"Cecil! Lo masih belum jelasin ke kita tentang hubungan elo sama Al," ucap Kareta memecahkan keheningan di antara mereka bertiga.
Lolita yang tidak tau apa-apa memilih mendengarkan dan menyimak, sedangkan Cecil yang tengah sibuk dengan novelnya pun menoleh pada Kareta.
"Jadi?" tanya Kareta yang sudah penasaran
"Gue sama Al di jodohin, makanya kita tinggal satu rumah," kata Cecil dengan nada yang terdengar malas.
"Jadi lo satu kamar sama Al?" tanya Lolita yang di setujui oleh Kareta.
Cecil mengangguk, "Iya, malahan satu tempat tidur," kata Cecil yang sukses membuat Lolita dan Kareta menatapnya dengan terkejut.
"Jadi lo sama Al? Astaga! Jangan bilang?" Kareta benar-benar terkejut, menatap Cecil dengan tatapan meminta penjelasan.
"Yah engga lah! Gila aja kalo gue mau di polosin sama dia! Asal lo tahu aja, sampe sekarang gelar perawan ting-ting gue masih aman yeee," cerocos Cecil sambil bergidik ngeri tak terima.
"Tapi selain di polosin, lo sama Al udah pernah?" Kareta kembali menggantungkan ucapannya.
"Kita gak ngelakuin apa-apa! Gue pengen meluk aja langsung di tendang," sambar Al yang entah sejak kapan menguping dan sudah duduk di samping Cecil.
"Kalo di jodohin, bentar lagi nikah dong?" tanya Lolita.
"Gue gak akan pernah mau nikah sama dia!" tolak Cecil cepat.
Kareta dan Lolita menatap Cecil dengan kening berkerut.
"Gue gak pernah mau, titik!" keukeh Cecil.
"Mau gue polosin?" tanya Al yang benar-benar bangsat.
"Gue tampar tuh mulut pake sepatu gue mau?" Cecil balik bertanya dengan wajah kesalnya.
"Terima aja kali Cil kalo emang endingnya lo nikah sama Al," kata Ken yang sedari tadi hanya diam menyimak.
"Kalo nikah sama lo gue mau," ucap Cecil tiba-tiba, dan malah membuat Al dan yang lainnya termasuk Ken menatapnya terkejut.
"Kenapa?" tanya Cecil dengan wajah polosnya, seolah-olah ucapannya barusann itu tidak ada masalah sama sekali.
"Lo sadar apa yang baru aja lo ucapin?" tanya Al dengan wajah yang entah sejak kapan berubah dingin.
Cecil mengangguk, dan detik berikutnya dirinya terkejut saat dengan tiba-tibanya Al mencium bibirnya, hanya menempelkan saja, namun sukses membuat jantungnya seperti jatuh ke perut.
"Jangan macem-macem sama gue, Sayang," ucap pelan Al tepat di hadapan wajau Cecil yang masih terlihat terkejut.
Sedangkan Cecil hanya bisa mengerjapkan matanya beberapa kali, lidahnya terasa kelu untuk mengeluarkan kata-kata kasar pada Al.
"Teman-teman Gara yang Gara cintai dan Gara sayangi! Gara datang membawa berita hot, se-hot goyangan siti badruih!" teriakan Gara membuat keterkejutan di antara Cecil dan yang lainnya pun menghilang, di gantikan dengan tatapan kesal.
"Tau gak? Tau gak? Masa tadi gue liat cewek mirip wanita sih, tapi gue yakin kalo tuh gadis perempuan!" cerita Gara setelah duduk di samping Ken.
"Berat sama di jinjing, ringan sama di pikul, kesAl anjing! Pengen mukul," kata Cecil yang lidahnya sudah tak terasa kelu lagi, kekesalnnya bukan hanya pada Gara, tapi juga pada Al yang malah bersikap biasa saja setelah menciumnya.
"Mentang-mentang tinggal di negara berkembang, begonya ikut berkembang!" cibir Kareta yang juga ikut kesal.
"Gar! Mending lo bikin tutorial tentang gimana caranya supaya tololnya keliatan natural," kata Al dengan wajah datarnya.
Gara hanya menatap Al dengan tatapan kesal.
