"..."
Diam dengan wajah yang mengekspresikan ketidakinginannya untuk menjelaskan.
"Penyihir... Terlahir sebagai penyihir dan hidup sebagai penyihir, tanpa pernah dianggap sama dengan mereka sebagai manusia, kami juga dibedakan bahkan dihilangkan. Kami tidak lain adalah pembawa hal buruk bagi mereka dan kami sendiri" Jelasnya memperlihatkan tatapan yang lemah.
"Jadi maksudmu penyihir tidak dianggap sebagai manusia melainkan sebagai mahluk asing kah...?"
Sangat kejam, dia adalah manusia yang memiliki hati, pikiran, dan perasaan yang sama dengan manusia. Tetapi tidak, mereka tidak menganggap penyihir sebagai salah satu dari mereka. Pemikiran yang sangat konyol.
"Tetapi bagaimana mereka tahu kalau kau adalah seorang penyihir?"
"Kami terlahir dengan tanda, dan semuanya dengan tanda buruk. Kematian, bencana kelaparan, kebakaran, dan masih lebih banyak dari itu. Lalu kami akan diberi panggilan tergantung dari tanda kelahiran kami"
"Bagaimana dengan nama panggilanmu?"
"Penyihir mimpi"
Nama panggilan yang terdengar indah ditelinga, namun sepertinya tidak baginya.
"Kalau nama aslimu?"
"Tidak ada, aku selalu dipanggil sebagai penyihir mimpi sejak lahir"
"Tidak ada...?"
Tidak ada, hidup tanpa adanya seseorang yang memanggil namanya, kehidupannya bagai mimpi buruk.
"Apakah segitu bencinya mereka terhadap penyihir? bahkan orangtuamu tidak memberimu nama?"
"Kau salah. Mereka terlalu membenci penyihir, sampai bahkan aku tidak diakui sebagai anak dari orang yang melahirkanku"
Aku hanya bisa diam setelah dia berkata akan hal itu. Dunia memang selalu kejam tidak peduli sebaik apapun mahluk yang hidup didalamnya.
"Kau.... Pernahkah kau berpikir untuk memusnahkan manusia?"
"Tentu pernah, mungkin semua penyihir pernah memikirkannya. Namun sama sepertiku mereka membuang jauh-jauh pemikiran itu. Jika mereka bertemu denganmu mereka pasti akan iri"
"Kenapa?"
"Karena kami menyerah pada takdir, dunia dan kehidupan. Kau yang hanya manusia lemah berani menantang dewi, kami yang jauh lebih kuat tetapi memilih untuk tenggelam dalam takdir tidak mungkin bisa mengalahkanmu"
"Kalau begitu bagaimana kalau aku memberimu nama? dan kalau bisa para penyihir yang tak memiliki nama"
Si penyihir mimpi memiringkan kepalanya, menatapku dengan wajah bingung.
"Memangnya apa hubungannya dengan pembicaraan kita tadi?"
"Tidak ada. Memangnya harus ada kah? hmm... Nama apa yang cocok denganmu yah..."
"Kalau begitu kenapa kau ingin memberiku dan para penyihir sebuah nama?"
"Agar aku bisa menyebut nama kalian, dan tentu orang lain juga, semacam itulah"
Dia terlihat tidak paham dengan perkataanku, hal yang wajar untuknya. Dia tidak pernah memiliki sebuah nama untuk dirinya dan untuk dipanggil oleh orang lain.
"Mimpi... Malam... Bulan...Bintang.... Tidak terpikirkan satupun..."
"Sesusah itukah memirkan sebuah nama?"
"Sangat susah. Alice, Yui, Yume, Andro-Andromeda? Aurora? sepertinya aku buruk dalam pengambilan nama"
Walaupun nama yang kuambil buruk tetapi dia terlihat tertarik.
"Tidak ada yang buruk, semuanya terdengar indah, terutama Andro... Me-da aku cukup menyukainya walaupun sedikit sulit untuk diucapkan"
"Andromeda... Apa kau yakin?"
Dia mengangguk, dan aku lanjut memikirkan nama panggilan atau nama pendeknya. Dan hanya untuk itu aku sampai memikirkan lebih dari 1 jam.
"Baiklah nama panggilanmu adalah Mea"
"Kenapa Mea? bukankah Andromeda juga bisa?"
"Agar lebih mudah untuk kupanggil, kalau kau tidak menyukainya maaf saja tetapi aku tidak bisa memikirkan nama lain lagi"
"Andromeda... Mea... Mungkin terdengar bagus"
Melihat ke wajahnya aku tidak bisa mengerti kalau dia senang atau tidak dengan nama yang kuberikan.
