"Cle!!! Kamu harus tau kalau sebenarnya... kalau sebenarnya bunda udah ngak ada dek."
Mata Cleo yang awalnya masih bersinar, kini langsung berubah menjadi tatapan sendu.
Raut wajah gadis itu juga langsung berubah drastis.
"Cle!!! Kamu denger kakak kan dek?"
"Maksud kak Stev apa? Maksud kak Stev ngomong kalau bunda udah ngak ada itu apa? Jelasin sama Cleo, tolong jelasin kak." Ucap Cleo dengan nada yang lebih tinggi dan mata yang sudah berkaca kaca.
Steven sama sekali tidak kuat menatap adiknya, namun ia benar benar tidak bisa menahannya lagi.
Cleo memang harus tau akan hal ini, ia tidak boleh menutupi semua ini darinya.
Bagaimana pun juga, Cleo pasti akan tahu dan Steven tidak ingin jika Cleo harus tau dari orang lain karena itu pasti akan lebih menyakiti perasaan Cleo.
"Cleo, dengerin kakak dulu dek."
"Cleo selalu dengerin kak Stev, tapi tolong kasih tau Cleo tentang apa yang terjadi sebenarnya kak. Cleo mohon, Cleo mohon sama kak Steven."
"Cleo!!!! Dengerin kakak baik baik. Bunda... bunda udah ngak ada dek, bunda udah pergi, bunda udah pergi dan ninggalin kita untuk selama lamanya. Bunda udah ngak ada Cleo." Ucap Stev dengan penuh penekanan disertai dengan air mata yang terus keluar yang semakin membasahi wajahnya.
"Kak... tolong bilang sama Cleo kalau apa yang kak Stev bilang tadi adalah kebohongan dan cuman bercandaan dari kak Stev. Tolong kasih tau Cleo kalau semua ini ngak bener kak, tolong... tolong kasih tau Cleo kalau apa yang Cleo dengar tadi ngak betul kak."
"Cle!!!! Semua yang kamu denger itu memang benar Cle. Ngak ada kebohongan disitu."
"Kak tolong bangunin Cleo. Ini semua cuman mimpi kan? Ini mimpi Cleo kan kak?Tolong sadarin Cleo kak, tolong.... tolong..." Teriak Cleo histeris.
Melihat adiknya yang masih histeris dan menjadi tontonan banyak orang yang ada di sana, Steven langsung menarik adiknya itu kedalam pelukannya.
Cleo beberapa kali memberontak dan berusaha lepas dari pelukan Steven.
"Le.. lepas. Tolong lepasin Cleo kak. Cleo mau sama bunda, Cleo pengen ketemu sama bunda"
"Kakak akan bawa kamu untuk liat bunda, tapi setelah kamu kontrol emosi kamu Cle. Kakak ngak akan bawa kamu buat ketemu sama bunda kalau kamu masih seperti ini."
Mendengar ucapan kakaknya, Tangis Cleo mulai mereda.
Dia menarik tubuhnya dari pelukan Steven dengan perlahan.
Steven menatap manik mata Cleo yang terlihat sendu, hatinya benar benar teriris saat melihat adik satu satunya itu menangis seperti itu.
"Kak!!!!! Tolong bawa Cleo ketemu sama bunda. Cleo mau ketemu bunda, Cleo mohon!!!!!" Ucap Cleo dengan nada sendu.
Cleo berusaha menahan tangisnya agar Steven membawanya pergi dari sana.
Steven menganggukkan kepalanya dan mulai bangkit.
Steven meraih tangan mungil Cleo dan mulai berjalan meninggalkan area taman itu.
Sepanjang jalan, Steven memikirkan apa reaksi Cleo saat melihat bundanya nanti.
Apa dia masih bisa menahan tangisnya seperti sekarang atau malah kembali histeris seperti tadi?
Dia benar benar belum siap untuk melihat adiknya itu kembali histeris seperti tadi.
