Chereads / Melawan Kemustahilan / Chapter 22 - 22. Berakhir

Chapter 22 - 22. Berakhir

Seharusnya rantai yang mengarah tepat ke jantungku akan membunuhku.

Namun, rantai tajam tersebut terhenti saat hampir mencapainya.

"Hah? apa yang terjadi?" ujar Ameth terlihat bingung.

Cincin yang kupakai terlihat bersinar, mungkin itulah penyebab aku masih bisaa selamat.

Ameth menarik kembali rantainya, yang kemudian bersiap untuk meluncurkan untuk keduakalinya.

Dan aku yakin, kalau dia menyerangku sekali lagi, aku akan mati.

"Karma!"

Aku menatap langit, melihat Mea beserta Lilith dan Raglo yang terbang melewati perumahan.

Lalu mereka langsung berjejer di sampingku, waspada terhadap Ameth yang terlihat marah.

"Penyihir... Penakluk naga... Begitu juga dengan Vampir berambut perak... Haha! Kalian memang menarik ya!"

Raglo sudah terlihat siap untuk bertarung, memegang tombaknya dengan begitu erat.

"Siapa dia? sepertinya dia cukup berbahaya" ucap Raglo.

"Kau benar, kemungkinan besar kita berempat akan dikalahkan olehnya" ucap Mea.

Mea mengeluarkan sebuah tongkat yang terbuat dari kayu, benar-benar siap untuk bertarung.

"Kalian ingin tahu tentangku? bagaimana kalau kau tanya dia! dia mengetahui segalanya" ujar Ameth menunjukku.

Mereka bertiga mengalihkan pandangannya kepadaku.

"Namanya Ameth, dia dijuluki sebagai sang penjerat hanya itu yang kuketahui darinya" aku terpaksa berbicara.

"Sang penjerat... Aku belum pernah mendengarnya" ujar Raglo.

"Ya mau siapapun dia, kita harus bisa bertahan agar tidak dibantai olehnya" ujar Lilith.

Aku kira dengan adanya Mea, Lilith serta Raglo kami bisa menang dengan mudah. Tetapi, dari perkataan mereka sepertinya tidak.

"Haha! akan kulihat, seberapa hebat kemampuan kalian!"

Semuanya bersiap, entah itu Ameth maupun kami. Kedua rantai dari Ameth memanjang, namun tidak hanya itu. Rantainya bertambah sampai menjadi empat rantai.

Dia mengincar kami semua sekaligus.

Dan Ameth langsung meluncurkan rantainya.

Begitu cepat, aku hanya bisa terkejut ketika Mea melemparkan sesuatu yang membuat rantai yang menuju kearahku tertangkis dan menancap ke tanah.

Raglo dan Mea terlihat sedang menahan tombaknya, dan hanya Lilith yang berhasil menghindar.

Tetapi walaupun Lilith berhasil menghindar, rantai tersebut tetap mengejarnya. Begitu juga dengan Raglo dan Mea, walaupun sudah ditahan, rantai tersebut masih berusaha untuk menembus pertahanan mereka.

"Mea, apa kau kesulitan untuk menahannya?" aku bertanya untuk memastikan.

"Seperti yang kau lihat..."

Bahkan hanya untuk menahan rantai tersebut Mea sudah kesusahan.

"Raglo, apa kau tidak bisa menangkisnya?"

"Bisa saja, tetapi kalau aku melakukannya, rantai ini akan langsung membelok dan menusuk dari belakang"

Keadaan yang sulit ya, mereka juga terlihat hampir mencapai batasan.

Tetapi, aku melihat Lilith yang berhasil memukul rantai itu dan membuatnya terpental ke tanah.

"Lilith! pukul kedua rantai ini!" teriakku.

Dan seketika setelah Lilith menatap ke arahku, dia langsung berlari kemudian memukul kedua rantai yang di tahan oleh Raglo dan Mea.

Keduanya tertancap di sebuah rumah di sebelah kiri.

