama selamanya.
Cleo maju ke hadapan Stev dan menggerakkan tangannya untuk menggenggam tangan laki laki itu.
"Kak! Kak Stev ngak usah khawatir, Cleo yakin bunda pasti bakal sehat lagi kok. Lagian kan ayah ada di sana jagain bunda, jadi bunda ngak mungkin kenapa kenapa. Kak Stev jangan khawatir lagi ya." Ucap Cleo sambil terus menggenggam tangan laki laki itu.
Stev menatap sendu ke arah manik mata adiknya itu.
Stev turun dari kursi dan jongkok tepat di hadapan Cleo hingga tinggi tubuh mereka sama.
Stev langsung menarik Cleo kedalam pelukannya.
Ia benar benar tidak bisa menahan tangisnya lagi.
Tangisan Stev kini sudah pecah tepat di pelukan adik tercintanya itu.
Ia tidak mungkin bisa merahasiakan tentang apa yang sudah terjadi pada bundanya kepada Cleo.
Namun di sisi lain, Stev juga tidak tahu harus mengucapkan apa kepada Cleo tentang apa yang sudah terajadi pada bundanya.
Merasa ada yang aneh dengan kakaknya, Cleo melepaskan pelukannya sang kakak pada tubuhnya.
Namun, Stev kembali menarik tubuh Cleo seakan akan tidak ingin menunjukkan air matanya pada Cleo.
"Biarin kaka peluk kamu ya Cle, sebentar aja kok." Ucap Stev pada Cleo dan semakin mempererat pelukannya.
"Kak Steven kenapa? Kak Steven nangis ya? Kakak kenapa nangis?" Tanya Cleo lirih.
Steven hanya menggelengkan kepalanya yang masih berada di pelukan Cleo.
"Kak Steven kenapa nangis? Ada yang jahatin kak Steven ya?" Stev kembali menggelengkan kepalanya.
"Kalau ada yang ganggu kak Stev, bilang sama aku aja kak. Nanti aku bakal pukul mereka kok, kak Steven ngak boleh sedih. Nanti kalau kak Steven sedih, siapa yang bisa hibur aku kalau kak Stev sedih?"
"Lagian kak Stev kan udah gede, kok nangis nangis sih? Liat Cleo dong kak, Cleo aja ngak nangis. Cleo yakin kok, semua yang kita alamin sekarang, kalau kita ada masalah pasti itu yang terbaik menurut Tuhan. Jadi, kalau ada yang ganggu kak Stev, kak Stevn harus tau bahwa itu mungkin ujian dari Tuhan."
Steven semakin menangis saat mendengar ucapan adik satu satunya itu.
Ternyata, adik kecilnya ini memang benar benar memiliki pemikiran yang dewasa walaupun umurnya masih terlalu kecil.
Namun, Steven juga tidak bisa memastikan bahwa Cleo akan tetap berpikiran seperti apa yang dia ucapkan tadi setelah tau tentang bundanya yang sudah pergi untuk meninggalkan mereka.
"Cleo!!!! kakak ngak tau gimana reaksi kamu saat kamu tau apa yang terjadi sebenarnya dek. Kakak ngak bisa pastiin kalau kamu masih bisa ngomong kayak gini setelah kamu dengar semuanya." Ucap Steven.
Cleo semakin bingung dengan ucapan kakaknya.
"Maksud kak Steven apa? Yang terjadi sebenarnya? Emang apa yang terjadi kak?" Tanya Cleo bingung.
Steven dengan perlahan mulai melepaskan pelukannya dari tubuh Cleo.
"Cleo, sebenarnya ada yang mau kakak omongin ke kamu. Tapi kamu harus kuat ya dek, kakak mohon kamu jangan panik. Kakak harus kasih tau ini sama kamu, kakak tau ayah ngak akan sanggup buat kasih tau tentang ini sama kamu, tapi kamu harus tau ini dek..."
"Tau apa kak? Cleo harus tau apa?"
"Cleo, kamu harus tau kalau sebenarnya.... emmmm kamu harus tau kalau sebenarnya.... sebenarnya..." Steven benar benar tidak bisa melanjutkan kata katanya. Bibirnya seakan akan ditahan untuk tidak mengucapkan apapun.
"Kak Stev mau ngomong apa sih kak? Sebenarnya apa? Jangan buat Cleo semakin penasaran kak."
"Cle!!! Kamu harus tau kalau sebenarnya... kalau sebenarnya bunda udah ngak ada dek."
Mata Cleo yang awalnya masih bersinar, kini langsung berubah menjadi tatapan sendu.
Raut wajah gadis itu juga langsung berubah drastis.
"Cle!!! Kamu denger kakak kan dek?"
"Maksud kak Stev apa? Maksud kak Stev ngomong kalau bunda udah ngak ada itu apa? Jelasin sama Cleo, tolong jelasin kak." Ucap Cleo dengan nada yang lebih tinggi dan mata yang sudah berkaca kaca.
Steven sama sekali tidak kuat menatap adiknya, namun ia benar benar tidak bisa menahannya lagi.
Cleo memang harus tau akan hal ini, ia tidak boleh menutupi semua ini darinya.
Bagaimana pun juga, Cleo pasti akan tahu dan Steven tidak ingin jika Cleo harus tau dari orang lain karena itu pasti akan lebih menyakiti perasaan Cleo.
"Cleo, dengerin kakak dulu dek."
"Cleo selalu dengerin kak Stev, tapi tolong kasih tau Cleo tentang apa yang terjadi sebenarnya kak. Cleo mohon, Cleo mohon sama kak Steven."
"Cleo!!!! Dengerin kakak baik baik. Bunda... bunda udah ngak ada dek, bunda udah pergi, bunda udah pergi dan ninggalin kita untuk selama lamanya. Bunda udah ngak ada Cleo." Ucap Stev dengan penuh penekanan disertai dengan air mata yang terus keluar yang semakin membasahi wajahnya.
"Kak... tolong bilang sama Cleo kalau apa yang kak Stev bilang tadi adalah kebohongan dan cuman bercandaan dari kak Stev. Tolong kasih tau Cleo kalau semua ini ngak bener kak, tolong... tolong kasih tau Cleo kalau apa yang Cleo dengar tadi ngak betul kak."
"Cle!!!! Semua yang kamu denger itu memang benar Cle. Ngak ada kebohongan disitu."
"Kak tolong bangunin Cleo. Ini semua cuman mimpi kan? Ini mimpi Cleo kan kak?Tolong sadarin Cleo kak, tolong.... tolong..." Teriak Cleo histeris.