"Ayah, kak Stev!!!!!" Teriak Cleo sambil berlari kecil dari arah kamarnya untuk menemui Melden dan Steven yang kini berada di meja makan menikmati sarapan mereka pagi ini.
Melden yang khawatir jika Cleo akan terjatuh, langsung berdiri dan menghampiri Cleo yang masih berlari ke arahnya.
"Jangan lari lari Cle!!" Ucap Melden sambil merentangkan tangannya memberi sikap untuk memeluk Cleo.
Huppppp
Cleo langsung menjatuhkan dirinya ke dalam pelukan Melden.
"Putri ayah kayaknya semangat banget. Kenapa tuh?" Tanya Melden pada Cleo sambil mengangkat tubuh gadis kecil itu agar duduk di atas kursi di samping Steven.
"Paling karena dia dapat gebetan kali yah di sekolahnya." Ucap Steven yang tiba tiba menyahut percakapan Cleo dan juga Melden.
"Bener kata kakak kamu Cle? Cleo dapat gebetan ya di sekolahnya?" Tanya Melden yang membuat Cleo langsung bad mood.
"Ngak kok yah. Kak Steven ngasal aja, mana ada aku dapat gebetan." Ucap Cleo sambil menatap tajam ke arah Steven.
Steven yang mendapat tatapan tajam dari Cleo hanya bisa tersenyum sambil menjulurkan sedikit lidahnya bermaksud mengejek Cleo.
"Trus kenapa kamu kayak keliatan bahagia banget sayang?" Tanya Melden kembali.
"Kan hari ini Cleo masuk di sekolah Cleo yang baru, jadi harus bahagia dong. Iyakan yah?" Ucap Cleo sambil memberikan senyum kecil pada sang ayah.
"Ohhh gitu toh. Nanti kalau ada apa apa di sekolah barunya Cleo, ngomong aja sama gurunya ya sayang. Jangan diam diam aja ya."
"Siap laksanakan!!!" Ucap Cleo sambil mengangkat tangannya, memberi sikap menghormat pada Melden.
Melden mengikuti gerakan tangan Cleo, dan memberi hormat pada Cleo.
Kedua orang itu hanya tertawa saat menatap satu sama lain.
"Stev! Nanti kalau kamu udah sampai di sekolahnya Cleo jangan langsung tinggalin dia di sana. Temenin dia di sana dulu, karena masih baru mungkin nanti dia belum ada temennya." Ucap Melden memberikan arahan pada Steven.
Steven menganggukkan kepalanya .
"Ya udah, sekarang lebih baik kita lanjut makan lagi."
"Iya yah!" Jawab Steven dan Cleo bersamaan.
Setelah percakapan itu, Steven, Melden dan juga Cleo tidak ada yang memulai percakapan mereka lagi.
Ketiga orang itu sama sama fokus kemakanan mereka masing masing.
Kurang lebih lima belas menit, akhirnya Steven, Melden dan juga Cleo sudah menyelesaikan acara sarapan mereka.
Kini ketiga orang itu sudah berada di halaman rumahnya yang di sana sudah terdapat dua mobil mewah yang akan mereak gunakan.
"Aku sama ka Stev berangkat duluan ya yah." Pamit Cleo sambil menyalim tangan ayahnya saat dirinya bersiap untuk berangkat ke sekolah.
Melden memeluk tubuh putri kecilnya itu sambil mencium keningnya lembut.
"Kamu baik baik ya sekolahnya. Jangan nakal nakal. Jangan jahat sama temen temen kamu nanti" Ucap Melden.
Cleo hanya tersenyum lalu mencium pipi sang ayah.
"Cleo ngak akan nakal kok yah. Kan bunda dulu selalu ajarin Cleo supaya jangan pernah jahat sama orang lain dan harus bisa untuk selalu berbuat baik sama semua orang." Ucap Cleo.
Steven dan Melden yang mendengar ucapan Cleo langsung mengalihkan pandangannya dari Cleo.
Mereka saling menatap satu sama lain.
"Emmm ya udah. Sekarang kamu ikut kakak kamu gih, nanti kakak kamu malah ngomel ngomel ngak jelas lagi kalo kalian perginya lama." Ucap Melden.
Melden sengaja mengalihkan pembicaraan dirinya dan juga Cleo agar gadis kecilnya itu tidak menyebut lagi tentang bundanya.
Melden bukan bermaksud untuk menghilangkan ingatan atau kenangan Cleo tentang bundanya, namun dia tidak ingin jika Cleo terus mengingat bundanya gadis itu akan kembali terpuruk seperti beberapa hari yang lalu setelah kepergian bundanya.
Hati Melden benar benar hancur ketika melihat Cleo yang berubah secara drastis jika di lihat dari sikapnya ketika bundanya masih ada.
Cleo menjadi lebih pendiam, dan suka mengurung diri di kamar.