"Terimakasih" ujar Raglo yang kemudian menghela nafas.

"Baiklah, waktunya untuk bersenang-senang"

Ameth menjulurkan tangan kanannya, seharusnya rantai miliknya sudah habis. Tetapi perlahan tangan kanannya berubah menjadi rantai.

Tatapan itu!

"Lilith fokus kepada dia!" ucapku sontak.

Ameth seketika berada di depanku menghempaskan Lilith ke perumahan yang ada di kanan.

Dan kemudian, aku.

Untungnya Mea memberiku perlindungan, aku hanya terhempas karena ditendang olehnya. Namun aku masih merasakan sakit ketika terhempas ke rumah di sebelah kiri.

Berikutnya Raglo, suara gesekan antara rantai dengan tombak yang keras terdengar beberapa kali.

Yang pada akhirnya meredam seketika, Raglo berhasil menahan serangannya namun tetap terhempas begitu saja.

Senyum yang terlihat dari Ameth adalah kepuasan, namun juga haus akan kemenangan.

Lilith kembali ke pertarungan, melancarkan serangan dari belakang Ameth. Sayangnya disadari olehnya, berhasil di tangkis dan membuat pertarungan masih tetap berlanjut.

"Mea... Apa kau bisa?" ucapku lirih.

"Kalau dia tidak bisa bergerak, aku bisa melakukannya"

"Baiklah"

"Raglo, Lilith! bekerja sama lah! hajar dia!"

Mereka berdua menatap kami, lalu kemudian saling mendekat.

Mereka pasti tahu apa yang harus mereka lakukan. Terlihat kalau Raglo berbisik sesuatu kepada Lilith, kuharap apa yang direncanakannya berhasil.

"Hahahaha! sudah lama aku tidak menjumpai lawan yang sekuat ini! majulah!" ujar Raglo.

Tatapan Raglo sudah berbeda, begitu juga dengan ekspresi nya. Terlihat sudah siap.

Lalu Raglo mengarahkan tombaknya kedepan, langsung berlari secepat yang dia bisa. Dan Lilith bersiap di belakang, memanjangkan serta menajamkan kukunya.

Ameth hanya diam sambil menunjukkan senyumnya.

Kemudian Raglo berhasil menusuk perut Ameth, tetapi tidak ada darah. Tubuh Ameth berubah menjadi rantai yang mengikat ke tombak Raglo. Terlihat kalau Ameth menarik tangan kanannya, dan bersiap untuk meluncurkan serangan ke Raglo.

"Raglo tarik dan lemparkan tombak mu!" ujarku.

Raglo langsung melompat ke belakang untuk mengambil jarak sembari menarik tombaknya yang terikat rantai di perut Ameth.

Batas panjang dari rantai tersebut membuat Raglo terhenti, yang kemudian membuat Raglo mengganti cara memegang tombaknya, memutar tubuhnya, lalu melemparkan tombak miliknya ke belakang.

Keseimbangan Ameth hancur, membuatnya terbawa ke arah tombak tersebut. Ditambah Lilith sudah bersiap, tiba-tiba berada di depan Ameth lalu memukulnya tepat di wajahnya.

Lilith berhasil menghempaskan Ameth cukup jauh, membuat rantai yang terikat dengan tombak Raglo putus.

Tetapi kewaspadaan Raglo dan Lilith tetap tertuju kepada Ameth, bisa diketahui kalau pertarungan masih belum selesai.

"Haha! ya... Setidaknya, lumayan menyenangkan juga bermain dengan kalian" ucap Ameth perlahan bangun.

Tidak hanya tangan kanannya, tangan kiri dan semua tubuhnya berubah menjadi rantai yang memanjang di sekitar tubuhnya.

Rantai tersebut kemudian menancap ke tanah dengan kuat, Raglo dan Lilith menyadari kalau Ameth berusaha menyerang mereka dari bawah tanah, namun sudah telat.

