Arka menatap keluar jendela di ruangan nya itu untuk melihat suasana kota dari tempatnya yang sangat tinggi. Ia melihat Arloji di tangan nya yang menunjukkan jam 15:44. Hatinya resah dan gelisah menunggu kabar berita dari suruhannya itu.
Sejak pulang dari cafe bertemu dengan Kaira tadi hati Arka menjadi tidak tenang, ucapan Kaira masih terngiang-ngiang di telinga nya itu.
Beruntung saja Kaira adalah wanita, jika ia seorang laki-laki mungkin sudah ia koyakan mulut Kaira untuk menjadi santapan makan siang kucing pembantunya dirumah.
Flashback on
"Hai kaira," sapa seorang cowok berkulit putih dengan mata hitam pekat sambil mencium pipi kiri dan kanan Kaira.
"Hai Galih, kapan kamu tiba disini?" Tanya Kaira
"Baru saja, ada sedikit urusan yang harus ku urus sayang. Hanya sedikit honey sisanya aku sangat merindukanmu. Maukah kau menemaniku melewati malam hari ini hm?" Tanya Galih dengan nada begitu menggoda.
"Oh tentu sayang, aku akan menemanimu malam ini. Tapi sebelum itu biarkan aku menyelesaikan urusan ku dulu dengan seseorang di hadapan kita dan kau juga harus selesaikan urusan mu secepat mungkin bukan?" Jawab Kaira dengan suara tak kalah menggoda nya.
Arka yang melihat adegan didepan itu seperti ingin muntah, bagaimana mungkin ada orang yang tidak tahu malu seperti mereka berdua itu disini.
"Oh sorry, silahkan lanjutkan dulu aku akan pergi. Dan jangan coba-coba lari malam ini, aku akan benar-benar menangkap mu jika kau melakukan hal seperti itu sayang." Ucap Galih sambil mencium puncak kepala Kaira sebelum pergi.
"Sorru boy menganggu waktu kalian, gue permisi dulu. Silahkan di lanjutkan lagi." Ucap Galih sambil mengedipkan sebelah matanya ke arah Arka.
Kaira Melihat wajah datar Arka yang membuat nya seperti ingkn tertawa itu.
"Baiklah tuan Arka yang terhormat, Saya kasi anda waktu 1 Minggu dari sekarang untuk menyiapkan pernikahan kita."
Arka menaikkan alisnya yang tebal itu, "Apa dirumah mu benar-benar tidak memiliki kaca? Apakah kamu merasa pantas bersanding dengan saya?"
"Kenapa saya harus merasa tidak pantas?"
Arka terawa mendengar pertanyaan Kaira barusan, apakah gadis di hadapannya itu sedang melawak? Bagaimana ia bisa sepolos itu bertanya.
"Saya tidak pernah menyukai atau berniat menikahi seorang pelacur!"
Ucapan Arka barusan itu langsung membuat Kaira melebarkan matanya, sungguh ini adalah sebuah penghinaan dalam hidupnya. Apakah dirinya terlihat seperti seorang pelacur kah?
"Jaga ucapan anda tuan."
"Oopss, sorry. Saya tarik kembali ucapan saya barusan nona. Bahkan setelah saya pikir-pikir lagi anda tidak terlihat seperti seorang pelacur melainkan seorang yang tidak memiliki harga diri."
"Tuan Arka Nata Witantra yang terhormat! Sudah saya katakan sejak tadi jaga ucapan anda!"
Arka tertawa melihat wajah Kaira yang sudah merah padam menahan amarahnya, "Sudah lah nona, ada banyak hal penting yang harus saya urus daripada melayani anda disini. Terimakasih atas hiburan nya barusan saya begitu menikmatinya." Arka berdiri dari duduknya dan berjalan mendekati kaira yang sedang diam ditempat nya.
"Dan, saya punya banyak kenalan laki-laki kaya raya yang kesepian, jika anda mau saya bisa mengenal kan nya pada anda nona." Bisik Arka ditelinga Kaira.
Mendengar itu Kaira langsung mendorong kuat tubuh Arka hingga membuat Arka terdorong beberapa langkah kebelakang.