***
"BUNDA!!!!!" Teriak Cleo yang terdengar dari luar ruangan tempat Melden dan Audrey saat ini berada.
Cleo tiba tiba muncul dari balik pintu ruangan itu dan berlari ke arah tubuh Audrey yang sudah terbujur kaku di atas ranjang itu.
"BUNDA!!!! BUNDA..... CLEO MOHON BUNDA BANGUN. BUNDA NGAK BOLEH TINGGALIN CLEO SENDIRIAN BUNDA. BUNDA NGAK BOLEH PERGI!!!!! CLEO MOHON HIKSSSSS" Cleo terus menggoyang goyangkan tubuh bundanya berharap wanita itu akan bangkit dan memeluk tubuhnya seperti biasa.
Melihat Cleo yang histeris, Melden langsung menatap dan memberikan pandangan penuh tanya pada Steven.
Tatapan Melden seakan bertanya apa yang sudah anak laki lakinya itu katakan pada Cleo.
Steven membalas tatapan Melden, seakan mengerti dengan tatapan ayahnya, Steven mendekat dan berdiri tepat di hadapan sang ayah.
"Cleo harus tau yah. Bagaimana pun juga dia akan tau tentang ini, dan Steven ngak mau kalau sampai Cleo tau hal ini dari orang lain. Ini akan membuat dia lebih sakit." Ucap Steven lalu menghela nafas panjang.
"Tapi kasihan adik kamu Stev."
"Lebih kasihan lagi jika dia tidak tau apa yang terjadi sebenarnya. Jika kita menyembunyikan hal ini dari dia, ayah pikir berapa lama kita bisa sembunyikan ini dari dia? Dia pasti akan selalu mencari bunda yah."
Melden menghela nafas.
Perkataan Steven memang benar, namun dia tidak kuat melihat putri kesayangannya menangis seperti ini.
Melden mendekat ke arah Cleo dan memeluk tubuh gadis kecilnya itu.
Cleo membalas pelukan sang ayah dan menangis di dalam pelukan Melden.
Perlahan Melden mengelus lembut punggung gadis itu agar Cleo merasakan sedikit ketenangan.
"Ayah!!!! Kenapa bunda ninggalin kita? Kenapa bunda pergi dari kita hikssss"
Air mata Melden yang sejak tadi ia tahan tak terbendung lagi saat mendengar suara lirih dari putrinya itu.
"Bunda ngak akan pergi dari kita kok sayang. Bunda akan tetap bersama kita. Bunda akan selalu ada di hati Cleo."
Cleo melepas pelukannya dan menatap tubuh sang bunda.
"Kalau Cleo memang sayang bunda, Cleo harus bisa ikhlasin bunda."
"Cleo akan selalu sayang sama bunda, Cleo akan selalu ingat sama bunda, Cleo ngak akan pernah lupain bunda. Cleo janji bunda, Cleo janji!!!!" Ucap Cleo dan kembali memeluk tubuh sang bunda.
Cleo yang masih sangat belia harus berusaha menjadi dewasa karena dipaksa oleh keadaan yang menimpanya saat ini.
Melden dan Steven kembali menatap sendu ke arah Cleo dan juga Audrey.
"Tolong bantu ayah untuk menguatkan adik kamu Stev. Ayah tau hatinya sangat terluka, dia hanya berusaha untuk menutupi itu dari kita."
"Steven akan selalu menjaga dan membuat Cleo bahagia yah. Tanpa ayah suruh sekalipun, Steven akan melakukan itu. Karena itu memang sudah tugas dari Steven sebagai anak yang paling besar di keluarga ini."
Melden mengubah pandangannya ke arah Melden, dan menatap penuh bangga putra sulungnya itu.
Kini peran Melden dalam keluarga ini bukan lagi hanya sebagai kepala keluarga atau ayah bagi Cleo dan Steven, namun kini ia juga harus bisa menjadi sosok ibu untuk kedua anaknya itu.