Rantai yang datang dari dalam tanah tidak hanya menusuk namun juga mengikat mereka dalam sekejap.

Ameth membuat rantai di tangan kanannya menjadi sedikit lebih besar dan bersiap untuk menyerang.

Raglo maupun Lilith tidak bisa melakukan apapun selain bertahan dari serangan Ameth.

Ameth kemudian melepaskan serangan, menghancurkan rumah-rumah yang ada di kanannya serta memukul langsung mereka berdua.

Kekuatan dari serangan Ameth sangat kuat, sampai menghempaskan Raglo dan Lilith ke arah kami. Mereka berdua membentur rumah begitu keras tetapi untungnya masih bisa berdiri.

"Kalian masih bisa bertarung?"

Luka yang dialami mereka cukup serius, tubuh mereka berdarah dan tangan mereka mulai terlihat gemetar.

Ameth terlihat siap menyerang kami untuk kedua kalinya, dengan pola serangan yang sama dia akan menghempaskan kami berempat secara langsung.

Tanpa memberi kami waktu untuk beristirahat, Ameth meluncurkan serangannya. Sekali lagi menghancurkan rumah-rumah di kanannya yang sudah hancur dan mengarah ke kami dengan kecepatan yang luar biasa cepatnya.

Mea menjulurkan tangan kirinya ke arah rantai yang datang, pasti Mea sudah berusaha untuk menggunakan sihir pertahanan. Namun terlihat kalau sihir pertahanannya hancur.

Sayangnya rantai tersebut tidak dapat dihentikan, dan dengan cepat melilit tubuh Mea. Ujung dark rantai itu juga menusuk ke dalam perut Mea, menyebabkan luka yang parah.

Tidak hanya itu, Ameth langsung berusaha untuk menarik rantainya sekuat tenaga dan mencoba untuk membawa Mea ke arahnya.

Tetapi dengan sigap Mea menyentuhkan tongkat sihir ke rantai, lalu memutusnya. Membuat Ameth yang tidak menduganya terjatuh ke belakang.

Kami tidak bisa melepaskan kesempatan ini, Raglo langsung berlari dan berhasil mengambil tombaknya.

Ameth Sudah berhasil berdiri, tetapi disaat yang sama Raglo telah melemparkan tombaknya.

Dan langsung menembus tubuh Ameth.

Tentu itu belum cukup untuk membunuhnya, karena itulah Lilith mengulurkan tangannya dan merapalkan lirih sebuah mantra.

Membuat tombak dari Raglo menjadi segel yang menyegel gerakan Ameth.

Mea mengarahkan tongkatnya ke Ameth "Raglo cepat mendekat kesini!" teriak Mea.

Raglo melompat, langsung sampai dalam kurang dari satu detik.

Kami memandang Ameth bersama, namun terlihat kalau Ameth melayangkan rantai-rantai berukuran besar ke segala arah.

Kami telat, aku juga langsung menunduk ke arah kanan. Dan seperti yang kami duga, rantai-rantai tersebut meluncur ke segala arah dengan kecepatan tinggi.

Menusuk tepat ke perut mereka bertiga dan hampir memecahkan kepalaku. Untungnya aku menunduk, rantai yang mengarah ke tempatku meleset dan menancap di tembok rumah.

Walaupun tertancap rantai di perutnya, Mea tidak melewatkan kesempatan ini. Sekali lagi Mengarahkan tongkatnya ke Ameth lalu melesatkan sesuatu yang tidak bisa kulihat dengan kecepatan tinggi.

Yang kemudian menerbangkan kepala Ameth.

Namun masih belum selesai karena tongkat Mea masih bersinar. Setelah terlempar tumbuh rantai dari lehernya dan berusaha menyambung kembali ke tubuhnya.

Kemudian Ameth menyadari, kalau Mea sudah melepaskan sihirnya. Ledakan api disertai listrik dan hempasan angin yang kuat menghancurkan tempat disekitar Ameth.

Seharusnya dia sudah tidak selamat.

