"Tidakkah perbuatan kalian berdua itu sungguh memalukan dilakukan di sini?"
Galih dan Kaira menoleh ke sumber suara yang sedang duduk di hadapan mereka sambil menikmati cemilan keripik singkong. Seolah-olah sedang menonton drama di bioskop.
Kaira melepaskan ciumannya di pipi Galih dan mengatur posisi duduk seperti semula setelah bisa menguasai dirinya.
"Wah wah wah, lihat ini siapa yang datang ke kediaman ku?"
Kaira tersenyum ke arah Arka yang sedang menatapnya dengan tatapan meremehkan.
"Sayang, seperti nya kamu sedang kedatangan tamu. Kalau seperti itu, aku pamit dulu ya." Ucap Galih yang sudah berdiri dari duduknya.
"Cepat sekali kamu perginya, tidakkah kamu ingin menghabiskan waktu yang panjang dengan ku seperti kemarin lagi hm? Aku sedang tidak sibuk loh hari ini." Goda Kaira pada Galih yang sudah siap untuk pergi.
"Katakan, kapanpun kamu ingin aku akan datang menemuimu sayang." Galih mengalihkan pandangannya pada Arka yang masih menatap mereka dengan tatapan yang sulit dimengerti. "Sekarang kamu seperti nya sedang kedatangan tamu maka dari itu aku pamit undur diri dulu. Lagi pula ada beberapa tempat yang harus aku datangi hari ini. Jadi, kita akan bertemu saat aku selesai dengan jadwal ku."
Kaira memasang wajah cemberut kepada Galih hingga membuat Arka seperti ingin muntah. "Baiklah, berjanjilah kapan pun aku hubungi untuk datang kamu akan datang dengan segera."
"Baik tuan putri." Ucap Galih sambil mengedipkan matanya dan kemudian berlalu untuk pergi.
Saat melewati Arka, Galih berhenti dan mendekatkan bibirnya pada telinga Arka, "Bro, hati-hati wanita itu sedikit ganas namun permainannya sungguh membuat kita terbuai dalam kenikmatan yang tiada taranya." Bisik Galih dengan senyum jahil nya dan kemudian langsung berlalu pergi sambil bersiul. Seperti nya hatinya sedang bahagia.
Selepas kepergian Galih, keadaan menjadi hening tak ada satupun yang berani membuka obrolan terlebih dahulu.
"Lim, tunggu aku di mobil. Aku seperti nya membutuhkan waktu untuk bicara dengan nona bar-bar ini." Titah Arka.
Lim memberikan hormat terlebih dahulu sebelum benar-benar pergi meninggalkan Arka dan Kaira.
"Jadi apa yang membawamu menginjakkan kaki ke kediaman ku?" Tanya Kaira sambil mengambil cemilan kue cake di atas mejanya.
"Menurutmu apa lagi yang akan membuat ku jauh-jauh datang kemari?" Tanya Arka dengan sinis
Kaira tertawa terbahak-bahak, "Ayolah, bukankah kemarin anda yang mengatakan untuk kita tidak akan pernah bertemu lagi? Aku hanya menuruti apa yang anda inginkan tuan."
"Ciah, kau benar-benar menguji kesabaran ku ternyata! Tidakkah kau tahu siapa diriku Nona Kaira yang terhormat?" Erang Arka sambil mengepalkan tangannya.
"Tentu tuan, saya sungguh mengenal anda. Tapi wanita pelacur seperti saya juga mempunyai harga diri. Anda yang menolak saya dengan mengatakan bahwa saya wanita murahan kemarin, lalu apa yang membawa anda datang kemari untuk mengajak saya bertemu hm? wanita pelacur ini sungguh tidak pantas bukan untuk anda?"
Arka berdiri dari duduknya dan kemudian berjalan mendekati Kaira yang masih sangat tenang pada posisinya sejak tadi.
"Bukankah kau yang memulai ini semuanya nona? Lantas mengapa anda tidak ingin mengakhiri nya? Apa kau begitu menikmati siaran TV semalam? Apa melihat seseorang Yang hancur karirnya begitu menyenangkan bagimu?"
