"Anjirrr langsung di gandeng bro," sindir pria yang tiba-tiba memunculkan kepalanya di ambang pintu bak jalangkung.
"Minta di cabut nyawanya nih bocah," kata Ken sambil berlari mengejar Gara.
Dan di susul oleh Kareta dan Lolita yang ikut berlari menyusul Ken dan Gara, meninggalkan Al dan Cecil yang masih berada di atas rooftop.
"Gak usah ke kantin aja yah, di sini aja berduaan," ajak Al sambil menaik turunkan ke dua alisnya, menggoda Cecil.
Dengan kesal Cecil menginjak kaki Al, "Dasar otak mesum! Berduaan aja sono lo sama triplek!" kata Cecil sambil melepaskan tangannya dari tangan Al kemudian berlalu pergi.
***
"Jangan di masukin semua kecapnya, tar terlalu manis," kata Al pada Cecil yang kali ini kembali belajar memasak.
Padahal Arum telah mengirim Bi Surti untuk mengurus rumah Cecil dan Al.
"Setengah gitu kecapnya?" tanya Cecil dengan kening berkerut.
"Secukupnya aja, jangan terlalu banyak," kata Al yang di beri angguk oleh Ceci, kemudian kembali sibuk memasak ayam kecapnya.
Al menghela nafas, menoleh pada Bi Surti yang sedari tadi diam memperhatikan, kemudian memberi kode pada Bi Surti lewat matanya, dan tentu saja langsung di mengerti oleh Bi Surti.
Al sudah menyerah untuk mengajarkan Cecil memasak, jika akhirnya seperti ini, lebih baik ia tak memaksa Cecil untuk memaksa. Dulu.
"Non mending duduk aja, biar Bibi yang masak," kata Bi Surti, membuat Cecil yang tengah serius pada masakannya, menoleh ke samping.
"Gak usah Bi, biar Cecil aja yang masak," tolak Cecil secara halus.
"Gapapa Non biar Bibi aja, kan Bibi di suruh Nyonya Arum ke sini buat ngurus kalian berdua," jelas Bi Surti yang masih berusaha memisahkan Cecil dari spatula.
"Yeh Bibi, Aku kan sama Al udah besar, ngapain di urus? Lagian Aku juga lagi belajar masak kok, biar bisa masak," kata Cecil yang masih keukeh.
"Beb! Kasih aja napa tuh spatula ke Bibi, biar Bibi aja yang masak," kata Al yang ikut bicara.
"Lohh kok gitu sih? Kan lo sendiri yang nyuruh gue biar bisa masak," ujar Cecil dengan tatapan sebal.
Itu dulu, kalo sekarang engga deh. Dari pada berakhir gue lo racunin- batin Al.
"Gak jadi, gak usah masak. Biar Bi Surti aja."
"Al!"
"Kasih tuh spatula ke Bi Surti, atau lo gue hukum di sini!" ancam Al yang sudah tak bisa sabar lagi.
Cecil menatap Al dengan tatapan kesal, kemudian memberikan spatula di tangannya pada Bi Surti.
"Mati aja lo sono!" ucap kesal Cecil kemudian berlalu pergi dari dapur.
****
Sudah hampir satu jam Cecil menyembunyikan tubuhnya di balik selimut, tak memperdulikan Al yang sedari tadi menyuruhnya untuk makan.
Cecil sudah terlanjur kesal pada Al, pria itu yang dari awal menyuruhnya untuk belajar memasak, tapi sekarang saat dirinya sudah mau memasak malah disuruh jangan memasak, menyebalkan sekali.
"Cecil!" panggil Al, masih dalam mode sabar, jika sudah tak bisa menahan sabar, siap-siap Al akan melakukan hal yang tidak terduga selanjutnya.
"Cecilia Lauren!" panggil Al.
"Berisik anjing!" balas Cecil dengan suara mengelegar, dan sukses membuat Al terkejut.
"Ya allah! Kasar! Minta di cium yah tuh mulut!" kata Al sambil berusaha menjauhkan selimut dari tubuh Cecil.
"Berani cium gue, gue sunat lo untuk yang ke tiga kalinya!" ancam Cecil setelah Al berhasil menjauhkan selimut dari Cecil.
