"Mah ngapain nyuruh kita nginep di sini sih!" kesal Al saat Arum memaksanya membawa Cecil kerumah orang tuannya.
"Eh buluk! Kalo lo mau balik yah balik aja! gue cuman nyuruh Cecil nginep disini, lo kagak!" ucap Arum yang sama persis seperti ibu tiri.
"Ya allah Mah! Ini juga rumah Al! Cecil juga punya Al!" Al benar-benar mengibarkan bendera perang pada Mamahnya sendiri.
"Rumah lo? Lo cuman numpang disini geblek!" balas Arum tak mau kalah.
Cecil yang hanya menonton perdebatan antara Mamah dan Anak itu, memilih untuk pergi. Percuma jika dirinya tetap berada di sana, pertengkatan antara Mamah dan Anak itu tidak akan langsung berhenti.
PertengCeciln itu akan berakhir tujuh hari tujuh malam, pasti.
Cecil memilih duduk di teras rumah sambil memperhatikan langit sore yang kini menampakan warna jinganya. Sangat cantik hingga membuat Cecil terpesona pada langit sore, membuat pandangan Cecil hanya terfokus ke atas langit jinga.
"Batin gue punya Mak kek gitu, dikit-dikit baku hantam," dumel Al yang baru saja mendudukan bokongnya di samping Cecil dengan tangan terus mengusap telingannya.
Momen ketenangan Cecil seketika tergangu oleh kedatangan Al. Cecil menatap Al yang masih setia mendumel di sampingnya.
"Apa liat-liat?!" tanya Al dengan nada sedikit judes.
Cecil mengernyit binggung, kemudian memilih memasa bodokan kehadiran Al.
"Beb mau nanya!" ucap Al dengan nada yang masih sedikit keras.
"Apa?" balas Cecil dengan malas.
"Apa pendapat lo tentang pendapat seseorang yang memberi pendapat terhadap orang yang telah memberi pendapat terhadap pendapat tersebut?" pertanyaan Al sukses membuat Cecil langsung mengeluarkan jurusnya, menjambak rambut Al tanpa rasa ampun atau kasian.
"SAKIT Cecil YA ALLAH RAMBUT CETAR MEMBAHANA gue RUSAK! CecilAAAA!" Al berteriak keras saat Cecil semakin menjambak rambutnya.
"LO KALI-KALI KUDU DI TENDANG KE NERAKA AL RAJENDRA! ALLAHUAKBAR! BATIN gue PUNYA JODOH KAYA LO!" Cecil balas berteriak dengan emosi yang mengebu-gebu, melepaskan tangannya dari rambut Al, kemudian menenagkan dirinya yang seperti kerasukan.
Al mamanyunkan bibirnya kesal mengusap kepalanya yang terasa seperti ingin copot. Cecil benar-benar kerasukan jin pohon tomat.
Namun rasa kesalnya hilang saat ia mengingat ucapan terakhir Cecil, Al tersenyum miring.
"Jadi lo sadar juga kalo gue itu jodoh lo?" tanya Al sekaligus mengoda Cecil.
"Lo yang kudunya sadar Al Rajendra! Kudu di sembor pake air kobokan yah lo!"
"Beb, gimana kalo kita bikin kesepakatan? gue mencintai lo sepenuhnya. Sedangkan lo menyayangi gue selamanya, Gimana?"
Cecil terdiam, mencari tau maksud dari ucapan Al barusan, namun detik berikutnya ia memilih berdiri, berlalu pergi dari hadapan Al tanpa menjawab ucapan Al barusan.
Cecil menghindar dari ucapan Al, namun Cecil tidak akan pernah bisa menghindar dari apa yang nantinya akan Al lakukan pada Cecil. Memberi perhatian salah satunya.
Al terkekeh pelan, merasa bodoh karna telah mengucapkan hal gila yang sama sekali tidak ia pikirkan terlebih dahulu.
Namun jangan salahkan ucapannya, apa yang ia ucapkan memang sedari dulu ia inginkan.
Lima tahun terpisah bukan waktu yang sebentar, dan Al harus mendapatkan apa yang ia inginkan, seperti janjinya dulu sebelum ia dan Cecil terpisahkan.
