Chereads / BABY YOU! / Chapter 11 - Sudah Tak Bisa

Chapter 11 - Sudah Tak Bisa

Sepertinya Cecil benar-benar membeci Al, buktinya sudah hampir empat hari Cecil mendiami Al, meniadakan keberadaan Al, bahkan tidak memperdulikan Al yang mengajaknya berbicara.

Ini benar-benar menyebalkan untuk Al, dirinya harus ekstra sabar menghadapi Cecil yang mendiaminya seperti ini, menahan diri agar tidak membentak Cecil atau menyakiti Cecil jika ia tak bisa berusaha sabar.

Dan Al benar-benat merasa ada yang hilang sata Cecil mendiaminya, tak berbicara dengannya, bahkan Al merindukan dirinya dan Cecil yang selalu beradu mulut di setiap detiknya.

"Maafin gue," entah untuk keberapa kalinya, Al mencoba meminta maaf pada Cecil. Menunjukan pada Cecil lewat raut wajahnya jika ia tak suka berada dalam situasi seperti ini.

"Sampai kapan lo mau benci gue Cecil?" tanya Al, duduk di hadapan Cecil yang sibuk dengan latte hangatnya.

"Sampai lo enyah dari bumi!" jawab Cecil dengan kekesalan yang masih terlihat jelas.

Al menghela nafas, menatap Cecil yang sama sekali enggan menatapnya.

"Sayang!" panggil Al.

Cecil diam tak menjawab maupun perotes seperti biasannya. Merasa malas bahkan hanya untuk menjawab sepatah kata dari Al.

"Cecilia Lauren!" panggil Al lagi. Dan berhasil membuat Cecil naik pitam ke level akut.

"Apaan taik!" saut Cecil dengan kesal.

"Dengerin gue," pinta Al, namun tak ada respon dari Cecil.

"Apa salahnya nikmatin yang udah di takdirin Cecil? Kita itu terikat satu-"

"Lo nyuruh gue buat nikmatin ini semua? Apa yang harus gue nikmatin dari setiap ancaman-ancaman gila lo itu? Apa yang harus gue nikmatin dari setiap peraturan-peraturan lo, dari setiap kekangan lo, dari setiap hal gila yang lo lakuin?" tanya Cecil, kini dirinya menatap Al, namun dengan tatapan yang begitu teramat membenci Al.

"Selama hampir satu bulan ini gue sama sekali gak bahagia dengan perjodohan ini Al! gue sama sekali gak suka di keadaan kaya gini! Lo bukan takdir gue Al! Kita gak terikat, kita itu dipaksa terikat! Kita bukan jodoh, tapi kita di jodohkan!" lanjut Cecil dengan penuh amarah, sedangkan Al hanya diam mendengarkan.

"Gue bukan milik lo Al, dan kita dipaksa bersatu tanpa adanya rasa cinta."

"Nanti sore kita selesain ini semua," kata Al, berlalu pergi meninggalkan Cecil yang sama sekali tidak mengerti akan maksud ucapan Al barusan.

Jelas-jelas dirinya baru saya meluapkan apa yang selama ini ia pendam pada pria itu. Tidak peduli apa yang akan menjadi akibat ke depannya, Cecil hanya ingin mengeluarkan apa yang ada dipikirannya. Agar pria itu tidak bersikap sesukanya terhadap dirinya.

****

Siang sudah berganti sore, seperti yang di ucapkan Al siang tadi, kini Cecil Al dan orang tua mereka tengah berada di meja makan dengan duduk saling berhadapan, Al berhadap Cecil, dan kedua orang tua Al berhadapan dengan ke dua orang tua Cecil.

Tatapan binggung terlihat jelas di wajah Cecil dan yang lainnya, Cecil dan yang lainnya masih diam menunggu Al berbicara tentang maksud dari mereka yang di kumpulkan seperti ini.

"Al cuman mau bilang, kalo perjodohan ini gak bisa di lanjutin lagi," kata Al yang sukses membuat semua orang termasuk Cecil terkejut mendengatnya.

"Maksud kamu apa Al?" tanya Ardi dengan raut wajah yang masih terkejut.

"Kita sama-sama merasa gak bahagia dalam perjodohan ini," kata Al, dan membuat Cecil semakin terdiam kaku di tempat.

