"Siapa kau?"
Aku mendengar suara seorang gadis.
"Apa yang kau inginkan?"
Suara yang menenangkan dan lembut. Namun datar, seperti tidak ada arti dalam setiap perkataanya.
"Kembali? kemana?"
Sesosok kecil berambut putih panjang, memakai pakaian hitam yang menyatu dengan kegelapan malam. Namun juga memantulkan cahaya dari kunang-kunang disekitar.
"Memangnya kau bisa melakukannya?"
"Baiklah"
Namun kenapa dia...
"Dunia dan takdir, cobalah untuk melawan keduanya. Kau ini seharusnya sadar bahwa kau hanyalah mahluk lemah. Hanya bisa mengikuti takdir dan mati ditelan dunia. Tetapi buktikanlah, kalau kau bukan mahluk yang seperti itu"
Terlihat kesepian.
"Aku akan ikut denganmu, untuk melihat dirimu menaklukan keduanya"
Dan aku berusaha untuk mengingatnya lagi, namun kata-kata dan suaranya semakin menghilang perlahan bersamaan dengan suara alarm yang semakin terdengar keras.
Tanpa memikirkannya lebih lanjut aku melempar selimut yang hangat dan menjauh dari tempat tidurku.
Mandi, memakai seragam sekolah, lalu sarapan bersama ibu dan adikku.
Senyuman serta kata-kata. Melihat adikku mau jujur padaku cukup membuatku bahagia.
Aku tahu ini hanyalah sebuah kebahagiaan kecil, namun sangat berharga untukku. Mau bagaimanapun ini adalah salah satu hasil dari perjuanganku yang cukup panjang.
Tidak perlu memikirkan masa lalu ataupun masa depan, untuk sekarang aku hanya ingin memikirkan apa yang ingin kulakukan untuk hari ini.
Waktunya untuk berangkat bersama adikku yang masih SD, Chloe. Jarak ke sekolah cukup jauh, namun perjalanan terasa sangat singkat. Melihat dia mau tersenyum di depanku dan berbicara dengan nada yang riang membuatku semakin mencintai dunia ini.
Tidak seperti dulu dimana Chloe tidak mau berbicara denganku, bahkan tidak mau mengenal namaku.
Mau aku berusaha melupakannya ataupun menghapusnya, sepertinya masa lalu tidak akan pernah menjauh dariku. Selalu terlihat bahkan jika aku sudah muak untuk melihatnya.
Berpisah dengan Chloe aku melanjutkan perjalanan sendirian. Disaat seperti ini aku sedikit merasa kesepian. Rasanya... Seperti kembali ke masa lalu.
Untungnya tidak begitu lama, setelah berjalan beberapa menit aku bertemu dengan temanku di jalan. Riezky, kami sudah berteman cukup lama, dia sangatlah pengertian, mungkin karena itulah dia selalu menungguku disini.
Sampai di sekolah, masuk ke kelas dan bermain dengan temanku yang lain. Bahkan disaat pelajaran berlangsung, tanpa mendengarkan penjelasan ataupun melihat ke papan tulis aku tetap bermain dengan teman.
Melewati pelajaran yang membosankan akhirnya jam istirahat tiba, melakukan berbagai hal sampai jam istirahat habis. Dan sekali lagi, menjauhkan telinga dan mata dari guru, menggerakan tangan untuk bersenang-senang... Sampai waktu pulang.
Berjalan menuju rumah bersama matahari yang menenggelamkan cahayanya, aku menyukai pemandangan langit yang semakin memerah. Tidak bisa memikirkan masa lalu atau hal lain, yang bisa kupikirkan sekarang hanyalah rumah.
Sampai, membuka pintu rumah dan melakukan hal yang biasa kulakukan, salah satunya melewati jam untuk belajar, lalu tidur.
Beberapa detik setelah menutup mataku aku yakin kalau sudah tertidur, namun anehnya aku merasa seperti berada di kegelapan.
Bisa menggerakan tubuhku di dalam mimpi dan berbicara bahkan berpikir.
"Io Karma"
Didepanku terlihat seorang wanita. Pakaiannya aneh seperti hanya terdiri dari selendang dan kain putih dilumuri emas, ditambah warna rambut ungu yang terlihat alami. Dan yang paling jelas adalah auranya, aku merasakan tekanan yang terasa aneh.
Dia adalah dewi, seakan mata dan pikiranku mengatakannya kepadaku.
"Terimalah pemberian dariku"
"Pemberian? apa yang akan kau berikan padaku?"
Sang dewi tersenyum, seakan dia menunggu pertanyaanku.
"Sebuah kesempatan! kesempatan untukmu merasakan kehidupan yang lebih menarik dari hidupmu yang dulu"
Aku hanya bisa bingung dengan perkataannya.
"Yang kumaksud adalah kau akan kupindahkan ke dunia lain. Dunia yang sangat berbeda dari duniamu, dunia berdasarkan sihir dan pedang. Kau juga bebas untuk memilih kekuatan yang kau inginkan"
"Dipindahkan ke dunia lain?"
Aku tidak mungkin percaya akan hal itu, namun aku tetap saja mempercayainya.
"Dunia lain kah..."
Mungkin kalau diriku yang lama akan menerimanya.
"Maaf, aku lebih memilih untuk tinggal di duniaku daripada pindah ke dunia lain"
Tetapi, aku yang sekarang sudah tidak membencinya lagi. Aku tidak ingin meninggalkan kehidupanku yang sekarang.
