Kaira merapikan tempat tidurnya setelah selesai bersiap-siap. Hari ini ia berencana untuk menemui sahabat lamanya sekaligus mantan nya sejak waktu sekolah dulu.
Tadi sebelum pulang, Galih mengatakan bahwa Leon ingin menemuinya dan meminta Galih memberikan nomor telepon dirinya kepada Kaira.
Setelah memutuskan untuk menghubungi Leon saat kepulangan Galih akhirnya Kaira memutuskan untuk memenuhi permintaan Leon dengan menemuinya.
Lagi pula jika di ingat-ingat lagi, ia dan Leon dulu berpisah secara baik-baik dan tak ada dendam sedikit pun dari perpisahan mereka dulu. Nyatanya ia dan Leon masih menjadi pasangan mantan kekasih terbaik hingga mereka lulus sekolah.
Setelah selesai merapikan tempat tidurnya, Kaira langsung menunjuk meja makan dimana makanan sudah di hidangkan oleh Galih tadi. Ah, laki-laki itu sungguh sangat manis sekali dalam memperlakukan Kaira.
Kaira melihat sarapan yang disiapkan oleh Galih itu, hanya sepiring nasi goreng spesial lengkap dengan ayam goreng tanpa telur ceplok, banyak ikan teri nya juga dan yang paling penting rasanya sungguh begitu pedas. Galih memang begitu terampil dalam melayani dan mengingat semua kesuksesan Kaira selama ini.
Dengan begitu lahap nya Kaira menghabiskan semua makanan yang ada didalam piring nya itu. Jika seperti ini Kaira selalu merasa bahwa dirinya bagaikan tuan putri. Walaupun sebenarnya Kaira itu adalah seorang Tuan putri bagi Galih, tapi tidak untuk Kaira.
Setelah selesai makan, Kaira mencuci piring nya dan merapikan meja makan. Walaupun rumah yang ia tinggal ini sempit tapi ia selalu ingin rumah itu bersih dan rapi. Ia selalu membiasakan diri untuk merapikan rumah nya sebelum meninggalkan rumah, agar ketika ia pulang nanti dan merasakan capek ia bisa langsung menuju kasur untuk tidur tanpa harus mengemas rumah terlebih dahulu.
Kaira berjalan mengambil tas Selempang nya dan kemudian kembali menatap dirinya di depan cermin untuk merapikan sedikit penampilan nya agar benar-benar rapi nanti di hadapan Leon. Walaupun hanya mantan dan ia tidak memiliki perasaan apapun lagi tapi tetap saja kan dirinya harus terlihat rapi dan cantik karena ini merupakan pertemuan pertama kali mereka setelah lulus sekolah.
Dengan sedikit bersenandung Kaira membuka pintu rumahnya sambil mengembangkan sebuah senyuman. Entahlah apa sebenarnya yang sedang ia pikirkan saat ini.
"Selamat pagi Tuan putri Kaira Larasati."
Suara yang begitu berat menyapa Kaira langsung membuat Kaira menengang di depan pintu. Matanya membulat besar saat dirinya benar-benar mengenali sosok di hadapannya itu. Senyuman nya luntur begitu saja saat mata mereka bertemu.
"Hai Kai, Lama sekali bukan kita tidak bertemu." Ucap Laki-laki itu lagi sambil mengembangkan sebuah senyuman nya.
"Bagiamana kebar mu saat ini sayang?" Tanya laki-laki itu lagi seperti tak menyadari kekagetan dari Kaira walaupun sebenarnya ia tahu bahwa wanita di hadapannya itu sangat tidak siap untuk bertemu dirinya. Tapi bukankah seharusnya ia sudah mempersiapkan diri? Karena kabar dirinya kembali juga mungkin sudah sampai ke telinga nya.
"Kok bengong? Nggak ada niatan mau peluk hm?" Tanya Laki-laki itu tanpa beban meskipun sejak tadi ia tak mendapatkan respon apapun. Karena dirinya tahu bahwa hal seperti ini akan terjadi tapi sebisa mungkin ia akan bersikap acuh untuk keadaan seperti ini.
"Jangan menatap ku seperti itu Kai, apa aku kurang tampan hari ini hingga kau melebarkan mata mu sebegitu nya saat melihat kehadiran ku?"
Kaira terdiam cukup lama, ia sungguh tidak menyangka bahwa pertemuan mereka akan secepat ini. Entahlah dirinya juga tidak tahu mengapa semua terjadi seakan seenaknya saja tanpa persetujuan dari dirinya dulu.
"Kai,"
Kaira mengendalikan dirinya agar masih pada jalannya, ia tak ingin melakukan kesalahan apapun di hadapan laki-laki di hadapannya itu.
"Kapan kau Tiba?" Tanya kaira sambil berjalan menuju tempat duduk di depan rumahnya, dirinya sudah bisa mengendalikan diri.
