"Semuanya sudah siap kan? jadi bagaimana kita bisa keluar dari hutan ini?" Aku bertanya.
"Warp, cukup berdiri diam disitu dan aku akan memindahkan mu"
Dia memperlihatkan batu bulat yang mengeluarkan cahaya biru aneh entah darimana. Batu itu lalu dihancurkan, serpihan-serpihan batu itu dipindahkan dengan kekuatannya lagi, melayangkannya lalu meletakannya melingkari kami berdua.
"Kesini" Ucap Mea.
Aku mendekat, dia memejamkan matanya dan mulai mengucapkan sesuatu dengan suara lirih.
"Apa yang kau ucapkan tadi?"
"Mantra, agar kau bisa terbang"
Aku ingin memikirkan tentang kata terbang yang dia ucapkan, tetapi pikiranku teralihkan oleh batu-batu disekitar yang sinar birunya semakin kuat dan melayang. Dalam sekejap aku melihat cahaya putih yang sangat terang sehingga membuatku menutup mataku. Dan saat aku membukanya lagi aku sedang melayang di udara.
Apa yang kulihat bukanlah pemandangan yang terlalu bagus, melihat ke sekitar hanya kabut putih yang terlihat tidak ada ujungnya, melihat ke atas aku bisa melihat matahari yang sangat redup dan kebawah ada pulau berukuran cukup besar, kemungkinan pulau tersebut adalah hutan malam.
Selain itu aku merasakan udara sekitar yang sangat dingin, melihat aku menggigil kedinginan Mea melakukan sesuatu yang membuat tubuhku hangat kembali.
"Baiklah dari sini kita akan terbang ke pulau berikutnya dengan satu kali terbangan jadi kau harus memegang tanganku agar tidak terlontar dan mati"
"Terlontar dan mati? memangnya kita akan melaju secepat apa, kecepatan cahaya kah?"
Mungkin tidak menyamai kecepatan cahaya, namun sesaat setelah memegang tangannya. Tubuh serta mataku tidak sanggup memahami apa yang terjadi, bahkan bayangan dari hutan malam sudah tidak terlihat. Aku yang belum pernah merasakan ataupun melihat kecepatan suara seperti apa langsung tahu kalau aku sedang melaju melebihinya.
Tetapi setelah beberapa menit aku mulai terbiasa, tadinya aku tidak bisa menggerakkan tubuhku sama sekali dan sekarang aku bisa menggerakkannya dengan cukup mudah. Tiba-tiba saja Mea melambatkan kecepatan sampai kecepatan biasa walaupun aku tidak tahu bedanya apa karena yang terlihat hanyalah lautan. Dampaknya tubuhku harus merasakan rasa aneh lagi.
"Dengan begini kau bisa melihat beberapa mahluk dari dunia ini, tetapi hanya 1 menit" Ucapnya sembari mengacungkan jarinya ke hewan lautan yang belum pernah kulihat.
Besarnya melebihi paus, di atas tubuhnya ada sirip yang seperti hiu, di samping tubuhnya terdapat banyak sirip kecil yang bergerak.
"Apa nama dari hewan ini?"
"Namanya adalah Orchaus, lalu dia bukan hewan melainkan monster. Memiliki kekuatan untuk membuat pusaran air yang besar ataupun gelombang ombak sebesar 10 meter lebih, untungnya monster ini hanya berada di lautan yang jauh dari daratan jadi tidak ada bencana apapun yang ditimbulkan olehnya"
Mengerikan, dan kemungkinan banyak monster yang lebih mengerikan lagi yang akan kutemui. Selama bersama Mea seharusnya tidak akan ada masalah, ya karena itulah aku tidak tahu apa yang akan terjadi kalau aku sendirian.
"Aku akan menambah kecepatan, seharusnya kita akan sampai di daratan sebentar lagi"
Dengan kecepatan yang lebih lambat dari sebelumnya kami mulai meninggalkan kabut yang terus menutupi pemandangan, lautan biru yang cerah disertai matahari yang menyinari monster di lautan. Bisa melihat hal menakjubkan seperti ini aku tetap harus berterimakasih pada si Dewi.
Walaupun aku juga akan tetap bahagia tanpa melihat pemandangan ini.
"Sudah terlihat, kita akan mendarat disana dan akan melanjutkannya dengan jalan kaki"
"Kenapa tidak terbang sekalian sampai ke kota atau desa terdekat?"