****
Malam ini Cecil dan Al tengah berjalan menelusuri jalanan komplek yang sepi, Arum menyuruh Al untuk ke supermarket, namun Al malah menyuruh Cecil untuk ikut.
Dan dengan sialnya Arum malah menyuruh Al ke supermarket untuk berjalan kaki, padahal supermarket lumayan jauh dari rumah Al.
Entah Arum dendam pada Al atau wanita itu sengaja membuat Al menderita, Al tidak tahu. Tapi yang Al tau adalah dengan ia yang berjalan kaki bersama Cecil adalah ide bagus bagi Al.
Dengan begini ia akan berlama-lama bersama Cecil, Mamahnya itu tidak tau saja jika Cecil ia culik saat ini.
"Masih jauh gak?" tanya Cecil sambil mengeratkan jaket yang ia pakai, udara malam tengah dingin saat ini.
Al menoleh pada Cecil, "Bentar lagi nyampe Beb."
"Udah dua kali lo ngomong kek gitu! Tapi ini kagak nyampe-nyampe!" ucap Cecil dengan kesal.
Al terkekeh pelan.
"Cil, gimana dengan ucapan gue tadi sore? Lo setuju?" tanya Al yang kembali membahas tentang permintaanya sore tadi.
Cecil kembali diam, tak menjawab dan memilih seolah Al tak pernah bertanya tentang kejadian sore tadi.
Al yang tak mendapatkan respon dari Cecil memilih untuk kembali bersuara.
"Lo bilang lo mau membiasakan diri sama gue," kata Al dengan tatapan tak lepas menatap Cecil yang berjalan di sampingnya.
"Membiasakan diri bukan berarti gue harus naro hati ke lo Al," kata Cecil sambil menoleh pada Al.
"Kenapa?" tanya Al.
Al ingin tau alasan dibalik Cecil berbicara seperi itu.
"Banyak kemungkinan-kemungkinan yang akan terjadi jika gue sampe naro hati ke lo," jelas Cecil yang masih belum membuat Al mengerti.
"Salah satunya, gue bisa terluka teramat dalam," tambah Cecil yang kini membuat Al mengerti.
"Lo takut dengan kemungkinan yang beluk terjadi?" tanya Al dengan raut wajah terlihat bertanya.
"Belum terjadi bukan berarti tidak akan terjadi kan, Al?"
Sorot mata Cecil terlihat jelas jika Cecil benar-benat menolak apa yang Al inginkan, Al bisa melihat itu dengan jelas.
Al menghentikan langkahnya, membuat Cecil ikut terhenti.
"CaramAl, gue janji gue bakal setia. gue bakal serius sama lo, gue janji bakal jaga perasaan lo. gue janji gak akan pernah kasar sama lo, dan gue janji gak bakal selingkuh," ucap Al dengan raut wajah serius.
Sedangkan Cecil yang mendengar itu malah tertawa, dan itu sukses membuat Al menatapnya binggung.
"Kenapa ketawa? gue serius Cil," ujar Al.
"Disini kita semua tau Al, apa yang lo ucapin barusan itu cuman hutang," kata Cecil setelah tawanya mereda.
"Itu semua cuman janji! Sewaktu-waktu lo bisa ngingkarin janji lo itu, atau lo bisa lupain janji lo itu," tambah Cecil yang membuat Al bungkam, tak ada kata-kata yang pas untuk membalas ucapan Cecil barusan.
Cecil tak pernah mau terlalu percaya dengan sebuah janji, ia hanya memerlukan bukti, bukan janji. Karna jika seseorang berjanji, Cecil tidak tau apa yang harus ia lakukan. Percaya dengan janji tersebut atau memakan semua janji itu.
"Ini mana supermarketnya?" tanya Cecil yang memilih beralih ke topik awal.
Al tersadar dari keterdiamnya, kemudian memperhatikan kesekitarnya, dan tak lama ke dua matanya membulat sempurna.
"Astaga! Supermarketnya kelewat Beb!" kata Al yang berakhir terkekeh.
"Astaga! Al Rajendra!" teriak Cecil dengan kesal.
"Jangan teriak-teriak, udah malem! Lo mau di ambil sama setan?" tanya Al pada Cecil.
"Lo yang gue kasih ke Setan!" balas Cecil, kemudian berbalik arah. Berjalan meninggalkan Al dengan langkah kesal.
***