"Gini nih kalo tololnya ke sAl darah merah, dari homoglobin jadi homogoblogin!" Ken ikut merasa kesal.
Dingin bagaikan kulkas, cuek bagaikan alien pun gini-gini juga Ken jago dalam membully Gara.
Kini Gara beralih menatap Ken dengan tatapan jauh lebih kesal.
"Gara, boleh mundur dikit gak duduknya?" tanya Lolita yang di bahas wajau sumringan dari Gara.
"Ada apa Lolita yang manis kaya permen lolipop?" tanya Gara yang terdengar menjijikan.
"Itu gobloknya kelewatan," kata Lolita yang sukses membuat Al dkk tertawa terbahak-bahak, namun tidak dengan Gara yang terlihat kesal.
"Mampos woyy maposss," kata Al yang terlihat sangat puas dari yang lainnya.
"Dateng-dateng udah di bully, mau jadi apa hah?" Gara malah menirukan iklan milkita yang ia ganti kata-katanya.
"Jadi goblok lah setan!" jawab Al dengan tawa yang semakin keras.
"Oke-oke, gue pundung!" kata Gara dengan membalikan tubuhnya, pura-pura ngambek.
"Lihat! Tidak ada yang peduli hahaha..." kini giliran Kareta yang tertawa puas.
"Taik lo pada!" cibir Gara dangan kesal.
Gara memang goblok plus menyebalkan, namun goblok dan menyebalkannya hanya di depan para teman-temannya saja, ia rela menjadi goblok dan berakhir terbully, asalkan para teman-temannya tertawa bahagia karan kegoblokannya.
****
Lagi dan lagi Cecil mendiami Al, menganggap Al angin lalu. Bahkan tidak merespon saat Al mengajaknya berbicara.
Al tau jika Cecil mendiaminya seperti ini karna dirinya yang nekad untuk siang tadi mencium Cecil di hadapan para teman-temannya. Namun jangan salahkan Al, Al tidak pernah bermain-main dalam ucapan atau ancamannya.
Cecil melangar Al bertindak, dan berakhir seperti ini.
"Gue mau ke supermarket dulu, mau es krim gak?" tanya Al yang yang tetap tidak ada balasan dari Cecil.
Al menghela nafas, menyenderkan kepalanya pada kepala kursi, pandangannya lurus pada supermarket di hadapannya.
"Gue gak pernah main-main sama ucapan gue Cecil, apalagi sama ancaman gue. Jangan salahin gue kalo gue ngelakuin hal gila sama lo, itu karna kesalahan lo sendiri," jelas Al dengan nada tenang, setelah tak mendapatkan respon dari Cecil, Al memutuskan untuk ke luar dari mobil, berjalan masuk ke dalam supermarket untuk membeli beberapa barang yang ia butuhkan.
Al tidak masalah jika Cecil marah padanya, namun Cecil tengah mendiaminya. Dan dirinya tak pernah suka jika Cecil mendiaminya seperti ini, seolah-olah ada yang hilang. Dan Al membenci itu.
Setelah memilih beberapa barang yang Al butuhkan, dan beberapa cemilan, Al memutuskan untuk pergi ke kasir untuk membayar barang belanjaannya, namun saat melewati dua rak makanan ringan, tak sengaja ia melihat Cecil yang tengah memikih es krim.
Al tersenyum, berjalan mendekat pada Cecil yang belum menyadari keberadaannya.
Dengan satu tangan yang bebas, Al langsung melingkarkan tangannya di pinggang Cecil, dan itu sukses membuat Cecil terkejut.
"Mau es krim?" tanya Al.
Cecil tak menjawab, ia kembali sibuk memilih-milih es krim yang akan dirinya beli.
"Jangan diemin gue Cecil!" perintah Al dengan nada yang terdengar menahan kesal.
"Gue benci lo Al!" ucap Cecil penuh penekanan, mengambil asal beberapa es krim, dan berlalu pergi meninggalkan Al setelah dirinya melepas paksa tangan Al yang melingkar di pinggangnya.
"Tapi gue gak akan pernah bisa benci lo," ucap Al pelan, dan memilih mengekor Cecil yang pergi menuju kasir.
***
Bersambung.