Semua siswa pasti setuju, matematika di jam terakhir adalah dosa terbesar yang pernah dilakukan pihak sekolah. Tidak akan ada yang tertarik untuk menebak teka-teki komplikasi huruf dan angka saat siang sudah hendak menuju sore. Sebagian besar siswa mungkin sudah membiarkan roh-nya ke luar kelas, menemui kasur dan pendingin ruangan di rumah, atau mengisi lambung sebelum beristirahat tidur. Namun, suasana kelas sebelas IPS C di jam matematika itu masih tampak semarak. Bukan karena para siswa yang begitu antusias dengan pelajaran matematika, melainkan karena guru yang mengajar tidak kunjung menampakkan batang hidungnya.
"Suasana kelas kalau nggak ada guru, check!" Yumna, salah satu siswi di kelas itu, tampak mengarahkan kamera ponselnya untuk menyoroti seisi kelas. Hal pertama yang tertangkap oleh kamera ponselnya adalah dua orang siswi yang duduk di hadapannya, Bianka dan Gladys.
"Ini tuh lipbalm yang recommended banget dah, nggak bikin bibir kering dan warnanya soft banget," ujar Bianka pada Gladys sembari memoles bibirnya dengan lipbalm tersebut, menciptakan warna merah jambu yang terlihat natural. Ia terlihat seperti para selebriti dadakan yang sedang marak di sosial media. Kalau soal promosi, memang Bianka juaranya.
"Sumpah! Parah banget sih ini. Mau dong gue!" balas Gladys yang duduk di sebelahnya. Terbukti, Gladys termakan racun Bianka. Gladys, siswi yang setengah polos setengah tulalit itu memang tak punya pendirian. Hampir setiap minggu dia beli barang baru, entah kosmetik atau bukan, hanya karena tertarik melihat penampilan temannya.
"Enak aja! Beli, dong!" Bianka menutup kembali pewarna bibir yang panjangnya hanya setulunjuk itu.
"Pelit amat, sih," dengus Gladys. Bianka justru tertawa melihat reaksi Gladys yang cemberut.
"Nih, sekali ini aja, ya. Besok-besok nggak boleh minta lagi, harus beli sendiri." Bianka menyerahkan lipbalm itu ke tangan Gladys.
"Iya โฆ iyaaa."
Di belakang Yumna seorang pria berkacamata tampak sedang mengerjakan soal matematika. "Wih, Nino udah ngerjain LKS MTK aja, nih. Boleh dong entar bagi gue!" Yumna mencolek lengan Nino sembari memberikan mengerling genit.
Nino yang kikuk dengan kedipan Yumna langsung mengangguk cepat.
"Eh, Yum, daripada lo nyolek-nyolek si cupu, mending colek gua, biar bisa gua colek balik!" seru Boni dari bangku paling belakang.
"Asik dong colek-colekan!" timpal Faisal yang duduk di depan Boni.
Yumna justru mengernyitkan dahinya. "Ish, najis!" dengus gadis itu.
"Yum.. Yum.. sini, deh, ada BTS," ujar Kevin pada Yumna yang masih merekam susana kelas dengan kamera ponselnya.
Telinga Yumna sudah pasti langsung nyaring begitu mendengar nama boyband asal Korea Selatan itu disebut. "BTS? Oh, Oppa!" Yumna langsung mengampiri Kevin.
Namun gadis bermata besar itu langsung terbelalak begitu melihat video laki-laki dan perempuan tanpa busana di layar ponsel Kevin. "Ih, jorok banget sih lo! Dasar mesum!" Yumna langsung menjauh dari Kevin.
Kevin tertawa puas. "Huuuu nggak usah sok-sok munafik. Nyoba sekali juga bakal nagih," ledeknya.
"Kalau mau nyoba begituan, sama gua aja, Yum. Punya gua lebih gede daripada punya si Kevin," timpal Boni.
"Percuma gede doang kalau bantet. Lagian punya lo tuh kayak semak belukar. Yumna mana mau," balas Kevin.
"Ih! Kalian kok kurang kerjaan banget sih saling lihatin yang begituan segala," ujar Gladys dengan dahi mengernyit.
"Bukannya lo juga udah lihat dedeknya si Boni, Glad? Karena punyanya bantet makanya lo putusin, kan?" ujar Kevin. Gladys memang pernah pacaran kilat dengan Boni, hanya satu minggu. Itu sebabnya mereka masih sering jadi bulan-bulanan di kelas.
"Apa, sih, lo? Itu mulut apa lobang WC, sih? Taik aja isinya!" semprot Gladys.
"Woiiโฆ Perhatian semuanya!" Seorang perempuan yang baru kembali dari ruang guru tampak mengetuk-ngetuk papan tulis. Seisi kelas pun langsung menoleh pada siswi cantik berlesung pipi yang bernama Queen Candy Titania itu.
"Pak Jamal nggak masuk ya, Can?" tanya Bianka sambil menambah polesan bedak di wajahnya.
"Pak Jamal masih sakit," ucap Candy yang disambut 'hore-hore' oleh seisi kelas.
"Semoga Pak Jamal sakitnya sampai sebulan," cetus Faisal asal.
"Durhaka lu!" Fani yang sedari tadi diam melempar penggarisnya pada Faisal.
"Gas pulang!" Boni tampak sudah bersiap untuk berdiri.
"Eh, tunggu dulu! Pak Jamal ninggalin tugas dan harus dikumpulin hari ini juga sebagai pengganti ulangan harian," ujar Candy. Seisi kelas langsung riuh, semuanya protes.
