Chereads / BABY YOU! / Chapter 13 - Membiasakan Diri

Chapter 13 - Membiasakan Diri

Suara jam waker membangunkan Cecil dari tidur nyenyaknya. Cecil mematikan alarm dari jam waker. menoleh pada Al yang masih berada dalam tidur nyenyaknya.

Cecil beranjak dari tempat tidur, melangkah pelan pada pintu kaca balkon kamarnya.

Cecil membuka tirai beserta pintu kaca balkon kamarnya, membuat angin menerobos masuk ke dalam kamarnya. udara pagi terasa begitu menyejukan, ditambah grimis kecil yang masih setia turun sejak semalam.

Setelah merasa cukup menikmati udara pagi, Cecil membalikan tubuhnya, berjalan kembali dan melihat Al yang masih setia berada di alam mimpinya

Cecil keluar dari kamar menuju ke dapur, dirinya masih ingat apa yang semalam ia bicarakan pada Al.

Mencoba untuk membiasakan diri, bagaimana pun juga dirinya dan juga Al sudah terikat dalam status perjodohan. Tapi bukan terikat atas nama cinta.

Cecil memperhatikan isi kulkas dengan raut wajah binggung, ia tidak tau harus membuat sarapan apa, dirinya masih tidak tau caranya memasak.

"Sini gue bantu."

Cecil terlonjat kaget, menatap kesal pada pria yang tengah berdiri di belakangnya.

"Gak usah ngagetin!" kesal Cecil sambil berdiri.

Al hanya terkekeh, kemudian mengeluarkan beberapa bahan untuk membuat sarapan.

Sedangkan Cecil memilih untuk membuat kopi dan coklat panas, karna hanya itu yang bisa ia buat.

"Jangan ngulangin kesalahan kaya tempo lalu, ini air panas yah Cecil," kata Al sambil menghindar dari Cecil, menatap ngeri air panas yang tengah Cecil tuangkan pada gelas.

Cecil menoleh pada Al, kemudian kejadian tempo lalu teringat di pikirannya, saat tak sengaja ia melempar spatula dan berakhir tangan Al yang terkena minyak panas.

"Gue gak setega itu kali, paling gue sembor lo pake air keras," kata Cecil sambil terkekeh.

"Iya gak tega, tapi jahat!" balas Al dengan sebal.

.

.

.

Setelah selesai sarapan, Cecil dan Al memutuskan untuk mandi, tentu saja secara bergantian.

Al terlebih dahulu yang mandi, setelah itu baru Cecil.

Cecil keluar dari kamar mandi dengan seragam yang telah melekat di tubuhnya dengan rapih, hanya rambutnya saja yang masih basah sehabis keramas.

"Cecil! Pakein gue dasi dong, itung-itung belajar buat nanti kalo udah jadi istri gue," kata Al yang membuat Cecil memutar bola matanya malas, namun tetap menuruti permintaan Al.

"Bongkok dikit!" titah Cecil yang di turuti oleh Al.

Cecil mulai memasangkan Al dasi dengan tatapan serius, antara lupa dan ingat ia terus berusaha memakaikan Al dasi, hingga tak lama dirinya selesai dengan keseriusannya.

"Udah," kata Cecil, membalikan badannya berniat untuk menyisir rambutnya, namun tangannya ditarik oleh Al, membuatnya kembali menghadap Al dengan tubuh menubruk tubuh Al.

"Apaan sih Al!" ucap Cecil sambil menjauhkan tubuhnya dari Al.

Bukannya menjawab, Al malah mencium kening Cecil, cukup lama hingga membuat Cecil membeku di tempatnya.

"Makasih, gue tunggu di bawah" ucap Al dan langsung keluar dari kamar setelah mengambil tasnya.

Cecil tersadar, menyentuh keningnya yang baru saja di cium oleh Al.

"Kayanya gue salah ngambil keputusan," gumam Cecil, kemudian bergegas merapihkan penampilannya sebelum ia terlambat ke sekolah.

****

Al dan yang lain kini tengah menghabiskan jam kos di atas rooftop, hanya kelas Cecil saja yang kembali jamkos, sedangkan Al dan kedua curutnya sengaja membolos tanpa memberitahu Cecil, jika Cecil tau mereka bertiga membolos, bisa dipastikan mereka akan berakhir inalillahi.

"Mapai jalan satapak, ngajugjug kahiji lembur. Teu karasa capena, sabab aing naik ojek," lagi dan lagi Gara berubah menjadi orang teridiot sedunia, bernyanyi dan asal menganti lirik lagu.

