Cleo tak henti hentinya memandangi bangunan sekolah barunya yang menjulang tinggi ke atas.
Sekolah itu terlihat indah dan juga bersih.
"Gimana sekolahnya? Bagus ngak?" Tanya Steven pada Cleo.
Anak kecil itu masih sibuk memandangi suasana sekolah barunyua itu dan tidak merespon pertanyaan Steven sama sekali.
Steven hanya tersenyum kecil saat melihat tingkah adik kecilnya itu.
"Cle!!!!" Panggil Steven sambil mengelus lembut bahu Cleo.
Cleo langsung mengarahkan pandangannya pada Steven saat mendengar bahwa sang kaka memanggilnya.
"Emmm kenapa kak?" Tanya Cleo dengan wajah bingung sambil menatap Steven.
Steven kembali menunjukkan senyum manisnya pada Cleo.
Laki laki itu langsung berjalan mendekat ke arah gadis itu, dan jongkok tepat di hadapannya untuk mensejajarkan tinggi tubuhnya dengan Cleo.
"Kamu suka sekolahnya ngak?" Tanya Steven kembali lagi.
Dengan penuh antusias, Cleo langsung menganggukkan kepalanya beberapa kali.
Steven dapat melihat sebuah senyuman indah yang terukir indah di wajah gadis yang ada di hadapanya itu.
Hatinya di penuhi kebahagiaan ketika Cleo, adik kesayangannya itu terlihat senyum kembali seperti ini.
Steven sudah lama tidak melihat senyuman indah ini muncul di wajah gadis kecilnya itu sejak bundanya meninggal.
"Aku suka ka sama sekolahnya. Pasti nanti Cleo bakal dapet temen temen baru di sini." Ucap Cleo antusias.
Tangan Steven kini sudah berada di puncak kepala gadis itu.
Steven mengelus puncak kepala gadis itu dengan penuh kasih sayang.
"Kakak yakin kamu bakal bisa dapet temen banyak di sini. Kan adik kaka baik, cantik lagi." Ucap Steven sambil mencubit pipi chuby Cleo dengan gemas.
Cleo hanya tersenyum kecil lalu memeluk sang kakak.
"Makasih ya ka, udah mau nganterin Cleo hari ini ke sekolah."
"Itu udah jadi kewajiban kakak sayang."
Steven melepas pelukannya pada Cleo dan menatap lembut ke arah mata gadis kecil itu.
"Sekarang mending kita masuk ke dalam ya. Kita ke ruang guru buat nanya ruang kelas kamu itu ada di mana." Ucap Steven yang di balas anggukan oleh Cleo.
Steven meraih tangan mungil Cleo dan menggenggam tangan kecilnya itu dengan lembut.
Kedua orang itu berjalan dengan santai sambil mencari ruang guru di sekolah itu.
"Nah itu dia." Ucap Steven begitu menemukan sebuah pintu yang di depannya bertuliskan ruang guru.
Steven dan Cleo kemudian bergegas menuju ruangan itu.
Setibanya di sana, Steven dan juga Cleo langsung bertemu dengan beberapa guru yang terlihat sibuk dengan pekerjaan mereka masing masing.
Mungkin mereka sibuk untuk menyiapkan bahan materi pelajaran yang akan mereka ajarkan kepada anak anak pagi ini.
Beberapa waktu berlalu Steven dan Cleo berdiri di hadapan pintu itu, namun belum juga ada guru atau staff yang menyapa mereka.
Steven kemudian memberanikan diri untuk kembali mengetuk pintu ruangan itu untuk yang kedua kalinya.
Kali ini, ketukan Steven sudah di dengar oleh beberapa guru yang ada di sana.
Terbukti dengan mereka yang langsung menghentikan pekerjaan mereka dan menatap ke arah Steven.
"Permisi pak buk. Maaf jika saya mengganggu." Ucap Steven sopan.
Tiba tiba seorang wanita yang berpakaian rapih dan juga sopan langsung datang menemui Steven dan juga Cleo yang masih berada di depan pintu itu.
"Maaf, apa anda wali dari Cleo Arlen Melden?" Tanya wanita itu dengan nada lembut dan juga sopan.
Steven menundukkan kepalanya.
"Iya bu. Saya Steven Melden. Kakak dari Cleo. Maaf jika ayah saya tidak bisa hadir karena beliau ada urusan yang lain." Ucap Steven.
Wanita itu mengangguk pelan.
"Emmm mari ikut saya. Kita bahas mengenai Cleo kedepannya di sekolah ini." Ucap wanita itu lalu di balas anggukan oleh Steven.
Cleo sejak tadi hanya terdiam, dia tidak berani mengeluarkan suaranya sama sekali.
Kini, Steven, Cleo dan juga wanita yang tadi berbicara dengan Steven sudah berada di sebuah ruangan yang Steven rasa ini merupakan ruangan wanita itu.
"Silahkan duduk." Ucap wanita itu lalu duduk di kursinya.
"Emmm sebelumnya perkenalkan nama saya Audrey, saya merupakan kepala sekolah di sekolah ini." Ucap wanita itu memperkenalkan diri.