Tiba-tiba, Cecil mempertanyakan yang dilakukan Al dalam hati.

Bukannya hanya dia seorang yang tidak bahagia? Sedangkan Al sedari awal terlihat bahagia dengan perjodohan ini.

"Tarik ucapan mu kembali Al!" titah Rendra dengan nada dinginnya.

Al menggeleng pelan, menatap Rendra dengan sorot mata kosong.

"Maksud kamu bilang kaya gitu apa Al? Bukannya kemarin-kemarin kalian masih terlihat bahagia? Dan bukannya kamu setuju sama perjodohan ini? Tapi kenapa kamu malah ingin mengakhiri perjodohan ini?" kini Arum ikut bersuara, menatap Al dengan tatapan tak percaya.

"Al memang setuju sama perjodohan ini, tapi Cecil tidak," ujar Al sambil menatap Cecil tanpa ekspresi.

"Cecil!" panggil Ardi.

Cecil hanya diam menunduk, tanpa berani bersuara.

"Maaf, lagian untuk apa bersama Jika salah satu dari kita tidak bahagia?" kata Al dengsn sorot mata tak lepas menatap Cecil yang menunduk.

"Tapi kalian bisa mencobanya! Kalian bisa bahagia jika kalian berusaha membiasakan diri satu sama lain!" kata Arum yang tak setuju dengan permintaan anaknya itu.

"Al emang bisa Mah, tapi Cecil engga," balas Al yang ternyata membuat Cecil mengangkat kepalanya, menatap Al dengan tatapan binggung.

"Al udah gak bisa maksa Cecil buat nerima perjodohan yang sama sekali gak diinginkan oleh Cecil, jika dengan membatalkan perjodohan ini bisa bikin Cecil bahagia, Al bakal ngelepas Cecil," kata Al dengan penuh keikhlasan.

"Cecil... bukannya kamu udah janji gak akan nolak perjodohan ini?" ucap Mala dengan raut wajah memohon.

"Maaf Mah, Cecil gak bisa. Cecil gak akan bisa bahagia sama orang yang engga Cecil cintai," kata Cecil dengan penuh menyesal.

"Apa salahnya mencoba Cecilia! Mencoba membiasan diri bersama Al bakal bikin kamu mencintai Al! Papah yakin jika Al bisa membuat kamu jatuh cinta dengan caranya sendiri!" kata Ardi.

"Perjodohan ini akan tetap berlangsung! Tidak ada yang boleh menolak atau membatalkannya! Terima tidak terima harus terima! Suka tidak suka harus suka! Berani perotes dan tetap ingin membatakan perjodohan ini, kalian akan kami coret dari kartu keluarga!" kata Arum yang sukses membuat Cecil dan Al tegang.

"Membiasakan diri, bukan memaksakan diri! Ingat itu," tambah Arum yang di setujui oleh yang lain.

"Al! Cecil!" panggil Rendra.

Cecil dan Al menoleh pada Rendra.

"Belajarlah untuk memiliki, belajar menghargai satu sama lain. Cepat atau lambat kalian akan terbiasa dengan ini semua," kata Rendra pada Cecil dan Al yang tengah saling tatap.

Gimana bisa terbiasa, kalo cuman Al doang yang pengen di hargai, tapi gak pernah mau ngehargai balik!- batin Cecil.

"Kami pamit pulang, dan ingat! Belajarlah saling memiliki satu sama lain," kata Arum sambil berdiri dari duduknya, diikuti oleh yang lainnya.

***

Hujan deras di malam hari menciptakan udara jauh lebih dingin dari udara malam biasanya, beberapa selimut yang menutupi tubuh Cecil pun sama sekali tidak berguna, dinginnya udara benar-benar terasa pada tulang-tulangnya.

Cecil menoleh pada jam waker yang di nakas, pukul 11 malam dan dirinya masih tidak bisa tidur.

Setelah kejadian sore tadi, dirinya sama sekali tidak keluar dari kamar, ia memilih berdiam diri di kamar dengan terus memikirkan beberapa kemungkinan-kemungkinan yang akan terjadi jika ia menolak maupun menerima perjodohan ini.

Dan bahkan setelah kejadian sore tadi pun Al sendiri memilih pergi entah kemana, meninggalkan Cecil seorang diri hingga sekarang.

***

Bersambung.