Putri kecilnya itu juga sangat susah untuk di suruh makan hingga kemarin malam suhu tubuhnya sempat drop.
Melden benar benar tidak ingin jika hal itu kembali lagi pada diri Cleo.
Cukup sudah dia terpuruk karena kehilangan istri sekaligus ibu dari anak anaknya, ia tidak ingin jika harus kehilangan Steven dan juga Cleo lagi.
Kini, di dalam kehidupan Melden, hanya ada Steven dan juga Cleo.
Kedua anaknya itu akan selalu menjadi orang yang paling penting dalam hidupnya.
Melden tidak akan pernah membiarkan siapa pun bisa masuk dan menghancurkan keluarganya.
Melden akhirnya memeluk Cleo sekali lagi.
"Ya sudah. Stev, bawa adik kamu masuk ke mobil." Ucap Melden menyuruh Steven untuk membawa Cleo masuk ke dalam mobil.
Steven yang mengerti maksud ayahnya langsung meraih tangan Cleo dan menuntun adiknya itu agar segera masuk ke dalam mobil.
Kini Cleo sudah berada di dalam mobil itu.
Steven hampir menutup pintu mobil itu namun di tahan oleh Cleo.
Cleo mengeluarkan kepalanya sedikit dari dalam mobil dan menatap ke arah ayahnya yang masih berdiri di tempat yang sama dengan tempatnya sebelum Cleo masuk ke dalam mobil.
"Yah, Cleo berangkat dulu ya. Cleo sayang ayah." Ucap Cleo sebelum Steven menutup pintu mobil itu.
"Iya sayang. Hati hati di sana dan satu lagi, ayah juga sayang sama kamu." Ucap Melden.
Setelah itu, Steven menutup pintu mobil dan hendak berjalan ke arah kursi pengemudi.
"Stev dan Cleo pergi dulu ya yah. Ayah juga langsung berangkat ke kantor aja." Ucap Steven.
"Ayah titip Cleo ya Stev. Jaga dia, apalagi itu masih sekolah yang baru jadi lingkungan itu masih baru buat dia."
"Iya yah, siap."
"Dan satu lagi Stev, tolong ajak adik kamu ngobrol selama perjalanan ke sekolah. Jangan pernah biarin dia bengong, ayah takut dia akan memikirkan hal hal yang aneh. Jadi sebisa mungkin kamu harus bisa ngobrol dan kasih topik yang seru yang bisa membuat dia melupakan kesedihannya." Ucap Melden.
Steven menggangguk kan kepalanya pelan.
"Iya yah. Dan tanpa ayah suruh sekali pun, Stev pasti akan melakukan itu. Stev janji sama ayah."
"Terima kasih Stev. Ayah bangga punya anak yang memiliki pemikiran dewasa seperti kamu."
"Dari dulu juga aku orangnya dewasa kali yah. Ayah aja yang ngak pernah ngakuin itu." Ucap Stev penuh percaya diri.
Melden yang sejak tadi sudah merasakan suasana serius tiba tiba langsung kehilangan moodnya ketika Stev yang malah membuatnya tertawa karena lelucon yang dia ciptakan barusan.
"Udah udah Stev. Lebih baik sekarang kamu masuk mobil aja, dan anterin adi...."
tittttttt
Belum selesai Melden mengucapkan kata katanya, percakapan mereka langsung terhenti ketika terdengar suara klakson mobil yang sengaja dibunyikan oleh Cleo.
Mereka melihat Cleo yang mengeluarkan kepalanya dari dalam mobil itu.
"Kak Stev, ayok!!!! Nanti kalau Cleo telat gimana? Cleo ngak mau di hukum sama guru Cleo kak."
"Ohh iya iya. Ini bentar lagi juga kakak kamu udah mau masuk kok. tunggu sebentar ya sayang." Ucap Melden sambil melirik ke arah Steven.
Melden memutar bola matanya ke arah Steven seakan akan menyuruh laki laki itu untuk segera masuk ke dalam mobilnya menyusul Cleo yang sudah berada di sana sejak tadi.
"Stev pergi ya yah."
"Iya. Hati hati nyetirnya Stev. Nga usah ngebut."
"Iya yah!!!!!" Jawab Stev dengan menaikkan nadanya agar di dengar oleh Melden yang sudah berada lumayan jauh darinya.
Setelah itu, Stev dan Cleo akhirnya meninggalkan area rumah itu.
Melden yang masih berada di sana, hanya tersenyum kecil saat melihat mobil Stev yang semakin lama semakin menghilang dari pandagannnya.
"Audrey, kamu liat kan sayang. Anak anak kita sudah bisa berpikir dewasa, kamu yang tenang di sana. Aku akan pastikan bahwa mereka akan selalu bahagia. Aku janji sayang." Ucap Melden bermonolog.