Chereads / About Is Love / Chapter 26 - BAGIAN 25 II LOVE IS BLIND

Chapter 26 - BAGIAN 25 II LOVE IS BLIND

"Jelaskan sama Mama sekarang."

Caca terlihat menghela napas panjang. Pagi-pagi ibunya sudah datang dan memberikan banyak pertanyaan pada Caca tentang Xavier.

"Jangan kamu pikir Mama sudah lupa sama kejadian beberapa hari yang lalu," kata Indira menatap putrinya penuh selidik.

"Katanya cuma temen, tapi tiba-tiba diakui sebagai pacar. Sengaja mau bohongi Mama?"

Caca menggeleng cepat. "Enggak Mama. Aku sama Xavier enggak bener-bener pacaran."

"Kalau bukan pacaran terus apa? Cuma settingan?" Indira kembal bertanya.

"Iyaa," jawab Caca dengan suara pelan. Membuat Indira yang mendengarnya terlihat mendekatkan diri ke arah putrinya.

"Xavier nggak suka sama Caca. Dia sukanya sama Reva. Udah satu tahun mereka berdua sama-sama suka tapi enggak juga pacaran."

Caca mulai menceritakan tentang Xavier. Siapa dia, siapa perempuan yang sudah lama dicintai oleh dia, dan juga tentang rencana Xavier yang mempegunakan Caca sebagai pacar sementaranya untuk mengulur waktu supaya bisa meyakinkan Reva.

"Intinya yang kemarin itu cuma akal-akalannya Xavier aja, Ma. Kita berdua sama sekali nggak pacaran," Caca mengakhiri ceritanya dengan satu tarikan napas panjang.

"Tiana sudah tau kalau kalian berdua tidak benar-benar pacaran?" tanya Indira yang dijawab gelengan kepala oleh Caca.

"Jangan gitu dong, Sayang. Tidak baik membohongi orangtua. Meskipun Tiana bukan orangtua kandung kamu, tetap saja kamu tidak sopan kalau berbuat kebohongan dihadapan Tiana," Indira mulai menasihati Caca karena merasa apa yang dilakukan putrinya bukanlah satu hal yang benar.

"Iya Mama. Caca juga tau," kata Caca. "Caca udah bilang berkali-kali bilang sama Xavier kalo Caca nggak mau ngikutin rencana konyolnya dia. Caca juga bilang kalau nanti Caca yang akan ngejelasin ke Tante Tiana."

"Terus? Kenapa sampai sekarang kamu masih jadi pacar settingannya Xavier? Kenapa tidak langsung jujur sama Tiana?" tanya Indira lagi.

Caca kembali menggelengkan kepalanya. "Xavier nggak ngebolehin Caca ngelakuin itu. Dia tetap maksa Caca buat jadi pacarnya dia."

Kesal rasanya jika mengingat sikap egois Xavier yang selalu ingin menang sendiri. Tidak mau mendengarkan pendapat orang lain, dan hanya ingin didengarkan pendapatnya saja.

"Kalau Xavier bertindak nekat, kamu juga harus bisa bertindak nekat, Aca" kata Indira membuat Caca mengerutkan keningnya.

"Xavier maksa kamu buat jadi pacarnya tanpa persetujuan dari kamu. Berarti tidak ada salahnya kalau kamu mendatangi Tiana dan berkata jujur tanpa harus minta persetujuan dari Xavier. Toh apa yang kamu lakukan juga hal yang benar," tutur Indira memberi masukan.

Jika dipikir-pikir, apa yang dikatakan ibunya memang benar. Caca sebenarnya bisa saja langsung mendatangi Tante Tiana dan menjelaskan kalau Caca bukanlah pacar Xavier. Dengan begitu Caca tidak harus dibuat baper setiap hari oleh Xavier tapi ujung-ujungnya hanya akan dibuang setelah berhasil meyakinkan Reva.

"Kenapa? Bingung? Tidak yakin kalau kamu bisa nekat juga?" tanya Indira.