Hanya saja, sepertinya jawabanku bukanlah jawaban yang bagus. Melolotiku dan dengan ekspresi bingung, dia terdiam sementara. Tentu saja dengan tatapan yang menakutkan.
"Tidak bisa. Tidak ada pilihan untukmu tinggal di duniamu, tetapi kenapa kau lebih memilih untuk tinggal? padahal semua manusia yang kupindahkan menerimanya dengan senang hati"
Aku tidak peduli dengan mereka yang menyerah pada dunianya, yang lebih penting apa maksudnya tidak ada pilihan untuk tinggal?
"Tidak bisa? kenapa tidak bisa? aku ingin tetap tinggal di duniakku"
"Tidak ada alasan. Kau diberi kesempatan untuk merasakan dunia lain, kenapa kau menolak?"
"Sama sepertimu. Tidak ada alasan, aku menolak karena itulah keinginanku. Berikan saja kesempatan ini pada orang lain, aku tidak membutuhkannya"
Tidak mungkin aku meninggalkan dunia ini, aku masih ingin bersama keluarga dan temanku.
"Merepotkan juga ya, pokoknya kau akan dipindahkan ke dunia lain walaupun kau tidak menginginkannya"
Sepertinya perkataanku tidak ada artinya. Menolak ataupun mengatakan keinginanku pun percuma, kalau begitu aku akan menyerah sekarang.
"Baiklah... Tetapi bagaimana dengan duniaku? apa yang terjadi kalau aku pindah ke dunia lain?"
"Tenang saja, aku tinggal menghapus keberadaanmu dari dunia lamamu. Dunia, orang yang kau kenal ataupun tidak, temanmu, bahkan orangtuamu. Semua hal tentangmu akan hilang sampai tak tersisa"
Keberadaanku dihapus dan akan dianggap tidak ada...
Yang berarti... Semua perjuanganku adalah sia-sia? Semuanya?
"Lalu apakah ingatanku juga akan dihapus?"
Kalau semuanya dihilangkan. Lalu apa yang sebenarnya kulakukan selama 3 tahun ini?
"Tentu saja tidak. Apa gunanya kau dipindahkan kalau tidak memiliki ingatan? sekarang pilihlah kekuatanmu, kau bebas untuk memilih"
Kalau aku tahu akan menjadi seperti ini, lebih baik aku tidak-
"Baiklah, berapa banyak kekuatan yang bisa kumiliki?"
Semua perjuanganku tidaklah sia-sia, tidak akan kubuat sia-sia.
"Tergantung sekuat apa kekuatan yang kau pilih, kalau kekuatan yang kau pilih mencapai tingkat yang tertinggi maka kau hanya bisa memilih satu. Tetapi kalau termasuk tingkat menengah atau tidak begitu kuat mungkin bisa memilih sampai 3"
Walaupun semua hasil perjuanganku telah hilang, aku akan tetap berjuang untuk mendapatkannya kembali.
"Kalau memang seperti itu, aku menginginkan kekuatan yang bisa membuatku kembali ke dunia lamaku"
Dewi terdiam sekali lagi dan menatapku dengan benci.
"Kau serius!? masih saja ingin kembali ke duniamu? aku mengerti... Akan kuberikan kekuatan yang kau inginkan"
Sang dewi tersenyum, namun senyumnya tidak menunjukan kesenangan.
"Tetapi, walaupun kau bisa kembali ke duniamu. Dunia tidak akan menyambutmu, orang yang kau kenal dan kau sayang melihatmu sebagai orang asing. Apa kau masih tetap ingin kembali?"
Kembali.
Ke dunia dimana keberadaanku telah dihapus, keluarga dan teman-temanku juga tidak akan menungguku kembali.
"Tidak masalah..."
"Mereka tidak akan mengingatmu lo, bahkan orangtuamu yang sedarah daging denganmu... Kalau kau pindah di dunia lain, kau masih bisa memulai hidup baru. Tetapi kalau kau memilih untuk kembali ke dunia lamamu kau hanya akan menyesal!!!"
Kenapa si Dewi ini terlihat begitu resah dengan pilihanku? sebenci itukah dia dengan pilihanku?
"Tidak mungkin aku menyesal untuk melihat adikku tumbuh besar, membalas hutangku pada ibukku, dan menjadi dewasa bersama teman-temanku"
Walaupun dunia menghapus keberadaanku.
Aku akan berusaha dan berjuang sekali lagi.
Untuk menunjukan pada dunia bahwa aku ada.
"Baiklah, sepertinya keputusanmu sudah tidak akan diganti. Tetapi untuk bisa menggunakannya kau harus mencari caranya sendiri. Tentu, tidak akan kubuat mudah"
"Sekalipun kau memusuhiku, tidak akan ada masalah"
Selama aku masih bisa berharap, dan masih bisa mencintai dunia. Aku akan berusaha.
"Memang aku tidak menyukaimu, tetapi aku masih sadar akan posisiku. Setidaknya aku memberimu kekuatan tambahan agar kau bisa bertahan hidup. Kalau begitu selamat tinggal! nikmatilah kehidupan barumu disana" ucapnya sembari melambaikan tangan.
Seperti ditarik oleh sesuatu, aku semakin menjauh darinya.
Terjadi sangat cepat sampai aku tidak bisa berpikir apapun. Saat aku menengok kebelakang aku sudah berada di tempat yang berbeda. Tempat yang terasa tidak asing, seperti pernah melihatnya.
"Siapa kau?" Suara gadis dari belakangku.
Sesaat setelah melihat wajahnya, aku merasa pernah bertemu dengannya.
Hanya saja aku tetap tidak bisa mengingat dengan jelas siapa dia.