"Yah, nggak seru banget sih Pak jamal, udah sakit masih aja nyiksa kita semua," sungut Gladys.
Sementara Kevin langsung mengambil tempat di sebelah Nino. "Hai, Bro! Wihh lo kelihatan fresh cekep nih hari ini, boleh dong entar bagi contekan!"
"Huuu modus!" Seisi kelas meneriaki Kevin.
Candy kembali mengetuk-ngetuk papan tulis. "Kalian bisa diam nggak, sih? Suara kalian tuh kedengaran sampai pos satpam tahu nggak! Apa kalian mau ngerjain tugas ini diawasi sama guru piket?" ujar Candy yang mulai putus asa menghadapi kelakuan teman-temannya itu.
"Wih, ngeri kalau sampai diawasi guru piket. Mana yang piket hari ini Bu Siti," cetus Dion.
"Makanya diam semua!" tegas Candy.
"Siap, Buk Ketua!" balas seisi kelas serentak, antara patuh dan meledek.
Candy menghela napas. Sudah lama ia ingin menyerah jadi ketua di kelas itu. Tapi tidak ada seorang pun yang ingin menggantikannya. Lagian, di kelas itu jumlah cowok lebih banyak daripada jumlah cewek, lantas kenapa harus ia yang terpilih jadi ketua? Candy sudah merasa nasibnya benar-benar sial semenjak pertama kali seruangan dengan sembilan belas siswa yang kelakuannya ajaib semua. Tiba-tiba pandangannya teralih pada seorang laki-laki yang masih tiduran di meja sambil mengangkat kaki sebelah dan memainkan handphone, sementara yang lainnya sudah mengeluarkan alat tulis masing-masing.
"Woi, Azka! Lo bisa sopan dikit nggak, sih?" Candy melempar spidol di tangannya pada laki-laki itu.
Azka yang sedari tadi sibuk dengan game online di ponselnya langsung duduk sambil menanggalkan earphone yang tersemat di telinganya. "Kenapa sih lo marah-marah mulu? Lagi mens lu?" sewotnya.
"Kalau gua lagi mens, lo mau apa, hah?" balas Candy dengan nada yang tak kalah sewot.
"Mau jadi pembalut luโฆ," timpal Kevin sambil cekikikan sendiri, namun ia langsung bungkam begitu Candy menatapnya dengan tajam. "Ampun, Bukket!" ucapnya sembari menahan tawa.
"Balikin sini spidolnya!" ujar Candy kemudian pada Azka.
"Ogah! Lo yang ngelempar kenapa harus gua yang ngambil?" balas Azka yang semakin membuat Candy geram.
"Udah, deh, kalau pada nyerocos mulu kapan mulainya? Keburu waktu habis," ujar Fani yang memilih mengalah dan mengambilkan spidol yang dilempar Candy.
Candy pun berbalik badan dan menuliskan soal di papan tulis. Tiba-tibaโฆ
"Wuhahahaha! Beneran datang bulan ternyata!" Terdengar seruan yang diiringi suara tawa terbahak-bahak dari Azka. Yang lain pun turut memerhatikan bagian belakang rok putih Candy yang ada bercak merahnya. Sontak mereka turut menimpali dengan tawa dan ledekan lain.
"Ada bendera Jepang!" Kevin menimpali dengan cekikikan yang lebih keras lagi.
Wajah Candy langsung merah padam mendengar hal itu. Bergegas Candy kembali memutar badan dan menutupi bagian belakang roknya dengan buku di tangannya.
"Yah, kena deh tuh buku Pak Jamal!" celetuk Boni, sementara Azka masih tertawa puas.
Candy merasakan mukanya semakin panas. Merasa sangat malu, ia pun keluar kelas dan lari ke toilet.
"Rese ya lo pada!" Yumna menatap tajam pada seisi kelas.
"Lo gantiin si Candy nulis soalnya di papan tulis deh, Yum!" ujar Fani yang semakin khawatir karena sebentar lagi bel akan berbunyi.
Yumna pun maju ke papan tulis, sedangkan Azka keluar dari kelas dan menyusul Candy ke toilet.
Sementara itu, Candy sibuk membersihkan roknya. Ia sudah mencoba membasuh noda itu dengan air, namun bukannya hilang, noda itu justru menyebar. Candy yang kesal sekaligus malu akhirnya menangis sendiri di toilet itu.
Tiba-tiba Candy kaget begitu melihat Azka memasuki toilet. "Lo mau ngapain?" jeritnya.
"Nih, tutupin pakai jaket gua!" Azka menyerahkan jaket berwarna dongker yang sedari tadi ia kenakan.
"Nggak usah sok baik! Puas lo udah bikin gue diledekin seisi kelas?" balas Candy.
Azka justru tertawa sinis. "Aneh banget!" desisnya. Kemudian laki-laki yang identik dengan alis tebalnya itu pun membalikkan badan, bersiap keluar dari toilet itu.
"Eh, tunggu!" Candy menghentikan langkah Azka.
Azka kembali membalikkan badan sambil menaikkan alisnya. Sementara Candy mendekati Azka dengan tatapan tajam. "Lo emang harus tanggung jawab karena udah bikin gua malu," cetusnya sambil meraih jaket dongker itu dari tangan Azka.
Setelah menutupi bagian belakang roknya dengan jaket itu, Candy pun keluar dari toilet, disusul oleh Azka yang geleng-geleng sendiri melihat tingkah ketus Candy. Sementara siswa lain yang melihat Azka dan Candy keluar dari toilet yang sama pun menatap mereka dengan tatapan aneh.