Debu-debu yang menutupi Ameth semakin menghilang, menunjukan tubuh Ameth yang sudah menjadi rantai namun hancur.

Tetapi kami dikejutkan dengan kepala Ameth yang melayang di atas tubuhnya yang hancur "Setidaknya aku sudah melihat kemampuan kalian"

Masih belum selesai?

"Sampai jumpa, kita pasti akan bertemu lagi"

Lalu hancur.

"Artinya... Dia masih hidup?" tanyaku.

"Maaf, dia berhasil lolos"

"Yah... Yang terpenting kita berempat masih hidup, akhirnya kita bisa lebih tenang"

Kami berempat langsung menghela nafas, duduk dan mengistirahatkan tubuh yang lelah.

"Karma... Berikan aku darahmu" ujar Lilith.

"Silahkan, tetapi jangan terlalu banyak"

Dia langsung menancapkan taringnya di leherku, menyedot darahku begitu kuat dan perlahan lukanya menghilang.

"Enak sekali ya langsung bisa sembuh seperti itu, aku sebagai manusia iri kepadamu" ujar Raglo.

"Tenang saja, aku akan menyembuhkanmu" ucap Mea.

"Oh terima kasih Mea"

Dan mereka berdua tanpa waktu lama bisa sembuh total. Tetapi aku melihat Mea yang masih memiliki luka.

"Mea apa kau baik-baik saja?"

Mea mengangguk "Aku baik-baik saja, walaupun tidak secepat vampir tetapi penyihir bisa beregenerasi"

Akhirnya kami bisa tenang, suara-suara ledakan juga sudah tidak terdengar lagi di kejauhan. Kerumunan iblis bersayap yang ada di langit tinggal beberapa ekor, sebentar lagi semuanya akan berakhir.

"Kau hebat juga ya tidak terluka sedikitpun" ujar Raglo kepadaku.

"Itu karena aku tidak melakukan apapun, lalu kalau rantai ini bergeser beberapa centimeter saja kepalaku sudah dipastikan hancur" jawabku.

"Hahaha! kau tetap saja hebat, teriakan dan arahan mu juga sangat bagus. Kami bisa menang karena mengerti apa yang harus kami lakukan berikutnya. Tetapi, bagaimana kau bisa mengarahkan kami?"

Aku juga sedikit penasaran, entah bagaimana sekilas ketika Ameth akan melakukan sesuatu aku pasti menyadarinya.

Apakah ini adalah kekuatan tambahan yang dikatakan oleh Dewi sialan itu?

"Tidak juga, aku hanya berteriak sekuat tenaga ku. Walaupun aku tidak melakukan apapun, kalian bertiga pasti bisa mengalahkannya kan?"

"Yah kalau tempatnya bukan di tengah-tengah kota seperti ini mungkin bisa. Kita juga pastinya akan bertemu dengan dia di masa mendatang kan? kuharap berada di tempat luas. Dengan begitu kami bisa bertarung lebih serius"

"Jadi maksudmu kalian tadi belum serius?"

"Kalau kami serius tentunya akan menghancurkan seluruh tempat disini kan? karena itu sebisa mungkin kami menahan kekuatan kami"

Ya, artinya aku memang tidak diperlukan sama sekali. Kalau dipikir kembali Mea adalah seorang penyihir, dia juga pastinya bisa mengalahkan Ameth sendirian.

"Tetapi entahlah, walaupun kami bertiga mengeluarkan seluruh kemampuan kami bekum tentu bisa menang juga"

"Apa maksudmu?"

"Maksudku, kita belum tahu kalau dia sudah serius atau belum. Sama seperti kita, bisa jadi dia tidak mengeluarkan seluruh kemampuannya"

"Sudahlah jangan membahas hal seperti itu! aku ingin istirahat!" keluh Lilith.

Dan mendengar hal tersebut, kami memutuskan untuk istirahat. Kembali ke penginapan dan makan malam bersama.