"Huh! Dasar! Gue hanya kalah di harta doang kok. Coba aja gue kaya pasti gue yang dipilih oleh tuan muda sebagai pacar nya itu."
"Emang syarat harus jadi pacar tuan muda harus kaya?"
"Lah terus? Kalau bukan karena harta gue nggak akan berakhir menyedihkan di tempat ini beb. Udah pasti gue adalah pemenang nya kok. Coba lo liat gue, gue sempurna nggak cacat sedikitpun hanya cacat di harta doang."
"Eh bukannya tuan muda itu tidak pernah terlihat atau tersorot media sedikit pun? Bagaimana kalau ternyata tuan muda itu sendiri jelek? Apa lo nggak mikir sampai kesitu?" Ucap Kaira yang dengan sangat lancangnya ikut dalam pembahasan kedua wanita yang berada disampingnya.
Kedua wanita itu menoleh menatap sinis ke arah Kaira yang sedang mengembangkan senyuman nya. "Siapa lo?" Tanya Lena wanita yang sedang kesal itu karena ditolak dalam audisi pemilihan pacar tuan muda karena miskin.
Kaira mengulurkan tangannya sambil tersenyum, "Kaira."
Lena menatap Kaira dari kepala sampai ujung kaki dengan tatapan tidak suka, "Minggir lo, ayo Rin kita keluar." Setelah mengucapkan itu Lena keluar bersama temannya itu, meninggalkan Kaira sendiri.
Kaira tersenyum, dan menatap dirinya di depan cermin yang besar itu. Sejak tadi ia berada di toilet merapikan riasan wajahnya yang sedikit berantakan itu kebetulan saja mendengar percakapan kedua orang tadi hingga membuat dirinya tertarik.
Sebuah ide terlintas di otaknya dan kemudian ia langsung mengambil ponselnya yang berada di dalam tas Selempang nya itu. Jari-jari lentiknya menari di atas tombol keyboard, seperti nya ia sedang mengetik pesan disana. Setelah selesai ia langsung menekan tombol kirim dengan hati yang begitu senang.
"Mari kita lihat pertunjukan nya!" Ucap kaira sambil mengembangkan senyumnya.
**
Kaira sedang berada di depan teras rumahnya menghitung banyaknya bintang di langit malam ini, sungguh ia sangat bosan sekali menunggu hingga ia melakukan hal bodoh dengan menghitung banyaknya Bintang.
Sudah 30 menit berlalu namun yang di tunggu-tunggu tak kunjung datang hingga membuat Kaira hampir habis kesabarannya. Untung saja sebelum Kaira melakukan sesuatu seseorang datang menghampirinya.
"Paket Mba."
"Paket? Saya nggak ada pesan apa-apa."
"Apakah benar ini rumah Kaira Larasati?"
Kaira mengangguk, "Iya benar."
"Jika begitu berarti paket ini memang untuk mba. Silahkan terima dan tolong tanda tangan disini." Tunjuk tukang pengantar paket itu pada tempat yang harus ditandatangani oleh Kaira.
Dengan ragu kaira mengambil paket itu dan kemudian langsung menandatangani kertas yang dimintai oleh tukang pengantar paket tersebut.
Setelah kepergian tukang paket itu Kaira langsung membuka isi paket yang ia terima tadi itu. Sebenarnya ia juga tidak tahu apa isinya, ia memang sering mendapatkan paket dari fans nya tapi bukan paket yang hanya berbungkus kertas padi seperti ini.
Saat ingin membuka bungkusan, suara ponsel miliknya berbunyi tanda ada telepon masuk.
Kaira melihat nama yang menghiasi layar ponselnya dan kemudian tersenyum.
"Iya, bagaimana?" Tanya Kaira saat telepon sudah tersambung
"Besok di cafe jam 10.00 dan sisanya bisa di cek di email nya." Ucap si penelpon itu di seberang sana.
"Oke, thanks." Jawab Kaira dan langsung mematikan sambungan teleponnya secara sepihak dan dengan cepat melihat email yang dimaksud itu.
Kaira tersenyum setelah membaca email yang dikirimkan itu seperti sedang mendapatkan sebuah lotre. "Akhirnya, gue bebas sebentar lagi."