"Semalam." Jawab laki-laki itu sambil ikut duduk di depan Kaira.
"Lalu apa yang memvawa mu untuk datang menemui ku kak?" Tanya Kaira lagi
"Hanya Rindu."
Kaira tersenyum tipis, "Ck! Rindu? Kesambet setan dark mana seorang Dewa mengatakan rindu secara terang-terangan?"
Iya, laki-laki yang sehak tadi itu adalah Dewa orang yang di bicarakan oleh Galih tadi malam. Tanpa di duga secepat ini mereka di atur untuk di pertemukan, Kaira saja merasa tidak percaya dengan semua yang terjadi saat ini. Ingin sekali ia melarikan dirinya tapi ia tak bisa, hingga mau tak mau ia harus menghadapi juga.
"Ah, kau selalu bercanda. Bukankah aku sudah sering mengantarkan rindu ku ini pada mu lewat paket-paket setiap kali rindu itu tiba?" Jawab Dewa sambil mengembangkan senyumnya.
Kaira mengangguk, "Ah iya kau benar, kau selalu merindu meskipun kau tahu rindu mu tak pernah terbalaskan sedikit pun. Kau tipe orang yang rajin dan ulet dalam berusaha kak." Sindir Kaira dengan sinis hingga membuat Dewa kembali mengembangkan senyumnya.
"Ah, kau terlalu sensitif sekali saat ini sayang. Santai saja dan rileks."
"Bahkan kau sendiri tahu bahwa kehadiran dirimu lah yang membuat aku tidak bisa santai kak."
Dewa tertawa, "Jangan terlalu tegang sayang, percayalah bahwa semuanya masih berjalan pada jalannya dan aku masih setia dengan diamku tanpa ikut campur dengan jalan mu."
"Belum bukan berati tidak kan?"
"Astaga, kau terlalu emosian sekali sayang, lama tidak bertemu ternyata waktu bisa merubah mu ya."
"Tidak usah terlalu mengkhawatirkan diriku ini, aku tidak membutuhkan semuanya itu."
Dewa memperhatikan Kaira dari atas sampai bawah, "Seperti nya kau ingin pergi?"
"Bukan urusanmu."
"Ah, jangan seperti itu. Gini-gini aku juga masih punya hak atas dirimu Kaira."
Kaira melebarkan matanya beberapa detik sebelum memutar matanya nya malas.
"Pulanglah kak, aku ada janji. Ku rasa pertemuan kita cukup sampai disini saja."
"Ah, kau terlalu buru-buru sekali sayang, kau bahkan belum menawarkan ku segelas teh hangat beserta cemilan. Bukankah ini pertemuan kita yang pertama setelah sekian lama? Kenapa kau tidak berniat membatalkan janjimu itu dan menghabiskan waktu bersama ku hari ini?" Tanya Dewa sambil menaikkan sebelah alisnya meminta persetujuan.
"Ku rasa dirumah besar itu tidak kekurangan teh dan cemilan hingga kau harus bersusah payah mengemis ke rumah ku pagi-pagi hari seperti saat ini?"
Dewa tertawa, "bukan seperti itu sayang, memang dirumah besar itu bisa memberi kan aku apa saja yang aku mau tapi rasanya akan beda jika itu buatan mu."
Baru saja Kaira ingin menjawab ucapan Dewa tiba-tiba matanya membulat saat melihat Arka sedang berjalan ke arahnya.
'Astaga, nasib sial apa yang aku impikan hari ini sampai bisa menghadapi dua makhluk sekaligus seperti ini?'
"Selamat pagi sayang." Sapa Arka pada Kaira sambil menatap tajam ke arah Dewa.
Kaira hanya diam tak memberikan respon apapun dari sapaan yang di ucapkan oleh Arka itu.
"Wah ada tamu ya pagi-pagi gini. Biasanya Galih, tapi sekarang kenapa beda lagi?" Tanya Arka yang tak mendapatkan jawaban apapun dari Kaira maupun Dewa.
"Baiklah, seperti nya kau mempunyai kunjungan pacar pagi-pagi. Aku duluan ya sayang, ku harap kita akan mempunyai banyak waktu unthk bertemu lagi nantinya Kei. Ingat waktu mu hampir habis, kau tidak lupakan apa itu artinya sayang?" Ucap Dewa dan kemudian langsung pergi meninggalkan Kaira dan Arka.
"Hati-hati di jalan Kak." Ucap Kaira yang hanya di anggukan oleh Dewa tanpa menoleh ke belakang namun Kaira tahu bahwa Dewa mendengar nya.
Walau bagaimanapun ia tak bisa memungkiri bahwa di hatinya merindukan sosok yang perlahan menghilang itu. Hanya saja ini bukan lagi waktu untuk mengekspos semuanya itu. Ada jarak yang tak bisa diterima oleh hatinya serta masalah yang membuat ia menyendiri seperti ini dan itu tak akan bisa ia lupakan hingga saat ini.