"Sudah ditetapkan ya, sekarang waktunya untuk membahas tentang tujuanku kah..."
Kembali ke topik yang serius setidaknya aku merasa lebih santai.
"Tujuanmu, untuk kembali ke duniamu kan? bagaimana caranya?"
"Aku memiliki kekuatan untuk itu, namun masih belum tahu bagaimana menggunakannya"
"Yang jadi masalah utama adalah jumlah energi sihir atau mana yang kau miliki, aku sudah memeriksanya dan kau sangat lemah, bahkan tidak sampai rata-rata jumlah sihir manusia"
"Memangnya seberapa banyak energi yang kumiliki dan seberapa banyak energi yang diperlukan untuk kembali ke duniaku?"
"Jumlah energi sihirmu kurang lebih 500 mana, sedangkan yang diperlukan mungkin... 500.000 lebih"
"500.000 lebih? darimana perhitunganmu itu?"
"Gampang saja, untuk melakukan warp atau teleportasi ke tempat terjauh dari sini saja membutuhkan setidaknya 10.000 mana, untuk pergi ke tempat yang tidak ada di dunia ini tentu saja memperlukan lebih dari itu"
Aku masih belum terlalu paham tetapi cukup masuk akal dan mustahil untuk kulakukan.
"Bukankah mustahil untukku?"
"Tidak hanya kau, melainkan hampir semua mahluk hidup yang ada disini mustahil untuk melakukannya, termasuk juga diriku"
"Lalu siapa yang memiliki jumlah energi terbanyak?"
"Sepertinya sang raja agung yang menguasai iblis dan berbagai sihir gelap, setidaknya dia memiliki sekitar 200.000 mana lalu penyihir Kekacauan, dia memiliki jumlah 200.000 mana dan akan meningkat 2 kali lipat ketika menggunakan mata kegilaan miliknya"
"Yang berarti aku harus memiliki jumlah sihir yang melebihinya? bukankah... itu lebih mustahil lagi?"
"Tentu saja, dari awal rencana untuk kembali ke dunia mu saja sudah mustahil untuk dilakukan"
Tetapi Dewi tidak bilang kalau kembali ke dunia ku adalah hal yang mustahil, dia juga memberiku kekuatan untuk kembali ke dunia ku.
Yang perlu kulakukan hanyalah melawannya, kalau aku menang darinya aku bisa kembali ke dunia ku.
"Ya... Mau bagaimanapun aku sudah berada di dunia ini, walaupun mustahil aku akan tetap mencobanya. Jadi, mari kita pergi" Aku berkata sambil menatapnya.
"Kita?"
Dia memperlihatkan ekspresi yang seakan-akan sebal denganku.
"Kita, karena tidak mungkin untukku melakukan ini sendirian. Aku juga berencana untuk mencari orang yang mungkin bisa membantuku"
"Maaf, tetapi aku tidak bisa meninggalkan tempat ini"
"Kenapa?"
"Seorang penyihir akan membawa keburukan pada mereka yang melihatnya, ataupun berada di sekitarnya"
Masalah tentang penyihir lagi kah.
"Kenapa kau harus peduli pada mereka? memangnya sebesar apa kau mempengaruhi kehidupan mereka? mereka yang melihatmu akan mengalami kesialan, hal buruk, bahkan kematian. Tetapi kalau itu takdir bukankah memang tidak bisa dihindari?"
"Tidak, bisa dihindari tentunya. Karena itulah aku berada disini"
Mengurung diri di dunia yang dia ciptakan sendiri, agar mahluk hidup yang tidak peduli padanya tidak terganggu. Namun keegoisannya tidak terpenuhi.
Karena pada akhirnya dia tetap dijauhi dan sendiri.
"Kau ini mahluk yang sangat menyedihkan ya, mau berada dimanapun hanya ada keburukan yang menanti. Dan mungkin aku adalah salah satu mimpi buruk mu, akan kupaksa kau ikut denganku dan kutanggung resikonya"
"Manusia lemah sepertimu mau memaksaku pergi dan ikut denganmu? kau bercanda?"
"Mea! aku memberimu nama bukan hanya untuk kupanggil, tetapi untuk kehidupanmu. Dan kalau kau tidak ikut denganku namamu pasti akan menghilang dimakan waktu. Yang nantinya juga menghilang dari ingatanmu!"
