Chereads / BABY YOU! / Chapter 8 - Bukan Babu!

Chapter 8 - Bukan Babu!

"Lo kira lo gue izinin buat cium gue?" tanya Cecil, menatap sinis Al yang tengah duduk santai sambil menonton acara televisi.

Al mengernyit binggung, menatap Cecil yang tengah berdiri di hadapannya.

"Gue gak perlu izin kali, lo kan milik-"

"Gue bukan milik elo oke! Ya allah kesal bat dah gue!" Cecil benar-benar di buat emosi oleh Al.

Ingin sekali rasanya Al tertawa detik ini juga saat melihat wajah Cecil yang begitu emosi, namun dirinya masih ingat nyawa, tertawa sedetik di hadapan maung yang tengah ngamuk, nyawanya akan di ganti dengan nyawa dispenser.

"Sini duduk, filmnya lagi seru lohh," kata Al yang membujuk Cecil.

Cecil semakin menatap Al dengan kobaran api, "Pala lo botak sariawan! Seru apaan pea! Itu iklan softex!"

Cecil mendudukan bokongnya di sofa yang berbeda dengan Al, mengusap wajahnya kesal dengan emosi yang masih belum stabil.

"Lagian siapa suruh ngeyel? gue kan udah bilang ke lo, terima gak terima lo tetap milik gue! Nolak dan ngebantah lo bakal kena hukuman," jelas Al dengan nada santai.

Bugh.

Dengan penuh emosi Cecil melempar bantal sofa tepat pada wajah Al.

"Enyah lo enyah! Allahuakbar setres gue lama-lama!" kata Cecil sambil berdiri dari duduknya, berlalu pergi meningalkan Al.

***

Sore ini Cecil sibuk dengan pekerjaan rumah, dirinya baru ingat jika rumah yang ia tinggali bersama Al tidak mempunyai pembantu satu pun, dan mau tidak mau ia yang mencuci pakaiannya dengan Al meski Cecil yakin jika baju yang ia cuci tidak bersih.

Setelah selesai menjemur, Cecil mendudukan bokongnya di teras, menyeka keringatnya yang membanjiri wajahnya.

Cecil berjanji setelah ini ia akan lebih banyak melihat tutorial mencuci baju dan menyetrika pakaian, jika untuk menyapu dan mengepel itu sudah ia sering lakukan di sekolahan, tapi untuk menyuci dan menyetrika, Cecil tak pernah melakukannya, apalagi memasak, sama sekali tidak pernah.

"Nih minum," tiba-tiba Al duduk di samping Cecil sambil menyodorkan jus jeruk pada Cecil.

Tanpa basa-basi Cecil menerimanya, meminumnya dengan sekali tegukan.

"Gue sengaja nyuruh Mamah buat gak bawa pembantu dari rumah ke sini, gue pengen bikin lo hidup mandiri dengan ngelukain pekerjaan rumah sama lo sendiri, jangan manja terus," kata Al pada Cecil.

"Lo mau bunuh gue dengan bikin gue cape? Heh cubluk! Lo kira gak cape apa ngerjain semuanya sendiri!" kata Cecil yang kembali emosi.

Oke, kini dirinya benar-benar menjadi babu di rumahnya sendiri, rumahnya sendiri? Mungkin.

"Denger yah Beb, mulai hari ini lo harus belajar jadi ibu rumah tangga, lo harus-"

"Gue bukan babu lo dasar kutil anoa!" teriak Cecil menggebu-gebu, meletakan gelas kosong di lantai dengan sedikit kasar, kemudian berdiri dan berlalu masuk dengan penuh kekesalan.

"Dia kira gue mau apa jadi babu dia, enak aja!" dumAl Cecil, memasuki kamarnya dengan membanting pintu.

Tiap hari emosi seperti ini, Cecil yakin jika dirinya hidup tidak akan lama lagi.

"Maksud gue bukan kaya gitu," kata Al yang tiba-tiba datang.

"Keluar atau lo gue bunuh!" ancam Cecil yang sama sekali tidak membuat Al takut.

"Yaudah gini aja, kalo lo mau belajar masak dan bisa masakin masakan yang enak buat gue, kita bagi tugas rumah. Gimana?" saran Al yang membuat Cecil nampak berfikir.