Matanya kembali menatap kotak yang masih terbungkus rapi itu dan dengan sekali sayatan bungkusan itu langsung terbuka menampakkan isi dari paket tersebut.
Kaira terbelalak saat matanya membaca pesan yang ada di paket tersebut di sebuah potongan kertas kecil.
"Hanya tinggal satu bulan saja waktumu tuan putri."
Kaira tersenyum saat beberapa saat bisa menguasai dirinya kembali. "Bahkan akupun tak membutuhkan waktu sebanyak itu saat ini boy. Aku hanya butuh 1 Minggu saja." Ucap Kaira sambil tersenyum penuh arti meremas kuat potongan kertas tersebut.
Diambilnya baju serta high heels yang ada dalam kardus tersebut dan kemudian ia langsung membuang kardus kosong itu, "Thanks untuk pakaian nya."
**
Lonceng di depan pintu masuk berbunyi saat pintu terbuka lebar dan kemudian masuklah seorang cowok dengan pakaian jas warna biru.
Kaira langsung menoleh ke arah arloji di tangan nya sambil tangan telunjuknya terus saja mengetuk meja. Ia tersenyum begitu lebar, "Oke pas sekali, jam 10:00. Ah ternyata memang benar adanya bahwa seorang pebisnis itu adalah orang yang sangat on time ya." Kaira tertawa dan kemudian menggeleng kan kepalanya, "Tentu saja, bagaimana tidak coba? toh, memang bagi mereka setiap detik itu berharga kok."
"Nona Kaira." Ucap seseorang yang langsung membuat Kaira menoleh ke sumber suara.
"Iya dengan saya sendiri." Jawab Kaira
Cowok itu mengangkat sudut bibirnya membentuk senyuman, eh tidak, itu bukan seperti senyuman melainkan tampang mengejek. "Perkenalkan saya Arka Nata Witantra." Ucap cowok bernama Arka tersebut sambil mengulurkan tangannya ke arah Kaira.
Kaira menerima uluran tangannya sambil tersenyum, "Kaira."
Arka mengangguk dan kemudian menarik cepat tangan yang masih digenggam erat oleh Kaira. "Baiklah Kaira, apa yang membuat kamu ingin menemui saya."
Kaira menatap wajah Arka dengan begitu teliti, sungguh dirinya begitu terpesona dengan ketampanan yang dimiliki oleh Arka. Bibirnya tipis dan berwarna merah, hidung mancung, bulu mata yang lentik dengan mata berwarna coklat serta alisnya tebal. Rahangnya keras seperti nya Arka adalah pahatan sempurna yang diciptakan oleh Tuhan hingga tak ada sedikitpun celah kekurangan yang terlihat.
Arka berdehem, "Kaira waktu saya tidak banyak dan saya kesini bukan untuk kamu lihat seperti itu. Waktu saya sangat berharga dan saya tidak ingin membuang nya dengan percuma seperti saat ini."
Kaira tersadar dan tersenyum ke arah Arka, "ah iya, maaf tuan. Maaf saya tadi hilang kendali melihat anda. Kau begitu tampan tuan." Ucap Kaira dengan penuh mengoda.
Arka menatap dengan penuh kesinisan ke arah Kaira, "Kaira, apakah kamu tahu siapa saya? Saya bukanlah orang yang sangat penyabar. Simpan saja basa basi mu itu saya tidak butuh! Ayo katakan, apa yang ingin kau katakan sekarang?"
Kaira merapikan sedikit penampilan yang terlihat berantakan dan sedikit menurunkan dress yang menampakkan belahan dadanya itu, "Saya dengar anda sedang mencari pendamping hidup, bolehkah saya menjadi orang yang anda cari itu tuan Arka yang terhormat?"
Sontak saja, ucapan Kaira tadi membuat Arka tertawa terbahak-bahak. 'Ah pantas saja ia tadi melakukan sesuatu yang rendahan seperti itu, bukannya aku nafsu malah membuat semakin jijik!' ucap Arka di dalam hatinya.
Kaira yang melihat Arka tertawa langsung menaikkan alisnya karena merasa bingung dimana letak lucu dari ucapannya tadi.
"Kaira, tidakkah dirumahmu punya kaca?" Tanya Arka setelah menghentikan tawanya dan memasang ekspresi yang begitu dingin.