Chereads / About Is Love / Chapter 16 - BAGIAN 15 II LOVE IS BLIND

Chapter 16 - BAGIAN 15 II LOVE IS BLIND

Bel pulang sekolah sudah berbunyi lima belas menit yang lalu. Namun di lapangan basket masih banyak siswa yang berkumpul untuk melakukan latihan basket dan cheers.

"Kok punya kalian udah kelar latihannya?" tanya Tamara mendekat ke arah anak-anak basket.

"Udah dong. Kan kita bolos jam terakhir," jawab Romeo sambil menyunggingkan senyum lebarnya.

"Terus ini tempatnya udah nggak dipake, kan?" tanya Tamara lagi.

Romeo menggeleng. "Mau lo pake buat latihan cheers kan? Pake aja, Tam. Eh tapi … tumben banget lo latihan habis pulang sekolah. Biasanya lo minta ijin ke guru pas jam pelajaran."

"Caca bisanya habis pulang sekolah. Dia nggak bisa ijin keluar kelas soalnya ada ulangan."

"Sejak kapan Caca iku cheers?"

Suara tersebut bukanlah milik Romeo. Melainkan milik Noah yang sudah berdiri di hadapan Tamara.

"Sejak kemarin," jawab Tamara santai.

"Ngapain rekrut anggota lagi?" tanya Noah.

"Ada beberapa anak yang nggak bisa ikut acara minggu depan. Jadi gue putusin buat ngajak Caca sama Ariel join bareng tim cheers," ujar Tamara menjelaskan pada Noah.

Jelas sekali terlihat jika Noah tidak menyukai kabar yang dikatakan oleh Tamara. Sejak mengetahui jika Caca berada satu sekolah dengannya, Noah sudah menegaskan pada perempuan tersebut untuk tidak ikut dalam ekstrakurikuler cheerleader.

"Hai, Tam! Maaf ya telat, tadi disuruh bantuin guru buat ngoreksi jawaban," suara Caca membuat Noah seketika menoleh.

Penampilan Caca saat ini benar-benar membuat Noah geram. Andai saja hanya ada mereka berdua, Naoh pasti sudah menegur Caca.

"Gilak! Baru tau gue kalo Caca bisa modis juga. Biasanya kan lo pake rok panjang atau engga ya di bawah lutut. Seragam baru tuh, Ca?" tanya Romeo tampak heboh.

"Enggak kok," jawab Caca. "Udah lama gue belinya, tapi jarang gue pake."

"Ayo Ca mulai sekarang, keburu sore entar kalian-kalian jadi capek," ajak Tamara yang segera diangguki oleh Caca dan juga anggotar cheers lainnya.

Sebelum Caca ikut bergabung dengan Tamara, ia menyempatkan diri untuk mengikat rambutnya ke atas supaya ia bisa bergerak lebih leluasa. Tanpa Caca ketahui, apa yang sedang ia lakukan saat ini cukup menyita perhatian beberapa siswa laki-laki yang masih berada di lapangan.

"Gila gila gila! Caca cantik banget sih. Baru ngeh gue kalo dia secantik itu. Harusnya Caca sering-sering pake seragam kayak anak lain biar lebih kelihatan cantiknya," puji Romeo menatap takjub ke arah Caca.

Tidak hanya Romeo yang memuji kecantikan Caca. Beberapa siswa lain juga tampak berbisik dan membicarakan penampilan Caca yang berbeda dari biasanya. Tidak terkecuali dengan seorang laki-laki yang sedang duduk diam di tribun penonton, ia terus mengamati Caca sejak Caca masuk ke lapangan dengan penampilan baru.

Di sisi lain, Caca dan teman-temannya sudah memulai latihan. Ia dan Ariel diberi kesempatan untuk memperhatikan gerakan yang dintunjukkan oleh Tamara, sebelum mereka berdua mencobanya.

"Ish, gue bisa fokus latihan apa enggak nih ya? Ada Noah di sini, nerveous parah gue, Ca" gerutu Ariel sambil menatap risau ke arah Noah.

"Caca kok bisa tenang gitu sih? Bagi-bagi tips-nya dong."

Caca terlihat menggelengkan kepalanya. "Gue diem bukan berarti gue tenang."

"Maksudnya?"