"Kalo lo bisa masak, lo cukup masak dan setrika baju, selebihnya biar gue yang kerjain, gimana?" tanya Al.

Cecil kembali berfikir, dan detik berikutnya ia mengangguk.

"Oke, gue setuju," kata Cecil.

"Tapi inget, tugas seorang istri harus tetap lo jalanin, lo harus melayani suami, gak boleh ngebantah!"

"Heh anoa! gue bukan istri lo!"

"Mau gue kasih hukuman?"

"Mati aja lo mati setan!"

"Mulai besok lo udah kudu belajar masak yah."

"Serah lo!"

.

.

.

Malam ini Al dan Cecil mengujungi rumah orang tua Al, Cecil meminta Al untuk mengantarkannya ke sana dengan alasan ingin meminta ilmu tentang memasak, awalnya Al menolak karna Cecil bisa melihat tutorialnya di youtobe, namun Cecil menolak dan memaksanya untuk diantarkan ke sana.

Al yang merasa baik hati dan tidak sombong, plus ganteng. Dengan terpaksa ia mengantarkan calon istrinya itu kerumah ke dua orang tuanya.

"Kenapa harus sekarang? Besok kan bisa," ujar Arum pada Cecil.

"Kalo besok Cecil gak bisa Mah, jadi kudu sekarang," kata Cecil sambil menatap sebal pada Al.

"Lagian kamu gak perlu masak Cecil, kamu bisa bawa satu pembantu milik Mamah," ujar Arum yang membuat Cecil menghela nafas.

"Maunya Cecil sih gitu Mah, tapi Al malah sengaja ngejadiin Cecil Babu di rumah," kata Cecil yang membuat Arum membulatkan matanya.

"Heh anak dedemit! Lo ngejadiin anak Mamah babu disana?" tanya Arum, menatap Al dengan penuh kobaran api.

Al yang tengah menghabiskan kripik timun itu tersedak, menatap Arum dengan tatapan kesal.

"Mamah! Al anak Mamah, bukan anak dedemit!" ucap Al.

"Bodo amat!"

"Al gak bikin calon istri Al babu Mah, Al cuman nyuruh dia apa yang emang kudu di lakuin oleh seorang istri," kata Al menjelaskan.

"Tapi gak dengan kasih semua kerjaan ke dia bego! Kalo dia kecapen terus sakit gimana hah?"

"Mah!"

"Besok Mamah kirim bi Surti ke rumah kalian, gak ada penolakan!" kata Arum.

Al menghela nafas, menatap Cecil dengan tatapan tak suka, sedangkan Cecil menatap Al dengan tatapan meledek.

"Tapi Cecil tetap harus masak!" Keukeh Al yang tak bisa di ganggu guggat lagi.

"Masak boleh, tapi jangan masak yang berat-berat," ujar Arum.

"Paling masak mie sama telur," sindir Al yang sudah tau jalan pikiran Mamahnya.

"Yang penting masak!" ucap Arum dengan kesal.

"Yuadah ayo pulang Ra!" ajak Al dengan kesal, ia menyesal menuruti permintaan Cecil ke sini jika akhirnya Cecil tetap tidak bisa mandiri.

"Apaan pulang! Malem ini kalian nginep di sini," titah Arum.

"Mah! Besok kita sekolah," kata Al.

"Gak usah sekolah!"

"Ya allah mah, Mamah mau kita jadi bego karna gak sekolah? Terus gimana nasib anak-anak kita kalo ibu sama bapaknya bego?" ucap Al dengan dramatis.

"Gak sekolah sehari gak akan bikin kalian bego!" kata Arum yang masih keukeh.

"Kita tetap pulang!" Al juga Keukeh, menarik tangan Cecil untuk ikut pulang dengannya.

"Al ini udah malem!"

"Mau malem mau subuh, Al sama Cecil tetep pulang!"

"Mau Mamah sumpahin ketemu kembaran kamu di jalan?"

Al menghentikan langkahnya, berbalik menayap Arum dengan kening berkerut.

"Emang Al punya kembaran Mah," tanya Al.

"Punya lah!"

"Siapa?"

"Pocong!"

"Al sama Cecil pulang Mah!"

****