Mea terdiam, terlihat kalau dia sedang merenungkan kata-kata yang kuucapkan jauh ke masa depan yang tidak bisa kulihat.
"Aku akan mempercayai kata-kata mu, mungkin sudah waktunya untukku percaya pada seseorang serta keluar dari kurungan yang kubuat sendiri"
Cukup menyedihkan, aku tidak mengerti kenapa dia merasa sedih dan takut.
Masa lalu selalu saja mempengaruhi masa kini, tipu daya dari dunia yang mengerikan.
"Menurutmu kapan waktu yang terbaik untuk kita pergi?"
Waktu adalah hal yang penting, karena aku tidak memiliki pengetahuan yang cukup, bertanya kepadanya akan menjadi hal dasar yang sering kulakukan.
"Kapan saja tidak masalah, selama ada aku tidak akan ada masalah yang menghambat kita"
"Kalau memang tidak ada masalah, mungkin besok atau lusa akan menjadi waktu yang bagus"
Aku ingin pergi secepat yang kubisa, sesegera mungkin pergi ke dunia luar lalu memahami seperti apa dunia yang ku datangi ini.
"Ngomong-ngomong apa yang akan terjadi dengan hutan ini kalau kau pergi?"
"Tidak ada yang berubah, mau aku berada disini ataupun tidak, tidak akan ada pengaruhnya"
"Bagaimana kalau kau membawa salah satu mahluk yang ada disini? setidaknya untuk teman perjalanan"
"Tidak butuh"
Langsung ditolak, tanpa memberikan alasan atau apapun.
"Sebelum kita pergi cobalah untuk berinteraksi dengan mereka, seperti mengucapkan kata perpisahan. Mungkin saja kan mereka sedih ditinggal olehmu?"
Setidaknya sebelum pergi dari dunia yang dibuat olehnya aku ingin Mea pergi dengan perasaan yang lebih baik.
"Mereka takut denganku, tidak mungkin mereka mau mendekatiku"
"Bukankah itu karena kau tidak pernah mencobanya saja?"
"Baiklah akan kucoba..."
Nadanya terdengar kerepotan denganku.
Kami menaiki tangga dan pergi dari bawah tanah.
"Jadi darimana kita akan memulai?"
"Memulai apa?" ucapnya sambil pergi ke sebuah batang kayu yang cocok untuk tempat duduk.
Aku mengikutinya, duduk bersama di batang kayu aku sedikit kebingungan. Tetapi tidak lama kemudian kebingunganku terjawab. Semua mahluk yang ada disini berbondong-bondong datang berkumpul ke tempatnya.
Mea menatapku, aku tidak tahu apa yang diinginkannya.
"Apa? cepat sapa saja mereka"
Mea lalu mendekati mereka, aku bisa melihat kalau mereka berusaha menjauh namun tidak bisa, kemungkinan Mea memaksa mereka dengan kekuatannya.
Tidak ada hal yang perlu kulakukan, hanya duduk dan melihatnya.
"Mendekatlah..." Ucap Mea dengan suara lirih dan takut sembari mulai dikerubungi oleh binatang dan mahluk lainnya.
Kuda, serigala, tupai, golem batu, naga kecil, peri dan mahluk lainnya yang terlihat tidak asing bagiku, perlahan mendekati Mea.
Mea terlihat kerepotan karena mereka terlalu banyak, tetapi juga terlihat senang dengan hal itu.
Mea berdiri lalu berjalan mendekatiku.
"Karma... Ayo bermain dengan mereka"
"Aku tidak perlu, kau saja yang bermain. Lalu bagaimana kalau sekalian kau namai mereka?"
"Baiklah"
Lalu dia pergi ke arah danau dan bermain disana. Sedangkan aku melihatnya dari kejauhan. Melihat pemandangan yang menyegarkan seperti ini membuatku tenang, tetapi juga semakin membuatku bimbang, kalau dipikir-pikir sekali lagi memulai hidup dari awal di dunia ini terdengar lebih meyakinkan daripada kembali ke duniaku yang kemungkinan berhasilnya sangat kecil.
Saat pikiranku dipenuhi kebimbangan ada hewan kecil seperti tupai yang mendekatiku, tupai itu memiliki ekor 3 yang berwarna putih sedangakan sekujur tubuhnya berwarna merah.
Aku putuskan untuk membawanya sebagai teman perjalanan, kunamai dia Fupa.
Bermain sebentar dengan teman baruku Mea tidak lagi bersama kerumunan hewan dan sedang berjalan ke arahku.