Begitu wanita itu menyebutkan namanya, Steven dan Cleo langsung tercengang.
Kedua kaka beradik itu langsung sama sama terdiam dan saling pandang, hingga membuat wanita itu heran dengan apa yang terjadi.
"Emmmm kenapa? Apa ada yang salah dengan ucapan saya?" Tanya wanita itu bingung.
Steven langsung menggelengkan kepalanya.
"Emmm maaf buk, tadi saya tiba tiba langsung teringat dengan bunda saya saja ketika ibu menyebutkan nama ibu." Ucap Steven.
Wanita yang menyebut dirinya bernama Audrey dan juga menyatakan bahwa dirinya sebagai kepala sekolah di sekolah baru itu mengernyitkan kepalanya bingung dengan apa yang dimaksud oleh Steven.
"Emmm maksudnya apa ya? Kalau boleh tau apa ada sesuatu yang saya ucapkan hingga membuat anda mengingat bunda anda?" Tanya Audrey.
"Emmm bunda saya memiliki nama yang sama dengan bu Audrey." Jawab Steven lalu menunjukkan senyum manisnya.
"Ouhhh kebetulan sekali ya. Tapi, kalau saya boleh tau bunda Steven dan Cleo dimana? Apa beliau juga ada urusan seperti ayah kalian?"
Mendengar pertanyaan bu Audrey, Steven dan Cleo langsung menundukkan kepalanya.
Steven mengalihkan pandangannya kepada Cleo yang kini sudah menundukkan kepalanya dalam.
Beberapa detik kemudian, Steven kembali menunjukkan senyum kecil kepada wanita itu.
"Bunda saya baru saja meninggal." Ucap Steven sambil terus menunjukkan senyum kecilnya seakan akan tidak ingin menunjukkan bahwa dirinya saat ini ingin menangis karena teringat kepada bundanya.
Bu Audrey langsung terdiam begitu mendengar ucapan dari Steven.
Wanita itu langsung mengalihkan pandangannya kepada Cleo yang kini masih terus menundukkan kepalanya dan tidak mau menunjukkan wajah sedihnya.
Wanita itu mulai bangkit dari tempat duduknya dan berjalan ke arah Cleo.
Wanita itu jongkok di hadapan Cleo yang masih duduk di atas kursi agar mensejajarkan tinggi tubuh mereka.
Wanita itu mengenggam tangan Cleo.
Cleo mulai mengangkat kepalanya begitu wanita itu memberikan sentuhan padanya.
Bu Audrey tersenyum kepada Cleo lalu mengelus lembut rambut gadis itu.
"Cleo masih sedih karena bunda Cleo pergi?" Tanya wanita itu lalu di balas anggukan oleh Cleo.
"Bu guru tau perasaan Cleo seperti apa. Bu guru juga dulu kehilangan bunda bu guru waktu bu guru masih kecil. Bahkan bu guru baru berusia beberapa minggu, bunda bu guru pergi meninggalkan bu guru untuk selama lamanya." Ucapan bu guru Audrey terjeda.
Audrey bisa melihat raut wajah gadis kecil itu bahwa ia sedang menunggu untuk melanjutkan ucapannya.
"Bu guru tidak pernah merasakan bagaimana rasanya memiliki seorang ibu. bu guru hanya di besarkan oleh ayah bu guru saja. Tapi bu guru tidak pernah sedih, karena bu guru masih punya ayah yang sangat menyayangi bu guru."
"Dan sekarang, ketika bunda Cleo pergi untuk selama lamanya, Cleo harus bersyukur karena Cleo masih di berikan ayah dan juga seorang kaka yang sangat menyayangi Cleo. Cleo masih beruntung, karena masih sempat merasakan bagaimana rasanya kasih sayang seorang bunda."
"Cleo harus tau, bahwa di luar sana masih banyak orang yang hidupnya tidak seberuntung Cleo. Cleo harus bisa bersyukur dalam segala hal ya sayang. Jangan sedih terus, bunda Cleo pasti ngak akan suka kalau Cleo sedih terus seperti ini. Bunda kamu pasti selalu menginginkan agar kamu bisa bahagia terus dan menjalani kehidupan kamu seperti biasanya. Kamu bisakan lakukan itu demi bunda kamu?" Tanya wanita itu pada Cleo.
Cleo memandang sejenak ke arah wanita itu lalu dengan perlahan menganggukkan kepalanya sambil tersenyum kecil pada wanita itu.
"Bu guru yakin, Audrey pasti kuat dengan semua ini."
"Makasih bu guru. Cleo akan selalu bahagia demi bunda. Cleo harus bisa buat bunda bangga, walaupun bunda udah ngak bisa ketemu sama Cleo lagi."
"Anak pinter." Ucap wanita itu sambil mengelus lembut rambut Cleo dan bangkit dari posisinya.
Steven yang sejak tadi berada di samping Cleo membungkukkan tubuhnya sebagai ucapan terima kasihnya pada wanita itu karena sudah membantu Cleo.
"Terima kasih bu Audrey, dan saya mohon bantuannya untuk bisa membantu Cleo selama menjalani pendidikannya di sini."
"Dengan senang hati Steven. " Ucap wanita itu.