Chereads / About Is Love / Chapter 35 - BAGIAN 34 II LOVE IS BLIND

Chapter 35 - BAGIAN 34 II LOVE IS BLIND

Romeo kembali menghitung uang receh yang ia temukan dari dalam tasnya. Uang kembalian yang sering Romeo taruh sembarang ternyata sangat berguna di saat Romeo sedang krisis moneter gara-gara tidak mendapat uang saku dari ibunya.

"Alhamdulillah masih ada lima rebu. Bisa buat beli bakwan sama es teh," kata Romeo setelah memasukkan uang recehan ke dalam sebuah plastik.

"Udah habis aja uang lo?" tanya Xavier.

"Belum. Cuma gue kelupaan bawa dompet terus tadi pagi nggak dapat duit dari emak gue," jawab Romeo.

"Kantin yokk! Perut gue udah tek dung tek dung dari tadi."

Xavier mengangguk singkat sambil berjalan keluar kelas. Saat menuju ke kantin, Xavier harus melewati kelas X IPS 2 yang tidak lain adalah kelas Caca. Sudut matanya sekilas melirik ke arah kelas tersebut, barangkali seseorang yang sedang ia pikirkan ada di dalam kelas.

"Si Nono tumben banget bolos. Udah lama gue nggak lihat itu anak bolos kayak gini," kata Romeo.

"Dulu sering kayak gitu. Lo lupa?" tanya Xavier.

Romeo menggeleng. Ia jelas tidak lupa dengan sikap Noah saat masih kelas sepuluh. Saat dimana Noah baru saja diangkat menjadi ketua geng dan membuat Noah sering melakukan banyak pelanggaran di sekolah.

"Kalo Noah masih aktif jadi anak geng, pamor lo kalah jauh sama dia, Xav" kekeh Romeo yang tentunya tidak serius.

"Kata ciwi-ciwi Taruna, Noah versi badboy itu lebih menggoda daripada Noah versi goodboy."

"Lo mau punya temen anak nakal?" Xavier kembali bertanya. "Enggak gitu juga kali, Xav. Noah itu nggak nakal. Dia cuma lagi masa puber aja."

"Lagian nih ya, kalo dulu gue enggak ketemu lo, udah pasti gue ikut join di gengnya Noah. Tapi nggak taunya gue ketemu elo, kandas deh cita-cita gue."

Xavier menghela napas pelan. "Jadi anak nakal itu nggak enak. Sering kena marah terus."

"Tapi keren tauuu. Sekarang selera cewek itu nyarinya tipe-tipe badboy," sahut Romeo.

"Nggak juga," kata Xavier. "Caca tetep suka sama gue meski gue bukan badboy."

"Sok banget luuu!" seru Romeo. "Palingan juga Caca khilaf suka sama eluu."

"Enak aja. Caca beneran suka sama gue," elak Xavier tak terima.

"Tapi nggak papa juga sih kalo lo sama Caca. Terus Noah sama Ariel. Kalo dilihat-lihat mereka berdua cocok juga," celetuk Romeo.

"Siapa yang cocok?"

"Noah sama Ariel lah."

"Bukan gue sama Caca?"

Romeo tersenyum sinis. "Jangan rakus jadi orang. Lo suka Reva apa Caca? Pilih salah satu aja. Hati lo juga cuma satu, jadi nggak bakal bisa buat dibagi ke banyak orang."

Merasa tertampar dengan kenyataan membuat Xavier terdiam. Di mata orang lain Xavier pasti terlihat seperti orang jahat yang bersembunyi di balik layar.

"ASTAGAAA NONOOO! MUKA LO KENAPA KAYAK MUMI GITUU!"

Romeo berlari mendekati Noah yang sedang duduk di salah satu bangku kantin. Luka lebam yang ada di wajah Noah membuat Romeo berteriak histeris.

"Berisik banget. Jauhan sana," usir Noah merasa ketenangannya terganggu oleh kedatangan Romeo.

"Jawab dulu pertanyaan gue. Siapa yang ngebuat muka lo jadi jelek kayak gini?" tanya Romeo masih meneliti setiap luka di wajah Noah.

"Lo udah jadi nyerah Edwin?" Xavier ikut bertanya.

"Bukan," jawab Noah. "Nggak sengaja ketemu musuh lama dan bodohnya gue yang nggak sadar kalo mereka main keroyokan."

"Tuh kann, resikonya jadi anak geng tuh kayak gitu. Dimana-mana ada musuh dan membahayakan keselamatan banget," ujar Romeo.

"Lo ada salah apa sama mereka?" tanya Xavier. Mengingat jika sudah lama Noah tidak diserang oleh musuhnya.

"Cewek. Yang dulu itu belum juga kelar," ucapan Noah membuat kedua temannya mengangguk.