"Karma maaf aku terlalu senang bermain sampai lupa denganmu, hewan kecil itu... Tepri kah?"
"Tidak masalah, Tepri itu nama yang kau berikan untuk hewan ini? aku sudah memutuskan untuk membawanya pergi, dia juga sudah kuberi nama Fupa, bagaimana menurutmu?"
"Ya... Cukup bagus, sudah hampir waktunya matahari tertutup jadi ayo masuk ke rumah"
Kesan yang tipis, sepertinya Mea tidak begitu peduli dengan Fupa.
"Oke, ngomong ngomong apa maksudnya matahari akan tertutup?"
"Karena matahari selalu berada di atas tempat ini malam tidak akan tiba jadi daun-daun dari pohon yang menjadi rumahku akan menutupi tempat ini, dengan begitu malam akan datang"
Aku masih kagum dia bisa membuat dunia yang seperti ini. Dedaunan dari pohon besar mulai semakin melebar dan menutupi tempat yang tadinya memperlihatkan langit luas. Menandakan hari telah berakhir.
Aku kira kami akan tidur di ruang bawah tanah tadi, tetapi Mea berjalan melewati akar-akar raksasa yang kemudian sampai di depan gerbang menuju ke dalam pohon rumahnya.
"Apakah kita akan ke dalam pohon ini?"
"Sudah kubilang kalau kita akan tidur di rumahku kan?"
"Tetapi kau bilang kalau kau tidak nyaman berada di rumahmu"
Mea membuka gerbang pintu tersebut, memperlihatkan bagian dalam pohon yang jauh lebih luas juga lebih ramai dari perkiraanku.
"Karena aku akan pergi dari sini setidaknya aku ingin tidur di rumahku"
"Baiklah"
Masuk ke dalam pohon raksasa rasanya sedikit aneh, apalagi melihat berbagai hewan dan peri berkeliaran dengan normal. Di dalam pohon jauh lebih terang daripada di luar, rumah-rumahan yang ada membuat suasana terasa seperti di kota.
Untuk sampai di ruangan milik Mea kami harus naik sampai di lantai paling atas dari rumahnya, walaupun untuk naik ke atas menggunakan Warp kami harus melewati jalan untuk sampai ke tempat Warp. Melelahkan karena tempat Warp tidak berada di tempat yang sama, kami juga hanya bisa naik 1 lantai untuk sekali Warp.
"Kenapa kau tidak membuat Warpnya berada di dekat gerbang masuk? kau juga bisa membuat Warpnya berdekatan dengan Warp lainnya kan?"
"Melewati berbagai tempat akan lebih menyenangkan itulah yang kupikirkan saat membuatnya, setelah tahu kalau melewati perumahan hanya membuatku merasa semakin kesepian aku membuat ruang bawah tanah dan tidur di sana, mulai dari sana aku sudah tidak pernah menggunakan Warp ataupun masuk ke rumahku"
"Menyedihkan sekali ya..."
Tetapi apa yang dipikirkannya tidak salah, untukku sendiri perjalanan dari Warp ke Warp lainnya sangat menyenangkan karena bisa melihat bebagai hal dan kehidupan di sini. Pemandangan inilah yang selama ini dia inginkan, aku sangat senang akhirnya dia bisa merasakannya.
Setiap lantai memiliki suasana yang berbeda, seperti, kota biasa yang selalu ramai, pedesaan tenang, tempat tinggal untuk para peri, dan suasana lainnya. Ada juga ruangan yang penuh dengan penjaga untuk menjaga Warp ke lantai paling atas.
Tetapi saat sampai di lantai teratas suasananya sama seperti di tempat aku datang yaitu sunyi dan sepi. Lantai teratas tidak memiliki atap jadi langit malam dan bintang-bintang yang semuanya berasal dari pohon besar ini bisa terlihat.
"Apa itu bulan atau apa?"
"Benar bulan berwarna merah itu sebenarnya buah dari pohon ini"
Rasanya tetap saja aneh melihat langit malam, bintang-bintang, dan bulan yang bukan asli tetapi terlihat sangat mirip dengan yang asli. Melihat bulan yang berwarna merah juga menjadi pemandangan yang tidak biasa.
Kami duduk bersama di bawah bulan merah lalu membahas waktu untuk pergi. Aku sebenarnya ingin menjelajahi hutan malam tetapi Mea berkata kalau hanya akan melihat pemandangan yang sama sampai ujung hutan. Jadi aku harus menyerah dan berangkat di hari esok.