Candy sedang asik berselancar di dunia maya ketika sebuah notifikasi muncul di layar ponselnya: Devano Walker Orizon mengikuti anda. Candy tersentak bangun hingga tanpa sengaja luka di kakinya menyentuh sandaran sofa. "Awww!" jerit Candy.
"Kenapa lagi, Can?" seru Gita dari dapur.
"Nggak kenapa-napa kok, Bun! Aman, kok!" sahut Candy. Matanya masih terfokus pada layar handphone. "Suwe! Ngapain Bianka follow nih cowok pakai akun gua!" umpatnya dalam hati.
Sebuah notifikasi lagi, pesan masuk dari laki-laki bernama Devano tersebut. "Hai! Salam kenal! Saya Devano."
Candy melongo. Ia benar-benar tidak menyangka bahwa sosok itu akan menghubungi. Karena tidak tahu harus membalas apa, Candy pun menekan fitur untuk tangkapan layar, kemudian mengirimkan pada grup obrolan bersama teman-temannya.
Bianka: OMG! Seriusan itu Devano pangeran gua?
Gladys: Curang lu, Can! Kok lu yang dapat DM dari dia, sih?
Yumna: Tikungan tajem, Bun. Awokkawokkk…
Candy: Mana gua tahu! Siapa suruh ngefollow nih orang pakai akun gua?!
Bianka: Duh, emang tolol banget deh gua!
Yumna: Setuju! Huhahaa…
Gladys: Eh, Can, lo balas apaan? Awas ya kalau lo langsung tancap gas, curang nih nyolong start.
Candy: Belum gua balas, Nyong! Nggak ada niatan juga gua ngebalasnya.
Bianka: Eh, jangan dianggurin, dong! Kasihan banget cowok seganteng itu dianggurin.
Yumna: Gantengan juga Jimin Oppa.
BIANKA SI TANTE GIRANG MENGELUARKAN YUMNA SELEBGRAM GAGAL DARI GRUP.
Gladys: Wih! Sadis! Langsung didepak aja tuh si Yumna.
Bianka: Daripada ngebacot nggak jelas. Ini sesi pangeran ganteng gua. Topik lain gua blacklist.
Candy: Wuahahaa… sumpah ngakak, Nyong!
Bianka: Eh, Can! Lo jangan ketawa-ketawa aja! Itu pangeran gua jangan dianggurin. Nyamar jadi gua, kek!
Candy: Gimana caranya, hah? Orang dia lihat nama akun gua: Queen candy, juga ada foto gua sekalian.
Bianka: Kalau gitu suruh dia follow akun gua!
Candy: Nggak, ah! Ngapain! Bikin malu aja!
"Belum tidur juga, Can? Katanya sakit tapi nggak mau istirahat. Gimana, sih!" Gita tiba-tiba menghampiri Candy yang masih cekikikan sendiri di sofa.
"Iya, Bun. Ini juga mau tidur," sahut Candy sembari mematikan layar ponsel.
"Bisa nggak jalan ke kamarnya?" tanya Gita begitu melihat Candy terpincang-pincang.
"Bisa kok, Bun. Aku kan kuat, hehe-"
"Langsung tidur, Can! Jangan main handphone lagi begitu nyampe kamar!"
Klek! Candy raib di balik pintu kamarnya.
***
"Ya, ampun! Candy! Lo kenapa?" tanya Bianka begitu melihat Candy turun dari mobil dengan terpincang-pincang.
"Gara-gara si songong Azka tuh!" sungut Candy sambil melirik Azka yang masih berada di parkiran.
"Lo ngapain sih sama Azka? Tawuran?" ujar Gladys.
Candy mengibaskan tangannya. "Udahlah, nggak penting."
Di saat yang bersamaan, Yumna pun datang menghampiri mereka semua. "Woi, Bianka Bangke! Kurang ajar banget lo ngedepak gua dari grup! Itu grup yang bikin juga gua tau nggak!" sungut Yumna.
"Hahaha… Salah lo juga sih, ngapain bawa-bawa tuh nama artis korea saat gua lagi bahas topik lain," balas Bianka.
"Masukin lagi gua sekarang!"
"Iya, iya, nih gua tambahin sekarang juga. Tuh! Tuh! Udah, kan?" Bianka menyodorkan layar ponselnya ke depan mata Yumna.
"Eh, lo kenapa, Can?" tanya Yumna begitu melihat luka-luka di tangan dan kaki Candy.
"Jatuh dari motor kemarin," jawab Candy.
