Chereads / Ketika Cinta Bertahta / Chapter 8 - Rencana Arka

Chapter 8 - Rencana Arka

Arka membanting barang apa saja yang berada dekat dengannya itu, sungguh ini pertama kalinya dalam hidup dirinya di permalukan seperti ini. Bagaimana mungkin seorang seperti Kaira yang hanya seorang pelacur dan wanita murahan itu menolaknya mentah-mentah?

Apa katanya tadi, 'sudah tidak ada nafsu untuk menikah dengan ku?'

'Ck! Pelacur satu itu tinggi sekali bicaranya hingga ia lupa siapa aku sebenarnya. Bahkan beberapa hari yang lalu ia yang datang meminta untuk aku menikahi dirinya tapi saat aku setuju dia malah mempermainkan ku.' Arka kembali bergumam pada dirinya sendiri.

"Lim!" Teriak Arka dari dalam kamarnya.

Tak lama setelah itu Lim datang menghadap dengan kepala menunduk, "Apa ada yang bisa saya bantu tuan?" Tanya Lim saat sudah sampai di dalam kamar Arka.

"Bagaimana hasilnya? Bukan kah aku sudah menyuruh mu untuk menyelidiki tentang Kaira itu!"

"Maaf tuan, kami sudah melakukan semampu kami namun info tentang nona Kaira begitu minim."

"Apa cuma segitu saja info yang bisa kamu berikan padaku Lim?" Arka menatap Lim yang sedang menundukkan kepalanya itu, "Buruk sekali cara kerja mu sekarang!"

"Maaf kan saya tuan."

"Maaf? Kamu minta maaf? Apa dengan maaf mu itu bisa membuat wanita murahan itu bertekuk lutut kepada ku ha?"

Tak ada jawaban, Lim lebih memilih untuk diam tempat nya daripada menjawab yang akan membuat Arka semakin marah nantinya.

"Dasar tidak berguna! Pergi lah aku muak melihat mu. Jangan pernah menampakkan diri sebelum aku memerintahkan nya " lanjut Arka yang langsung di anggukkan oleh Lim.

Ini kejadian mungkin sering terjadi namun Arka tak pernah sekalipun menyuruh Lim pergi dalam waktu yang tak bisa di tentukan seperti saat ini. Seperti nya rasa kesal Arka sudah benar-benar tidak bisa terkontrol.

Sepeninggal nya Lim seorang wanita paruh baya memasuki kamar Arka yang sudah seperti kapal pecah itu dengan barang-barang yang sudah tidak pada susunannya itu.

"Apa yang terjadi sayang?" Tanya mama Arka saat sudah duduk bersama dengan Arka di sebuah sofa.

"Apa lagi yang bisa Arka jelaskan sama mama selain wanita sialan itu hm?"

"Kenapa?" Tanya mama Arka

"Wanita pelacur itu memiliki harga diri yang tinggi Ma. Mama bayangkan, bagaimana mungkin dia menolak untuk menikah dengan ku? Ah, wanita itu sungguh membuat ku gila."

"Apa? Kau berniat menikahi wanita itu? Jangan bodoh kau Arka!"

"Hanya wanita itu yang bisa membuat Arka bertahan di posisi Arka saat ini Ma."

"Kau masih bisa memikirkan cara yang lain selain menikahi wanita yang tidak jelas asal usulnya itu. Apalagi dia bukan berasal dari keluarga terpandang seperti kita. Kau mau membuat mama malu di hadapan para teman arisan mama ha?" Bentak Mama Arka yang begitu geram dengan keputusan Arka.

"Coba mama bilang sama aku cara apa yang bisa menyelamatkan kita selain menikahi dia ha? Mama pikir dong ini menyangkut posisiku saat ini." Jawab Arka tak kalah murkanya. Bisa-bisanya mama nya itu masih memikirkan tentang kedudukan.

Cukup lama suasana hening di dalam kamar Arka, tak ada yang membuka pembicaraan terlebih dahulu saat Arka berucap terakhir kalinya.

"Baiklah, apa rencana mu sayang? Mama tahu kamu tidak akan mau rugi dari apapun yang menjadi keputusan mu bukan?" Tanya mama Arka setelah cukup lama terdiam menjernihkan pikiran nya.

Arka tersenyum mendengar pertanyaan mamanya itu dengan penuh arti.

"Kita lihat saja Ma, bagaimana permainan ini akan berakhir nantinya. Dia yang mengibarkan api lebih dahulu bukan?" Ucap Arka sambil menerawang jauh ke depan.

Mamanya melihat Arka hanya bisa mengangguk, ia tahu bahwa anaknya itu tidak suka dengan kata kalah. Apalagi harus kalah dengan wanita seperti itu, bisa ia pastikan bahwa Arka akan bisa menuntaskan semuanya secepat mungkin.

