"Mamah udah jodohin kamu sama seseorang," seru riang wanita yang sudah berkepala 3 namun terlihat masih cantik.
"Lah? Di jodohin sama siapa?" Cecilia Lauren yang tengah sibuk dengan ponselnya itu menoleh dengan raut wajah binggung pada wanita yang telah mengandungnya selama sembilan bulan, wanita yang telah mengeluarkannya ke dunia saat dia tengah asik-asiknya lomba balap karung di dalam kandungan.
"Sama anak temennya papah kamu dong," dengan santainnya Mala menjawab.
Cecilia menoleh pada sang papah—Ardi. Yang tengah melakukan gerakan senam dari kaset milik sang mamah.
"Pah!" panggil Cecilia.
"Hadir!" saut Ardi.
"Anak temennya papah ganteng gak? Dia mirip kaya oppa-oppaku gak?" tanya Cecilia, dirinya terlihat biasa saja tanpa merasa terkejut, padahal sang mamah baru saja memberi tahunya jika ia dijodohkan.
"Oppa-oppa bayanganmu itu mah lewat! Gantengnya anak dari temen papah itu melebihi gantengnya tukang sayur yang sering ganjen ke mamah kamu noh," kata Ardi sambil melirik malas pada Mala.
Cecilia memutar bola matanya sebal.
"Aku gak mau di jodohin kalo calonnya gak ganteng kaya oppa-oppa aku!" ucap Cecilia, bangun dari duduknya dan berlalu pergi ke kamarnya.
"Nanti malam kamu akan tau siapa calonnya! Dan kamu pasti bakal nyesal kalo nolak dia," teriakan Mala yang menggema di seluruh penjuru ruangan.
"Bodo amat! Cecil gak denger!" Cecilia balas berteriak, mengunci pintu kamarnya dan merebahkan tubuhnya di kasur kesayangannya.
***
"Eh-eh apaan! Al gak mau di jodohin kaya di film-film ya!" Alaric Rajendra, menatap tak suka pada kedua orang tuanya. dirinya tidak akan pernah setuju untuk di jodohkan, ia tak mau mempunyai masa depan buruk jika orang tuanya menjodohkannya dengan orang yang tidak dia sukai.
"Jangan teriak-teriak anak kambing!" kesal Rendra yang hanya di balas cengegesan oleh Al.
"Pah, Al gak mau di jodohin! Al udah punya pacar," kata Al, memohon pada papahnya agar tidak menjodohkannya.
"Putusin pacar kamu sekarang juga kalau gitu!" perintah Rendra yang langsung membuat Al terkejut.
"Gak mau! Al cinta mati sama pacar Al!" kekeuh Al sambil menggelengkan kepalanya.
"Cinta mati? Yaudah, sono lo mati!" ucap Rendra dengan santainya, sembari mengibaskan tangan.
"Ya allah, Pah! gitu amat sama anak sendiri," gerutu Al dengan raut wajah sebal.
"Papah gak mau denger kamu nolak perjodohan ini yah! suka gak suka tetep harus kamu terima!" perintah Rendra tanpa bisa di ganggu gugat lagi.
"Mamah!!! Al gal mau di jodohin!" teriak Al layaknya anak kecil yang tak mau di tinggal pergi.
Plak!
"Berisik anak dedemit!" Rendra memukul kepala Al hingga tersungkur ke depan.
Malas juga lama-lama punya anak modelan Al ini.
"Udah terima aja kali Al, perjodohan ini juga 'kan demi kebaikan kamu," ujar sang mamah—Arum, yang baru saja duduk di samping suaminya.
"Al tetep gak mau! Gimana kalo nanti cewek yang di jodohin sama Al itu jelek? gendut? mukanya kaya kobokan warteg? 'kan serem!" Al bergidik ngeri, membayangkannya saja sudah membuatnya istigfar, apalagi jika sudah melihat langsung, Allahuakbar.
Plak!
Dengan santainya Rendra menabok mulut Al, membuat Al semakin di buat kesal.
"So kegantengan lo cubluk! Gantengan juga gue," cibir Rendra.
"Pah ..." Al kembali merengek, menunjukan wajah memelasnya pada Rendra—berharap saja papahnya itu luluh.
"Malem kita ketemu sama calon kamu, jangan mulung! Jangan ngepet! Libur dulu aja," kata Rendra dengan penuh penekanan, jika sudah seperti ini Al tidak bisa menolak.
***
Malam ini Cecilia telah siap dengan dress mocca selutut yang benar-benar pas di tubuh mungilnya, heels yang tak terlalu tinggi dengan rambut tergerai membuat Cecilia begitu amat sempurna, dan jangan lupakan makeup tipis yang membuat wajahnya terlihat cantik plus imut.
"Udah selesai?" suara Mala membuat Cecilia yang tengah memperhatikan penampilannya di cermin menoleh, mengangguk kemudian mengambil tas slempangnya.
"Calon kamu pasti terpesona sama kamu," goda Mala sambil tersenyum pada Caramel.
Cecilia hanya tersenyum kecil, ia tidak menolak perjodohan itu. Karna Cecil percaya pada kedua orang tuanya jika mereka pasti tidak akan asal pilih untuk di jadikan masa depan anak mereka.
"Berangkat sekarang?" tanya Ardi yang di angguki oleh Mala dan Cecilia yang sudah masuk kedalam mobil.
Sedangkan di sisi lain Al tengah di seret paksa oleh Rendra, Al benar-benar seperti anak kecil yang tidak mau di sunat.
"Alaric Rajendra!" panggil Rendra yang berusaha sabar pada anak satu-satunya ini.