"Duh, Can! Lo sih bandel bawa motor terus ke sekolah. Padahal lo kan bisa nebeng pulang pergi sama gua," ujar Yumna.
"Nebeng itu kalau searah, Oneng. Kalau nggak searah tuh namanya antar jemput!" balas Candy sambil tertawa sendiri.
"Oh ya, gimana semalam, Can? Lo jadi balas pesannya Devano?" Gladys mengalihkan topik.
Candy menggeleng.
"Kok nggak dibalas sih, Can? Songong banget lo ngeangurin pesan cowok seganteng itu!" ucap Bianka.
"Kalian gimana, sih? Kalau gua balas, dibilang nikung temen, kalau nggak gua balas malah dikatain sombong."
"Ya, lo balasnya biasa aja, nggak usah pakai emoticon-emoticon hati juga!" ujar Bianka.
Seiring dengan itu, sebuah mobil sport pun memasuki pekarangan sekolah. Devano turun dari mobil itu seperti pangeran yang baru turun dari kereta kencana.
"Ternyata dia beneran pangeran, gais…," cetus Gladys.
"Gua rela deh jadi tas ranselnya, biar bisa nyender di bahunya," ucap Bianka.
"Gua rela deh jadi ikat pinggangnya," imbuh Gladys yang sontak membuat Candy, Yumna, dan Bianka menoleh padanya.
"Biar bisa meluk dia maksud gua," terang Gladys.
"Lo bikin otak gua traveling aja tau nggak," ucap Yumna sembari berbalik badan dan menuju kelas.
"Gais…," Bianka mencengkram tangan Candy.
"Aw!" jerit Candy karena cengkraman Bianka justru mengenai bekas lukanya.
"Eh… sori, Can! Nggak sengaja, hehe!"
Jeritan Candy itu ternyata mengalihkan perhatian Devano. Laki-laki itu menyipitkan matanya, dan seketika ia mengenali wajah itu. Ia pun menghampiri mereka.
"Oh my god! Dia mendekat! Gempa dahsyat nih jantung gua!" cetus Bianka, kali ini ia mencengkram lengan Gladys.
"Hai, kamu yang tadi malam, kan?" tegurnya pada Candy.
Candy yang kikuk hanya bisa menyahut lirih. "Ya…," ujarnya.
"Halo! Saya Devano, siswa baru kelas sepuluh-A!" Laki-laki itu kembali memperkenalkan diri, kali ini sambil mengulurkan tangannya.
Candy menjabat tangan itu dengan sungkan. "Gua Candy, kelas sepuluh-F," ucapnya. Sejenak kemudian ia bergegas melepaskan jabat tangan itu. "Oh ya, kenalin ini teman-teman gua: Bianka dan Gladys."
"Hai! Aku Bianka!" Bianka langsung menjabat tangan Devano sambil memperkenalkan dirinya. Tidak lupa pula ia sematkan senyum termanisnya untuk menarik perhatian laki-laki itu.
"Devano."
"Gantian dong, Bi!" Gladys menepuk tangan Bianka. Kemudian dengan sigap ia menjabat tangan Devano.
"Aku Gladys. Oh ya, aku udah follow akun sosmed kamu. Follback aku, ya: @Gladys123," ucap Gladys dengan penuh antusias.
"Aku juga udah follow akun kamu, bahkan udah aku like semua postingan kamu. Follback aku juga ya: @Bianka_cute101." Bianka kembali menimpali.
"Yaa…," lirih Devano sambil mengangguk. "Nanti akan saya follback. Kalau saya lupa, silakan DM aja!" ucapnya.
Bianka dan Gladys serentak melongo. "Jadi, kami boleh DM kamu?"
Devano yang bingung dengan tingkah kedua gadis itu pun mengangguk. "Ya, tentu."
Seiring dengan itu bel masuk pun berbunyi. "Sudah bel. Saya ke kelas dulu," ucap Devano sebelum meninggalkan ketiga gadis itu.
Begitu Devano sudah raib di balik pintu kelasnya, Bianka dan Gladys berseru girang, bahkan sampai berjingkrakan. "Eh, lo jangan sentuh tangan gua, ya. Ada bekas tangannya Devano di sini!" ujar Bianka pada Gladys.
"Huu, lebay, lo! Devano aja lebih lama salaman sama gua!" balas Gladys.
Candy menyusul langkah kedua temannya dari belakang. Ada sesuatu yang turut mengembang dalam hatinya, entah apa. Candy memutar kepalanya untuk menoleh pada Devano sekali lagi.