Kaira tertawa dengan ekspresi datar, "Bukannya saya tadi meminta dengan cara baik-baik tuan? Tapi anda dengan lancangnya mengatakan saya sesuatu yang tidak pantas seperti tadi. Anda kira anda siapa berani bicara seperti itu dengan saya ha?" Teriak Kaira hingga mengundang banyak pasang mata menatap ke arah mereka.
Arka terdiam ditempatnya, bagaimana mungkin ada seseorang pelacur seperti Kaira yang sangat berani meninggikan suara kepada dirinya? Dan bagaimana mungkin seorang orang rendahan seperti Kaira bisa mempermalukan dirinya di depan banyak orang di cafe ini? Apa Kaira sungguh benar-benar tidak mengenali siapa dirinya?
Arka memandangi Kaira dari tempat nya berada, kulit putih bersih dengan bibir berwarna merah sedikit berisi yang terlihat sangat menggoda. Hidung nya mancung, matanya berwarna hitam dan coklat dengan bulu mata yang begitu lentik dan panjang. Cantik? Ah, memang wanita ini benar-benar cantik. Namun sayangnya hanya seorang wanita murahan yang selalu di gilir oleh para laki-laki setiap malamnya untuk mendapatkan uang. Apakah dengan uang-uang itu ia bisa mendapatkan wajah yang begitu cantik seperti ini?
Kaira melangkah kan kakinya untuk mendekati Arka yang masih terdiam ditempatnya itu. Kaira semakin dekat mengikis jarak di antara mereka hingga bau parfum yang digunakan oleh Kaira bisa di cium oleh hidung Arka serta Kaira pun bisa merasakan napas Arka yang berbau mint itu. Jarak mereka cukup dekat hingga membuat banyak pasang mata tertuju pada mereka mencari tahu apa yang sedang mereka lakukan saat ini.
"Terimakasih untuk ucapan anda barusan tuan, dengan begitu anda sudah mengantarkan saya untuk pulang kerumah hari ini." Ucap Kaira sambil merapikan dasi Arka yang sedikit longgar dan miring.
Setelah selesai merapikan dasi kaira langsung melangkah meninggalkan Arka yang masih terdiam ditempatnya.
"Ku harap kita tidak akan pernah bertemu lagi nona. Dan aku doa kan kebahagiaan mu bersama laki-laki bodoh yang mau dengan pelacur seperti mu itu!" Ucap Arka dengan tampang mengejeknya setelah bisa menguasai dirinya kembali.
Langkah kaki Kaira terhenti dan ia langsung berbalik untuk menoleh kebelakang, "Ku harap seperti itu tuan. Tapi percaya atau tidak dalam hitungan jari anda akan bersujud di kaki saya meminta saya menikahi anda." Jawab Kaira sambil tersenyum penuh kemenangan.
"Teruslah bermimpi nona, asal anda tahu saya tidak akan pernah melakukan hal itu!"
"Oh ya? Mari kita lihat sama-sama tuan. Jangan panggil nama saya Kaira jika apa yang saya bilang tadi tidak terjadi." Kaira tersenyum dan kemudian langsung melanjutkan langkahnya untuk pergi dari cafe tersebut.
"Dan, jangan panggil saya tuan Arka Nata Witantra jika hal seperti itu benar-benar terjadi nona." Teriak Arka dari dalam cafe.
Mata Arka langsung menatap semua mata yang sedang menatapnya itu, "Apa yang sedang kalian lihat ha? Kalian tidak tahu siapa saya?"
Ucapan Arka itu langsung membuat semua mata berhenti menatap nya.
Flashback off.
Tok..tok..tok..
Suara ketukan pintu dari luar membuat Arka tersadar dari lamunan panjangnya tentang kejadian di cafe tadi. Ia langsung Merapi kan dasi dan kemeja putihnya yang terlihat begitu berantakan.
Arka duduk di kursi kebanggaan nya sambil memegang sebuah map warna hijau dengan laptop di depannya itu.
"Masuk." Jawab Arka dari dalam dan pura-pura sedang sibuk dengan pekerjaan nya.
Lim masuk dengan langkah cepat menuju Arka di tempat duduknya.
"Maaf Tuan, seperti nya kita sedang dalam masalah besar saat ini." Ucap Lim Asisten pribadinya yang sudah sangat lama bekerja dengan nya itu.