Awalnya Al dan yang lain memasa bodokan Gara, seakan-akan Gara hanyalah makhluk tak kasat mata. Namun ucapan Gara selanjutnya mau tidak mau membuat Al dan yang lain menggangap Gara ada.

"Guys gue ada cerita horor nih," kata Gara dengan raut wajah serius, dan tentu saja membuat Al dan yang lain pun ikut serius.

"Jadi tuh kamerin tetanga gue ke kampus jam tiga sore, terus dia mules pengen boker. Nah... terus dia masuk ke tiga toilet, tapi ternyata yang kerannya idul cuman satu-"

"Terus-terus?" tanya Kareta, memotong cerita Gara dengan raut wajah penasarannya.

"Lega tuh dia dapet toilet, terus pas udah selesai dia kaget-"

"Dia liat apa? Kunti? Pocong? Genderuwo? Mamang cilok? Penagih hutang? Cabe-cabean?" lagi dan lagi Kareta memotong cerita Gara, membuat Gara dan yang lainnya kesal.

"Dengerin dulu sampe selesai bangke!" kesal Gara yang hanya di balas cengiran idiot dari Kareta.

"Lanjut Gar, tetanga lo kaget kenapa?" ujar Cecil yang menyuruh Gara melanjutkan ceritanya.

"Kalian tau apa yang bikin dia kaget?" tanya Gara yang di beri gelengan oleh Al dan yang lainnya.

"Gayungnya gak ada guys!" kata Gara dengan raut wajah yang penuh dramatis, sedangkan Al dan yang lainnya ingin sekali meruqiah Gara detik ini juga, hingga kegoblokan Gara tak meluap kemana-mana.

"Pengen ngomong kasar tapi mager, pengen ngakak tapi pantesnya kata-kata kasar yang keluar hmmm," kata Kareta.

"Yaudah sihh diem aja," kata Gara sambil memutar bola matanya malas, merasa tak bersalah karna telah membuat teman-temannya kesal.

"Makan nasi di samsat, makasih bangsat!" ucap Al yang benar-benar ngegas.

"Jalan-jalan ke laut, yuk gelut!" ajak Cecil yang sudah melipat lengan bajunya, siap membuat Gara berubah wujud detik ini juga.

"Jalan-jalan ke madagaskar, plis jangan bertengkar," titah Lolita yang merasa terganggu.

"Kepala asih peyang kena batu, apasih yang engga buat kamu," kata Gara sambil memberi cium dari jarak jauh, namun sukses membuat semua orang bergidik jijik, terutama Lolita yang memilih bersikap bodo amat.

"Lolitaaa..." panggil Gara dengan nada yang di imut-imutkan, namun terdengar menjijikan.

Al dan yang lainnya sudah menduga jika Gara akan kembali mengeluarkan kegoblokannya.

"Apa?" tanya Lolita tanpa mengalihkan tatapannya dari novAl yang tengah ia baca.

"Lo cantik, tapi gue belum mencintai lo. Gak tau kalo ujan, mungkin gue neduh," cerocos Gara yang sukses membuat Al Dkk mengambil ancang-ancang untuk segera menjatuhkan Gara dari atas rooftop.

Gombalan Gara yang berujung bangsat itu benar-benat membuat Al dan yang lainnya merasa kesal. Sialnya mereka sudah menunggu gombalan Al yang mungkin akan membuat Lolita merasa salah tingkah, tapi ini? Astagaaa.

"Bangsat bambank!"

"Nyesal gue nungguinnya!"

"Minta di kawinin sama onta nih bocah!"

"Di lempar dari atas tebing keknya gapapa deh."

Umpatan demi umpatan kekesalan Al Dkk sama sekali tidak di hiraukan oleh Gara.

"Tahan-tahan jangan es moci, mending es marjan aja," kata Gara sambil terkekeh pelan.

"Bentar lagi bel istiarahat, kuy cabut nyawanya Gara guys!" kata Ken dengan bersemangat.

"Bangsat!" umpat Gara dan langsung berlari pergi.

"Kantin yuk," ajak Al sambil berdiri.

Cecil yang ikut berdiri pun menggeleng.

"Gue belom laper," kata Cecil yang membuat Al mengangkat sebelah alisnya.

"Belom laper atau males antri?" tanya Al yang membuat Cecil cengegesan.

"Biar gue yang antri," ujar Al sambil mengengam tangan Cecil.