Kaira menarik Arka yang sedang berdiri itu ke pangkuannya, "Ah, karena itu anda repot-repot datang menemui ku secara langsung?" Ucap Kaira, tangan nya melingkar di leher Arka hingga membuat jarak mereka begitu dekat. Dalam jarak seperti ini Kaira bisa mencium aroma tubuh Arka, dalam sekejap ia sudah jatuh cinta dengan wangi parfum Arka.
"Dasar wanita murahan! Berani sekali kau menggoda ku nona!" Sinis Arka
"Bukankah kau yang menggoda ku Tuan dengan datang ke kediaman ku ini?"
Arka melepaskan tangan Kaira yang melingkar di lehernya dan kemudian duduk di sebelah Kaira.
"Baiklah, aku capek untuk berbasa basi dengan anda, jadi langsung saja ke intinya nona. Sungguh waktuku terlalu berharga untuk dihabiskan bersama wanita murahan sepertimu ini."
Bukannya marah, Kaira malah tertawa sambil kembali menikmati cemilan nya itu dengan begitu tenang.
"Mari kita menikah." Ucap Arka yang sama sekali tidak membuat Kaira menoleh menatap nya. Wanita itu sepertinya sangat menikmati setiap kunyahan cake yang ia makan.
"Menikah saja dirimu sendiri, aku sungguh tidak bernafsu lagi untuk menjadi istri mu tuan."
Mendengar itu, Arka mengepalkan tangannya. Ia sungguh geram dengan wanita di sampingnya itu yang tidak tahu apa mau nya. Kemarin ia meminta Arka menikahi dirinya tapi hari ini ia malah menolak mentah-mentah.
"Wanita murahan sepertimu masih bisa ternyata menolak. Jika bukan karena terpaksa aku juga tidak ingin menikahi dirimu."
"Aku tidak pernah memaksa orang untuk menyukai ku ataupun menikahi ku. Tidak pernah sama sekali!"
Arka menarik wajah Kaira agar menatap dirinya, "Dengar wanita pelacur, aku juga tidak ingin menikahimu sebenarnya tapi aku butuh kamu untuk tetap bertahan di posisi ku saat ini. Sebagai gantinya kau mendapatkan apa yang kau inginkan dariku. Kau bisa menikah dan menjadi nyonya di rumah ku bahkan di perusahaan sekali pun."
Kaira menarik wajahnya dan menatap ke sembarang arah, "Apa posisi itu begitu penting hingga kau rela menikahi wanita yang kau sebut pelacur ini hm?"
"Seharusnya kau sujud syukur sekarang bukan malah menolaknya! Dasar wanita aneh."
"Pulanglah tuan, aku sudah muak hingga menjadi mual mendengar suara anda itu."
Bukannya mendapatkan apa yang ia inginkan malah ia harus menerima penolakan yang tak ia sangka-sangka.
"Pikirkan dulu apa yang aku tawarkan nona. Jika kau mau menikah dengan ku maka akan ku berikan rumah yang 10 kali lipat mewah dari rumah mu yang sempit ini. Hidupmu akan begitu terjamin kedepannya dan yang paling penting dari pernikahan ini," Arka menggantungkan ucapannya dan menatap Kaira dari atas sampai bawah, "Bahwa kau tidak harus kembali repot-repot menjadi pelacur membiarkan tubuh seksi mu ini menjadi bahan giliran pemuas nafsu laki-laki hidung belang di luar sana." Lanjut Arka sambil tersenyum sinis ke arah Kaira yang sedang menatapnya itu.
Bukannya marah, Kaira malah tersenyum membalas ucapan Arka yang begitu menusuk, "Aku sungguh menyukai menjadi pelacur tuan daripada harus menjadi istri anda. Jika aku menjadi pelacur aku akan begitu menikmati sentuhan demi sentuhan dari banyak pria yang aku inginkan. Yang pastinya yang tidak akan menolak ku seperti anda!"
Setelah mengucapkan itu, Kaira langsung berdiri dari duduknya dan masuk ke rumahnya itu tanpa mendengar jawaban dari Arka terlebih dahulu. Ia sungguh merasa puas melihat wajah kesal Arka yang sejak tadi sudah ingin meluapkan emosinya itu.
Ah, rasanya Kaira sungguh menikmati permainan ini. Permainan ini sungguh menarik dan ia tak ingin permainan ini cepat berakhir. Permainan ini hanya boleh berakhir jika ia yang menginginkannya, jadi selagi dirinya masih ingin maka permainan ini akan tetap berlanjut.