"Nggak tau, Ma. Caca bingung," lirih Caca.

"Sudah Mama tebak kalau kamu tidak akan bisa melakukannya," ujar Indira tampak yakin.

"Setegar apapun kamu, ternyata masih lemah kalau berhadapan dengan cinta. Memang wajar kalau kamu tidak yakin bisa jujur di hadapan Tiana saat ini juga. Karena secara tidak langsung ..." Indira menjeda ucapannya untuk melihat ekspresi yang ditunjukkan Caca saat ini.

"Kamu menikmati masa-masa seperi saat ini kan? Saat kamu merasa kalau Xavier memperlakukan kamu sebagai seorang pacar. Benar kan pendapat Mama?" ledek Indira diakhiri kekehan.

"Ish! Mama apa-apaan coba? Siapa juga yang menikmati jadi pacar settingan," elak Caca.

"Sudah, kamu tidak akan berhasil membohongi Mama. Jujur saja kalau merasa senang saat Xavier memarahi kamu gara-gara kamu dekat dengan cowok lain. Iya, kan?" Indira kembali meledek dan membuat Caca mendengus kesal.

"Ember banget sih Noah. Pake ngasih tau ke Mama segala," kesal Caca.

"Makanya kamu kalau ada apa-apa itu langsung cerita ke Mama, biar Mama denger langsung dari kamu. Bukan dari orang lain."

Caca tidak lagi menanggapi ucapan ibunya. Ia tiba-tiba saja teringat dengan kejadian mendebarkan semalam. Saat Caca berada di rumah Xavier, dan hampir terjadi sesuatu yang ... tidak-tidak. Caca menggelengkan kepalanya. Xavier pasti hanya mengigau. Tidak mungkin Xavier memuji Caca sampai ingin melakukan hal yang tidak seharusnya dilakukan.

"Nggak usah dilamunin terus pacarnya. Nggak bakal ilang juga kok," sindir Indira pada putrinya.

"Mama sok tau banget. Orang Caca enggak lagi mikirin Xavier kok," bohong Caca.

"Ciee yang ngaku jadi pacarnya Xavier cieee," ledek Indira berhasil membuat wajah Caca merah padam.

"Mama ih. Jangan ngomongin Xavier terus dong. Kesel tau dengernya."

Indira tidak langsung diam, namun justru semakin heboh mengusili Caca. Hal tersebut tentu membuat Caca kesal sekaligus malu karena ia terlihat sangat bodoh gara-gara terlalu mencintai Xavier.

"Mama lihat-lihat, Tiana menyukai kamu, Aca. Dia terlihat sreg pas ketemu sama kamu," kata Indira setelah puas meledek putrinya.

"Poin plus buat kamu karena sudah dapat restu dari mamanya Xavier. Tidak mudah loh mencuri hati Tiana. Dia salah satu teman Mama yang sangat selektif kalau memilih apapun."

"Serius, Ma?" tanya Caca yang diangguki Indira.

"Sebenarnya tidak terlalu sulit meyakinkan Tiana, dia hanya ingin ada seseorang yang satu frekuensi dengannya saja. Kalau urusannya soal pacar Xavier, Tiana pengin bisa deket sama perempuan yang dipilih Xavier. Makanya Tiana sempat meminta Mama untuk mengenalkan kamu pada Xavier."

"Kan Caca udah kenal sama Xavier-"

"Tiana mana tau kalau kamu anak Mama," potong Indira. "Coba saja kamu jujur kalau kamu anaknya Mama, pasti Tiana langsung meminta Xavier buat mendekati kamu secara baik-baik. Tanpa harus pakai acara bohong-bohongan."

Benar juga apa kata ibunya. Andai saja dan andai saja. Intinya memang Caca belum ditakdirkan untuk dicintai oleh Xavier. Caca sendiri juga tidak tau, apakah Xavier memang ditakdirkan untuknya atau tidak. Tidak ada yang tau selain Tuhan Yang Maha Kuasa.

***