"Menggunakan sihir terbang menguras banyak mana, walaupun jumlah mana milikku banyak, tetap saja memiliki batas"
Kami mendaratkan kaki di rerumputan hijau, tetapi masih belum terlihat desa atau kota di sekitar. Yang ada sejauh mata memandang adalah bukit, rerumputan dan pegunungan.
"Jadi, kemana tujuan kita?"
"Dibalik pegunungan itu ada sebuah desa yang pernah ku kunjungi dulu yaitu desa Snouir, kita akan kesana"
"Desa yang pernah kau kunjungi kah... Membuatku penasaran"
Mungkin pegunungan yang dimaksud adalah gunung yang bisa dipastikan berjarak sangat jauh dari sini. Perjalanan menuju desa Snouir akan menjadi lebih panjang.
Melanjutkan perjalanan sembari memperhatikan sekitar banyak hal yang menarik bagiku untuk dilihat, seperti monster yang hidup di daerah ini. Monster yang hidup di daerah ini tidak terlalu banyak, karena hanya monster dengan kekebalan terhadap dingin saja yang bisa hidup disini. Dan walaupun begitu hanya slime saja yang terlihat.
Tepat pada matahari berada di atas kami, kami bisa sampai di bawah gunung yang tadinya terlihat jauh. Dengan begini seharusnya kami bisa sampai di desa Snouir sebelum matahari tenggelam.
Namun bagaimana caranya untuk melewati pegunungan ini? apakah harus mendakinya atau Mea akan menggunakan sihir terbang lagi?
"Dari sini kita akan lewat mana?"
"Di dalam goa dekat sini ada portal yang ku buat, kita akan kesana" Jawabnya tanpa menghentikan langkah.
Tanpa perlu waktu yang lama Mea berhasil menemukan goa yang disebutnya tadi, bagian dalam goa bisa dikatakan luas dan tidak sepenuhnya gelap. Tumbuhan-tumbuhan bercahaya yang mirip di hutan malam sepertinya juga tumbuh disini, mungkin saja Mea yang menciptakannya.
Goa besar ini memiliki sangat banyak jalan, juga monster yang terlihat kuat namun tetap saja mereka memilih untuk menjauhi kami. Aku jadi ingin tahu monster sekuat apa yang berani mendekati penyihir seperti Mea.
"Kita sudah sampai di portalnya"
"Apa kolam atau danau ini yang menjadi portal?"
"Benar, kita akan melompat kedalamnya lalu kita akan dipindahkan ke portal yang terhubung dari sini. Apa kau mau istirahat dulu? melalui perjalanan yang panjang pasti membuatmu lelah kan"
"Tidak perlu, hanya sedikit lelah saja"
"Kalau begitu kita akan langsung melompat ke dalam portal"
Mengikuti Mea yang melompat ke dalam portal, rasanya aneh bisa bernafas dan melihat seperti biasa di dalam air. Karena disebut portal aku kira kami akan langsung dipindahkan tetapi tidak, secara perlahan aku merasa ditarik oleh sesuatu.
Pemandangan sebelum melewati portal sungguh menakjubkan, seperti jatuh dari langit namun menuju ke luar angkasa, memang perasaan yang aneh. Tepat di bawahku ada lubang yang menghisap ku dengan kuat, dan setelah melewatinya aku tidak bisa merasakan tubuhku sesaat.
Lalu aku terjatuh, di tempat yang luas disertai kesan adanya mahluk yang pernah hidup disini. Dan tepat diatasku ada kolam yang berada di atap, portal yang tadi kami lewati pastinya terhubung dengan portal yang ada di atas kami.
"Tempat apa ini? Rasanya seperti pernah ada mahluk yang hidup atau menjaga tempat ini"
"Itu karena dulunya ada naga yang kuciptakan tinggal di dalam sini. Sayangnya aku tidak merasakan keberadaannya lagi, naga yang kuciptakan seharusnya tidak akan mati dengan mudah. Sedikit aneh" Ucapnya sembari memperhatikan sekitar.
"Naga seperti apa?"
"Berwarna biru, kalau begitu ayo kita pergi menuju jalan keluar. Desa Snouir sudah sangat dekat"
Mea terlihat tidak tertarik ataupun peduli dengan naganya, namun mungkin saja dia merasakan sedikit rasa sedih.
Angin bisa kurasakan melewatiku, cahaya yang menyilaukan datang dari depan kami. Jalan keluar dari goa ini sudah semakin dekat.
Dan setelah kami melewatinya, pemandangan luas yang memuaskan mata bisa kulihat. Desa Snouir bisa kami lihat dari atas sini, yang mengartikan bahwa perjalanan panjang menuju desa Snouir sebentar lagi akan selesai.