Alih-alih menjawab pertanyaan Ariel, Caca justru melirik ke arah belakang, tempat dimana Xavier sejak tadi duduk dengan tatapan tajam yang seolah ditujukan kepadanya. Mungkin saja Caca yang teralu berharap atau hanya sekedar berkhayal, namun ia rasa Xavier terus menatapnya.

"Gue nggak yakin bisa fokus latihan kalo satu tempat sama gebetan."

***

"Tadi kok tumben latihannya lama."

Xavier yang baru saja menghentikan mobilnya di perempatan menoleh ke arah Reva. Sepertinya rutinitas setiap harinya, Xavier akan mengantarkan Reva pulang namun hanya sampai perempatan saja.

"Kamu nggak lagi dihukum gara-gara bolos pelajaran, kan?" tanya Reva.

Xavier menggeleng pelan. "Ada hal mendadak yang ngebuat aku jadi lama di lapangan."

"Memangnya ada apa di lapangan?" tanya Reva lagi.

"Engga ada apa-apa. Cuma diskusi bentar sama anak-anak," jawab Xavier namun tidak sepenuhnya benar.

Semua ini gara-gara Caca yang datang dengan penampilan baru dan membuat Xavier tanpa sengaja terpengaruh olehnya. Benar-benar bodoh. Bagaimana bisa Xavier melakukan hal semacam tadi yang tidak ada guna untuk dirinya sendiri.

"Aku pulang dulu ya, Xav. Makasih udah dianterin," pamit Reva yang hendak membuka pintu mobil namun satu tangannya dicegah oleh Xavier.

"Boleh nganterin kamu sampai pantai? Aku jalan kaki nggak papa kok, Rev. Yang penting aku bisa—"

"Nggak usah, Xav. Kamu udah capek sekolah terus latihan basket. Mending langsung pulang. Aku bisa kok jalan sendiri ke panti," ujar Reva memotong ucapan Xavier.

"Tapi Reva, aku cuma mau tau—"

"Kamu percaya sama aku, kan?" tanya Reva menatap lurus ke arah Xavier.

Xavier terlihat menghela napas panjang. Melepaskan tangannya yang tadi sempat menggenggam tangan Reva.

"Oke," kata Xavier dengan suara pelan. "Sabtu besok kamu ada acara atau nggak, Rev?"

"Ada apa sama Sabtu besok?" tanya Reva balik.

"Mama nyuruh aku buat nemenim datang ke acara temennya. Kata Mama, boleh ngajak temen aku kok," ucap Xavier menjelaskan.

"Yaudah, ajak Noah sama Romeo. Mereka lebih aman buat kamu ajak ketemu Mama kamu," Reva mencoba menolak dengan kalimat yang halus.

"Aku penginnya ngajak kamu, Reva. Memangnya kamu ada acara apa Sabtu besok? Benar-benar nggak bisa nemenin aku?" tanya Xavier beruntun.

"Maaf ya, aku nggak bisa kalo Sabtu besok," jawab Reva membuat kekecewaan Xavier bertambah.

"Kamu nggak marah sama aku, kan?" tanya Reva yang mendapat gelengan kepala oleh Xavier.

"Kapan-kapan deh kita jalan bareng. Oke?"

Kini Xavier mengangguk. Namun tidak membalas tatapan Reva.

"Aku turun dulu ya? Kamu hati-hati pulangnya, nggak usah ngebut-ngebut. Entar aku telfon kalo udah kelar acara panti," papar Reva kemudian turun dari mobil Xavier.

Setelah Reva turun dari mobil, Xavier tampak mengacak-acak rambutnya untuk meluapkan emosi yang sejak tadi ia tahan. Kenapa sangat sulit untuk menyakinkan Reva, padahal Xavier sudah mengumpulkan banyak keberanian. Seolah usaha yang dilakukan Xavier selama ini tidak mendapat bantuan apapun dari Reva.

Ting!

Suara ponsel milik Xavier membuatnya mengambil benda tersebut dari dalam saku celananya. Ada satu pesan yang baru saja dikirim oleh sang ibu. Namun sepertinya pesan tersebut justru membuat Xavier semakin pusing dan kesal dalam satu waktu.

Mama: Mama kasih kamu kesempatan buat kenalin pacar kamu sabtu besok. Kalo kamu ga bawa pasangan, Mama jodohkan kamu sama anak temen Mama!

***

Malam hari yang cerah ditambah dengan bintang yang bertaburan di langit membuat banyak orang betah untuk bersantai di luar rumah. Seperti yang sedang dilakukan oleh Caca dan kedua temannya yang baru saja selesai mengerjakan PR ekonomi dan saat ini tengah duduk di halaman belakang rumah Sandra.