**

Pagi ini begitu cerah, secerah hati Kaira yang begitu tampak gembira hari ini. Dengan hanya mengunakan baju kaos dan celana pendek jeans dan sedikit polesan pada wajahnya yang sudah cantik Kaira melangkah untuk pergi menemui Galih di minimarket depan gang rumah nya itu.

Mereka berjanji untuk bertemu disana hari ini sambil menghabiskan waktu bersama. Dan kesempatan ini di manfaatkan oleh Kaira untuk menghabiskan uang Galih, pokoknya hari ini Galih harus menjadi miskin.

Untuk penampilan nya yang entah mau di katakan apa itu, Kaira hanya cuek saja. Ia tidak terlalu memikirkan penampilan nya yang menurutnya sangat meribet kan itu. Toh, berdandan ataupun tidak ia akan tetap terlihat cantik kan?.

Sambil bersiul Kaira melangkah keluar dari rumahnya, bayangan beberapa makanan yang ingin ia makan sudah berputar-putar di otak nya hingga membuat dirinya menjadi lapar detik ini juga.

Namun langkah kakinya tertahan saat melihat Arka sudah berdiri di depan rumahnya dengan tangan di lipat di depan dada. Mata nya menyipit memandangi Arka yang tampak sangat sangai dengan posisinya itu.

"Wah wah wah, apa yang membawa mu kembali datang ke kediaman ku tuan?" Tanya Kaira menatap penuh kesinisan pada Arka yang nampak cuek saja.

"Seperti nya hari ini merupakan hari yang menyenangkan bukan?" Tanya Arka tanpa menjawab pertanyaan Kaira.

"Tadinya, namun siapa sangka semua nya menjadi buruk saat kedatangan anda tuan." Jawab Kaira datar.

Arka menarik sudut bibirnya membentuk sebuah senyuman, tidak. Bukan sebuah senyuman melainkan sebuah kesinisan dengan tampang menjijikkan.

"Apakah kau tidak melihat siaran tv hari ini nona Kaira yang terhormat?" Tanya Arka yabg sudah duduk di salah satu kursi kosong.

Kaira menaikkan alisnya merasa bingung kemana arah pembicaraan Arka sejak tadi. Apa yang coba ingin ia sampaikan?

"Waktu ku terlalu berharga untuk menonton siaran tv," ketus Kaira meskipun sebenarnya ia sungguh sangat penasaran dengan apa yang tv siaran kan hari ini. Apa itu tentang kenaikan harga saham di perusahaannya? Bagaimana bisa? Seharusnya saham di perusahaan nya itu mengalami pengurangan kan?

"Jangan terlalu sombong seperti itu nona." Ucap Arka membuat Kaira kembali pada kesadaran nya itu.

"Saya sedang buru-buru tuan, tanpa mengurangi rasa hormat saya kepada anda silahkan anda meninggalkan rumah saya dan ingat jangan pernah datang kembali lagi. Bukankah kau terlalu jijik berurusan dengan seorang pelacur murahan seperti ku ini tuan?"

Bukannya marah Arka malah tertawa mendengar jawaban Kaira.

"Kau asa janji?"

"Bukan urusan mu!"

"Bersama laki-laki tempoh hari itu lagi?"

"Bukan urusan mu tuan Arka yang terhormat." Jawab Kaira penuh penekanan di setiap katanya.

"Baiklah jika seperti itu," Arka berdiri dari duduknya, "seperti nya kamu begitu sibuk. Nanti aku akan datang lagi untuk menemui mu." Ucap Arka sambil berlalu meninggalkan Kaira yang masih bingung itu dengan apa yang sebenarnya sedang terjadi.

"Ah iya lupa," Arka menghentikan langkahnya saat sudah sampai di mobil dan berbalik untuk menatap Kaira. "Aku mempunyai sebuah kejutan untuk mu nona. Semoga kau menyukainya ya. Cuma hadiah kecil yang bisa membuat mu terpana hingga lupa caranya bernapas." Lanjut Arka sambil mengembangkan senyumnya sebelum benar-benar pergi meninggalkan rumah Kaira.

"Apa yang coba ia rencanakan hm?" Gumam Kaira.

Ponselnya berbunyi, nama Galih memenuhi layar ponselnya sebagai orang yang menelpon. Ah, gara-gara Arka ia hampir saja lupa pada janjinya bersama Galih. Tanpa menjawab panggilan dari Gailih itu Kaira langsung melangkah meninggalkan rumahnya tanpa tahu bahwa sebuah kejutan luar biasa dari Arka sudah menunggunya.