"Setelah menuruni gunung ini, kita akan sampai ke desa Snouir. Matahari sudah hampir terbenam jadi aku akan menggunakan sihir agar kita bisa lebih cepat sampai" Ucapnya ditambah helaan nafas. Mea juga pasti lelah dengan perjalanan yang panjang.
Menuruni gunung lalu berlari, akhirnya kami sampai di desa Snouir tepat saat matahari menenggelamkan dirinya.
"Apa tidak masalah langsung masuk ke dalam desa?"
"Tidak apa-apa, mereka seharusnya tahu tentangku"
Setelah masuk ke dalam desa kami melihat beberapa penduduk, seperti yang kuharapkan mereka menatap kami dengan buruk.
Kebetulan ada 2 orang yang membawa tombak dan berpakaian berbeda dari kebanyakan orang.
"Apakah mereka penjaga, bagaimana kalau kita bertanya pada mereka?" tanyaku.
"Kuserahkan padamu"
"Baiklah"
Mea terlihat sedikit takut dan mulai berjalan di belakangku, berurusan dengan orang lain sepertinya masih sulit untuknya.
"Permisi, boleh tahu ada dimana penginapan desa ini?"
"Hm, apa kau seorang pengelana? hebat juga sampai di desa terpencil seperti ini. Sayangnya di desa ini tidak ada penginapan, namun kau bisa..." Matanya beralih ke Mea dan mulutnya terhenti.
Ekspresinya juga berubah, senyum serta wajah baiknya menghilang seketika dan berubah menjadi kebencian.
"Hanki bukankah gadis itu adalah penyihir yang pernah datang ke desa ini?" bisik penjaga disebelahnya dengan suara yang masih bisa didengar oleh kami.
"Ganki tenang dulu, kita adalah penjaga. Menangani hal seperti ini juga salah satu dari tugas kita"
Mereka kembali menatap kami.
"Kau tahu kan siapa gadis yang ada di belakangmu itu?"
"Maksudmu Andromeda? tentu saja aku tahu, dia seorang penyihir kan?"
"Apakah namanya adalah Andromeda? kalau tidak salah dia dipanggil sebagai penyihir mimpi setahuku, yang pasti kami harus membawanya ke kepala desa. Bisakah kau serahkan dia?"
"Tidak perlu kuserahkan, aku ikut juga. Tetapi bisa ditunda besok saja? kami melakukan perjalanan dari pagi sampai malam, biarkan kami mengistirahatkan tubuh kami terlebih dahulu"
Si penjaga Hanki menatap kami dengan raut wajah bingung disertai kebencian. Sepertinya dia bingung harus membawa kami sekarang atau membiarkan kami menginap terlebih dahulu.
"Baiklah, akan kuantarkan ke rumah kosong yang biasanya kami pakai sebagai markas tidurlah disana... Ngomong-ngomong siapa namamu? Namaku Hanki dan dia adikku Ganki"
Walaupun dia tidak memperlihatkan senyum aku tetap bisa merasakan kebaikan darinya, namun entah aku bisa mempercayainya atau tidak.
"Namaku Io Karma panggil saja Karma, dan seperti yang kusebutkan tadi dia Andromeda panggil saja dia Mea"
"Baiklah Karma, nanti kau jelaskan kepadaku tentang kalian. Ganki kau tetap disini untuk berjaga"
"Baik" Jawab Ganki dengan nada lirih.
Berbeda dengan Hanki yang masih bisa kurasakan kebaikannya Ganki tidak memiliki mata yang memancarkan kebaikan sama sekali. Genggaman kuat ke tombak miliknya juga memperlihatkan kalau penyihir adalah mahluk yang sangat dibenci olehnya.
Kami mulai berjalan dengan sedikit pembicaraan, beberapa penduduk yang sedang keluar hanya melihat kami. Tidak semuanya memiliki tatapan yang buruk kepada Mea, ada juga orang yang melihat kami seperti biasanya.
Walaupun desa ini bisa dibilang kecil, rasanya suasana disini tidaklah sepi. Rumah-rumah disini yang masih menggunakan kayu juga membuatku merasa nyaman. Jalanan diterangi lentera, pemandangan langit berbintang serta ketenangan malam. Mungkin aku akan lebih menikmatinya kalau penduduk disini mau menyapa kami dengan senyuman.