"Betah banget gue kalo harus ngelamunin Noah di rumah gini, San" kata Ariel masih melihat pemandangan di langit.

"Nggak modal banget," sindir Sandra namun tidak digubris oleh Ariel.

"Sabtu besok kalian pada bisa datang, kan?" tanya Caca memulai topik pembicaraan baru.

Sandra dan Ariel mengangguk bersamaan. Ia sudah mendengar jika ibunya Caca akan mengadakan grand opening untuk restoran baru miliknya. Dan tentunya ada perayaan berupa pesta yang akan dihadiri oleh keluarga dan kerabat dekat keluarga Caca.

"Kita kalo ada acara-acara pesta kok pasti perginya bertiga terus gitu," gumam Caca.

"Namanya juga jomblo," sahut Sandra.

"Yang sering pergi bareng itu gue sama Sandra. Kalo lo kan seringnya tiba-tiba udah sampai tempat tanpa kita tau siapa yang nganter," cecar Ariel merasa kesal karena ulah Caca tersebut.

Caca terkekeh pelan mendengar komentar dari Ariel. Ia baru saja ingat jika ia lebih sering pergi ke acara pesta bersama Noah. Hanya sekedar Noah mengantar dan menjemput Caca saja. Selebihnya Caca akan bersama kedua temannya saat acara pesta berlangsung.

"Eh, San. Mau denger cerita lucu soal latihan cheers tadi apa nggak?" tanya Ariel.

"Ada cerita apa?" tanya Sandra balik.

"Emmm, sebenarnya bukan cerita lucu sih. Cuma konyol aja gitu menurut gue. Soalnya nih, Caca jarang banget ngelakuin kesalahan yang beruntun pas ikut di satu kegiatan," ujar Ariel menjelaskan pada Sandra.

"Grogi parah gue, Riel. Gimana bisa gue fokus latihan kalo dilihatin terus sama Xavier. Lo tau sendiri kan kalo matanya Xavier itu tajem banget. Serem tau. Kayak ditatap pembunuh bayaran," cetus Caca menanggapi cerita Ariel.

"Kok gue lemah banget sih kalo di depan Xavier. Cuma dilihatin aja gue udah baper to the bone. Alay banget kok."

"Nggak papa, Ca. Lo nggak sendirian kok. Gue juga baper parah kalo lihat wajah gantengnya Noah," sahut Ariel tak kalah heboh.

"Lo yakin Xavier ngelihatin lo, Ca?" tanya Sandra seketika membuat Caca menoleh.

"Iya San," jawab Ariel sebelum Caca sempat mengeluarkan suara. "Lo tanya aja semua anak yang ada di lapangan, pasti pada nyadar kalo Xavier ngelihatin Caca."

"Dendam kesumat mungkin dia ke gue. Karena gue belum berhasil mempersatukan cintanya dia sama Reva," lirih Caca.

Sebenarnya Caca juga tidak tahu alasan Xavier terus menatapnya. Caca berusaha menyangkal akan hal tersebut, namun pada kenyataannya memang Xavier terus memperhatikan Caca selama latihan cheers sore tadi.

"Disyukurin aja, Ca" kata Sandra. "Bisa jadi Xavier mulai tertarik sama lo."

"Enggak mungkin banget lah, San. Masa iya Xavier tiba-tiba kesemsem sama gue cuma karena lihat gue latihan cheers. Nggak masuk akal banget," kekeh Caca pelan.

"Memang seperti itu yang namanya cinta," timpal Sandra.

"Datangnya nggak terduga dan merusak otak manusia."

"Xavier pasti punya alasan kenapa dia ngelihatin lo pas latihan. Mungkin bisa jadi, itu pertanda kalo hatinya Xavier mulai tertarik sama lo, Ca. Gue cuma ngasih pendapat aja, enggak nyuruh lo buat berharap lebih. Paham kan maksud gue?" tanya Sandra terdengar serius.

Caca mengangguk paham mendengar penjelasan dari Sandra. Pada intinya, ia tidak boleh menaruh harapan yang berlebihan hanya dengan melihat satu kejadian yang belum pasti memiliki maksud yang seperti apa. Dan sampai detik ini, perasaan Caca pada Xavier masih dalam tahap yang sama. Mencintai namun tidak dicintai.

***