"Al gak mau Pah! Al gak mau dijodohin!" untuk kesekian kalinya Al menolak, mengeratkan pelukannya pada tiang rumahnya.
"Jangan nolak! Papah udah jodohin kamu sama anak temen papah!" paksa Rendra, tetap berusaha keras untuk melepaskan Al yang malah semakin erat memeluk tiang rumah.
"Al gak mau Papah!"
"Kalo tetap nolak, nama kamu bakal papah coret dari KK! Kamu bakal papah usir dari rumah tanpa bawa uang sepeserpun!" teriak Rendra penuh emosi.
Dan ternyata, ancamannya itu berhasil membuat Al melepaskan pelukannya pada tiang rumah.
"Yuk pah, nanti keburu malem," kata Al sambil merapihkan kemeja hitam polosnya yang sedikit kusut.
Rendra dan Arum tercengang melihat kelakuan anak satu-satunya itu, jika sudah di ancam seperti itu pasti langsung menurut.
***
Al dan kedua orang tuanya keluar dari mobil, berjalan masuk ke dalam restaurant. Tempat dimana calonnya sudah menunggunya disana.
Al berjalan dengan sedikit malas, mau tidak mau dia harus mau menyetujui perjodohan ini, dari pada dirinya menjadi gelandangan tanpa dikasih warisan, kan gak lucu.
"Muka lo minta di tabok! Jangan datar kek gitu," titah Rendra yang hanya dibalas helaan nafas oleh El.
Ia berjanji akan selingkuh jika calonnya seperti adonan bakwan yang sering ia pesan dikantin.
Namun tak lama niat Al untuk selingkuh itu seketika hilang saat pemuda itu melihat gadis yang ia yakin jika gadis itulah yang akan di jodohkan dengannya.
Dengan raut wajah yang berubah semangat Al berucap, "Mah! Pah! Al setuju sama perjodohan ini! kalo perlu Al mau nikah besok!"
Plak.
Lagi dan lagi Rendra menabok kepala Al tanpa rasa bersalah.
"Dasar dugong! Tadi aja kaya bocah. ngerengek gak mau di jodohin, sekarang udah liat orangnya aja girang!" cibir Rendra yang hanya dibalas cengiran oleh El.
"Gak usah ribut, syukur-syukur kalo ceweknya juga mau di jodohin sama gumpalan lemak kek gini," sindir Arum sambil memperhatikan Al dari atas sampai bawah.
"Mamah mau Al azab?" tanya El.
"Sebelum kamu azab Mamah Kamu, Papah duluan yang azab kamu biar jadi anak tuyul!" kata Rendra, dan lagi-lagi membuat Al kesal.
"Ngapain ngobrol disini! Ayo kesana," ajak Arum yang di angguki oleh Rendra dan El.
Arum tau, perdebatan antara Anak dan Bapak itu tidak akan selesai jika tidak dihentikan.
***
"Harus kalem, jangan bar-bar. bersikap manis jangan malu-maluin," titah Mala yang membuat Cecilia menatap sang Mamah dengan raut wajah tak percaya.
Untuk apa ia bersikap bar-bar? Ini bukan acara baku hantam. dan sejak kapan dirinya malu-maluin? Astaga, berlebihan sekali Mamahnya ini.
"Iya Mamah," balas Cecilia dengan sebal.
"Maaf yah telat."
Cecilia menoleh pada asal suara. menatap satu persatu orang yang berdiri di hadapannya, dan tatapannya terhenti pada pria tinggi yang mungkin lebih tua darinya itu.
Cecilia mengenali pria itu, pria yang tengah memberi senyuman padannya dengan wajah bangsatnya itu.
"Mamah! Cecil gak mau di jodohin sama dia!" tolak Cecilia tiba-tiba, membuat Mala dan Ardi kini menatap binggung pada Cecilia.
"Cecil ..." Cecilia menoleh saat namanya di panggil, menatap wanita yang wajahnya sama persis dengan pria yang sudah duduk di hadapannya.
"Kenapa Kamu gak mau di jodohin sama anak mamah?" tanya Mala dengan suara lembut.
"Anak tante mesum, tar Cecilia di apa-apain sama dia!" sahut Cecilia dengan santainnya, menatap sinis pria yang malah tersenyum padanya.
Ah! Jika saja Cecilia tau jika ia dijodohkan dengan teman di masa kecilnya dulu yang mempunyai otak mesum itu, dirinya pasti akan langsung menolak perjodohan ini.
"Gue gak kaya gitu Cecil," Al bersuara, dan suara berat Al membuat Cecilia seketika merinding, astaga! Cecilia benar-benar tak mau di jodohkan dengan El.
"Kamu udah nerima perjodohan ini, jangan berani-berani nolak!" ancam Ardi dengan suara berbisik. Cecilia bergidik ngeri, ancaman sang papah itu bisa berakhir kemana saja.
"Jangan takut, Al gak akan macem-macem. kalo dia macem-macem, Mamah akan masukin dia kedalem perut Mamah lagi," kata Arum yang sama sekali tidak membuat Cecil senang.
"Yakali mah! Al gak akan macem-macem sama calon El, Al bakal jaga dia dengan penuh kasih sayang," sahut El, menatap Cecilia sambil tersenyum miring.
Cecilia melotot pada El.
"Besok pertama kamu masuk sekolah, nanti kamu berangkat sama Al yah, kalian satu sekolahan," kata Arum memberitahu.
Semangat Cecilia seketika runtuh seketika, ia akan satu sekolahan dengan Pria mesum yang ternyata menjadi jodohnya, lenyap sudah bayangan dirinya yang berjodoh dengan pangeran ganteng seperti Oppa-Oppa korea.
***