"Sejak gue vakum dari balapan, mereka selalu berusaha mancing gue biar keluar dari kandang. Dan karena semalem gue habis kumpul di markas, mereka langsung nyerang gue di saat temen-temen gue udah pada pulang."

Noah menceritakan kronologi kejadian yang ia alami semalam pada Xavier dan Romeo. Sebenarnya Noah sangat malas membahas kejadian tersebut. Tapi jika ia tetap diam, kedua temannya pasti akan terus memakasa dia untuk bercerita.

"Terus terus, nggak ada yang nolongin lo?" tanya Romeo.

"Ada lah. Kalo nggak ada, udah jelas gue bakal mati," sahut Noah cepat.

"Yang bener kalo ngomong, No" peringat Romeo. "Masa masih jomblo gini lo udah mau mati aja. Sayang banget dong tampang bening itu dianggurin."

"Ngaca dulu sebelum nyindir," sahut Noah.

"Lah, kalo gue sih jomblo karena lagi merjuangin pujaan hati gue. Nah elo? Diperjuangin sama cewek sebaik secantik dan sesese lainnya deh, tapi masih juga lo tolak. Maunya lo yang kayak begemana?" cerocos Romeo panjang lebar.

"Yang satu frekuensi sama gue," kata Noah membuat Romeo langsung menebak jika Caca lah yang Noah maksud.

"Caca kan udah punyanya Sapien, No. Lo kayak nggak laku banget ngejar-ngejar Caca mulu. Cewek lain yang suka sama lo masih banyak euy!" seru Romeo menatap ke sekeliling, dimana banyak siswi yang sedang menatap mereka.

"Gue capek berjuang sendirian," ujar Noah tanpa sadar membuat Xavier menoleh.

"Rela Caca diembat cowok lain," tanya Xavier.

"Sebenernya engga. Tapi kalo yang ngembat model kayak lo, bias gue pertimbangkan," jawab Noah.

"Emang kenapa kalo gue?" Xavier terlihat serius menanyakan hal tersebut.

"Biar gue bisa bebas ngehajar lo kalo sampe Caca dibuat nangis sama lo."

"Posseif banget. Emang lo siapanya Caca?"

"Gue itu—"

Tidak-tidak. Nnoah harus menahannya. Ia tidak akan bercerita sebelum Caca sendiri yang menceritakannya pada Xavier. Noah tidak mau mengingkari janjinya pada Caca.

"Heh No. Yang tadi lo bilang soal cewek yang satu frekuensi sama lo, maksudnya yang kayak gimana?" tanya Romeo penasaran.

Demi menuruti keraguan yang yang mungkin sedang dirasakan Xavier, Noah memilih untuk menjawab pertanyaan dari Romeo.

"Mau nerima gue dalam kondisi apapun," jawab Noah dan tentu tidak langsung membuat Romeo paham.

"Termasuk ngedukung gue jadi ketua geng motor," sambung Noah memperjelas ucapannya.

"Caca nggak ngedukung lo jadi ketua geng motor?" tanya Romeo justru membuat Noah tersenyum sinis.

"Jangan ketua geng, tau gue gabung jadi anak motor aja Caca udah mencak-mencak," Noah merasa geli jika mengingat amukan Caca saat tau jika dirinya sudah lama bergabung di geng motor.

"Sejak kapan lo deket sama Caca?" tanya Xavier seketika mengubah suasana menjadi tegang.

"Udah lama," jawab Noah santai.

"Kenapa nggak ngasih tau?"

"Penting banget buat lo tau tentang Caca?" Noah balik bertanya. "Yang ada di otak lo cuma Reva. Nggak bakal tertarik juga kalo gue certain tentang cewek lain."

"Setidaknya lo—"

"Gue aja udah tau lama kok. Mager juga mau kasih tau lo, soalnya lo nggak asik banget kalo diajak ngobrol soal cewek selain Reva," ujar Romeo sebelum Xavier sempat menanggapi ucapan Noah.

"Secara nggak langsung Reva udah ngebuat lo buta sama segala hal. Terutama soal cewek," kata Noah yang diangguki oleh Romeo.

"Jujur aja nih yee, gue suka kesel sama lo kalo pas lagi ada Reva. Berasa kayak lo nggak nganggap kita berdua," ucap Romeo mengatakan satu hal yang sejak dulu ia tahan.

Xavier sendiri tidak tau jika beberapa sikapnya tidak diterima baik oleh kedua temannya. Xavier juga tidak sadar kalau ia terlalu fokus memikirkan Reva, hingga membuatnya beberapa kali melupakan teman dekatnya sendiri. Benar-benar tidak tau kalo pengaruh Reva akan separah itu pada Xavier.

***