"Ya allah beb! Dua kali di sunat aja gue belom pernah, lah ini lo mau sunat gue buat yang ke tiga kalinya?" Al menatap Cecil dengan tatapan ngeri.
"Keluar deh sono, muak gue liat muka mesum lo!" usir Cecil dengan penuh kekesalan.
Al mengernyit binggung, apa semesum itukah dirinya hingga terlihat dari raut wajahnya? Sedangkan setau dirinya, yang benar-benar mesum adalah Gara.
"Cecil Sayang!" panggil Al.
"Berani manggil gue dengan embel-embel Sayang, gue bunuh lo yah di alun-alun!" ancam Cecil yang sama sekali tidak membuat Al takut, malahan membuat Al semakin ingin mengoda Cecil.
Dengan ide yang tiba-tiba nongol di otaknya, Al memilih mengerjai Cecil lagi dengan mendekatkan diri pada Cecil dengan perlahan, dan ternyata sukses membuat raut wajah Cecil terlihat cemas.
"L-lo mau apa?" tanya Cecil dengan nada gugup, raut wajahnya begitu terlihat cemas, Cecil takut Al melakukan hal gila padanya, lagi.
"Menurut lo?" tanya Al dengan suara yang berubah berat.
Sial! Cecil kembali dalam situasi bahaya, apalagi sekarang Al sudah berada di atas Cecil dengan tangan dan kaki yang bertumpu pada kasur, menahan diri agar tidak menindih Cecil.
"A-Al! J-jangan gila!" perintah Cecil yang sudah begitu gugup.
Al tersenyum miring, dan senyum itu terlihat begitu mengerikan untuk Cecil.
"A-Al!" panggil Cecil saat Al samakin mendekatkan wajahnya pada wajah Cecil.
"Gu-gue bakal bunuh lo Al, kalo lo macem-macem!" ancam Cecil dengan mata yang tertutup rapat, ke dua tangannya berusaha mendorong tubuh Al agar menjauh darinya, namun tetap saja sia-sia, Al semakin mendekatkan tubuhnya pada Cecil.
"Woy anak dugong! Mantu gue mau lo apain hah!" teriakan Arum sukses membuat Al dan Cecil terlonjat kaget.
Cepat-cepat Al menjauh dari , sial! Rencananya untuk mengerjai Cecil yang sudah hampir berhasil itu harus gagal karna ibunda tercinta.
"Apaan sih Mah berisik!" kesal Al sambil turun dari kasur, berniat untuk pergi tapi malah mendapatkan jeweran dari Arum.
"A-aw Mamah sakit! Lepas yaelah Mah kuping Al cuman ini doang," kata Al sambil berusaha melepaskan tangan sang Mamah dari telinganya.
"Kalo lo berani macem-macem sama mantu gue sebelum lo berdua sah, lo bakal gue coret dari kartu keluarga!" ancam Arum yang terdengar menyebalkan untuk Al.
"Apaan sih Mah! Ancamannya itu mulu! Al gak macem-macem ke Cecil!"
"Eh panci! Kalo lo gak macem-macem, terus tadi lo mau ngapain hah? Mau molosin dia?"
"Mah berisik! Mending bikin dede bayi lagi gih sama Papah!"
Plak.
"Dasar anak durhaka! gue masukin lagi ke perut mampus lo!" kesal Arum setelah menampar bokong Al dengan penuh kekuatan super.
Sedangkan Al hanya bisa meringis kesal, menahan sakit di telinga sekaligus bokongnya secara bersamaan.
"Beb gue ke rumah Gara dulu, kalo nih Mak lampir udah pergi, telfon gue," kata Al yang langsung ngaprit sebelum terkena bom dari Arum.
"Anak setan! Udah berani yah lo ngatain gue!" teriak Arum penuh Amarah.
"Al juga sayang mamah! Tapi Al lebih sayang Cecil!" balas Al yang berteriak.
Arum hanya bisa mengusap dadanya sabar, sedangkan Cecil yang mendengar teriakan Al barusan antara terkejut, senang, sekaligus marah.
***