"Kita sampai, maaf kalau rumah ini sedikit bobrok. Yah selama bisa untuk tidur dan tinggal tidak ada masalah kan, Karena hanya ada 1 kamar salah satu dari kalian harus tidur di lantai"
Tanpa basa-basi Mea pergi menuju kamar yang ditunjuk Hanki, sedangkan aku dan Hanki membersihkan dan mempersiapkan tempat untukku tidur. Setelah selesai kami berdua keluar dari rumah dan duduk di kursi depan rumah.
"Kau tidak tidur?" Tanya Hanki.
"Nanti saja, aku ingin sedikit berbicara denganmu"
"Boleh saja, kalau begitu aku akan membuat minuman hangat untuk menemani malam ini. Aku juga sedikit penasaran dengan dirimu yang mau berpergian bersama penyihir mengerikan semacamnya"
Aku tidak menyukai cara dia menyebut Mea seakan-akan Mea adalah kutukan yang kubawa, apalagi ekspresinya telah berubah setelah Mea tidak ada disini. Dia bisa mengeluarkan senyuman dan wajah lega.
Namun ini masih lebih baik daripada yang kubayangkan.
"Kalau bisa jangan panggil dia sebagai penyihir mengerikan, terkutuk atau sebutan yang menghinanya. Dia punya nama untuk kau sebut"
"Ntah seperti apa kau melihat dirinya, namun bagiku dia adalah mahluk menjijikan yang bahkan tidak berhak untuk memiliki nama. Penyihir memiliki posisi yang lebih rendah dari budak ataupun monster terkutuk. Kenapa kau melihatnya sebagai mahluk yang berbeda?" Ucapnya sambil memberikan minuman yang dibuatnya.
Sebaliknya aku ingin tahu kenapa mereka menganggap manusia yang memiliki kekuatan lebih hebat dari manusia biasanya sebagai mahluk yang berbeda.
"Mungkin kalian memang melihatnya sebagai penyihir, tetapi bagiku dia adalah manusia biasa, seorang gadis cantik yang lebih hebat daripada manusia sepertimu"
Kata-kata ku membuat Hanki memperlihatkan kebenciannya, dia menggenggam erat cangkir yang terbuat dari kayu.
"Kau menganggap dia sama dan bahkan lebih baik dari kami? Penyihir hanya membawa keburukan, sejak lahir mereka sudah dikutuk, hidup mereka hanya untuk menjadi lebih buruk. Kau tidak bisa melihat kebaikan dari seorang penyihir yang membawa malapetaka! kehancuran! dan bahkan kematian! tidak mungkin kan kami menganggap mahluk seperti itu sebagai manusia!"
Setelah mendengar perkataannya, aneh rasanya kalau aku tidak marah atau membencinya. Meminum minuman hangat yang terbuat dari susu dan madu mungkin saja membuatku lebih tenang.
"Itu karena kalian memang tidak melihat para penyihir kan? semua orang yang beranggapan kalau dirinya adalah manusia tidak mau membuka mata, mulut serta telinganya untuk manusia yang dikatakan sebagai bukan manusia. Kalau kau menatap mata, saling bertukar kata, dan mendengarkan suaranya kau pasti akan mengerti kalau penyihir adalah mahluk yang sama sepertimu"
Aku menghentikan mulutku sesaat, meminum minuman yang sepertinya akan menjadi minuman kesukaanku lalu kembali menatapnya.
"Yah... Walaupun sepertinya tidak mungkin, manusia arogan sepertimu mau menerima perkataanku ini"
Aku tidak berniat untuk mengubah pandangan manusia yang menganggap penyihir sebagai mahluk yang berbeda dari mereka. Tetapi setidaknya aku akan mengutarakan pandanganku kepada mereka.
"Penyihir adalah penyihir, manusia adalah manusia kedua kata tersebut tidaklah sama..."
Dari nadanya terasa sedikit keraguan.
"Daripada membicarakan penyihir, bukankah akan lebih menyenangkan kalau kita berbicara tentang diri kita atau hal lain yang santai. Atau jangan-jangan kau terobsesi dengan penyihir?"
Aku bukan hanya mengalihkan pembicaraan, karena aku masih belum mengerti apapun tentang dunia ini setidaknya mendengar hal-hal yang tidak kuketahui akan menjadi hal yang lebih berguna.
"Kau benar... Karena ada penyihir pikiranku menjadi kacau, maaf"
"Tidak masalah"
Setelah itu kami berbincang mengenai berbagai hal cukup lama. Karena rasa kantuk dan lelah semakin terasa aku memutuskan untuk tidur dan mengakhiri kegiatan di hari ini.
Aku hanya bisa berharap agar besok aku tidak menjadi lebih benci dengan mereka.