Chereads / BABY YOU! / Chapter 5 - Nikmati Alurnya

Chapter 5 - Nikmati Alurnya

Cecil menggeleng, "Gue cape, nanti aja belajar masaknya," kata Cecil yang membuat Al melongo menatapnya.

Al sudah benar-benar lelah, seharusnya Cecil memaskannya masakan enak setelah ia kelelahan, namun ini? Astaga harus ia sendiri yang memasak.

"Pesen makanan aja yah," kata Cecil memberi solusi.

"Engga usah, gue bisa masak kok," kata Al, mengeluarkan bahan-bahan dari dalam kulkas dan mulai memasak masakan yang lebih cepat jadi, perutnya sudah tidak tahan untuk di isi. Al dengan cekatan mengolah bahan-bahan makanan tersebut tanpa terlihat kaku sama sekali. Lihai. Seakan itu bukan sesuatu yang sangat sulit untuk dilakukan.

Cecil menatap Al dengan bertopang dagu, tersenyum kecil memperhatikan punggung lebar pria itu. Tepat ketika Al tidak sengaja melirik ke arah Cecil, gadis itu semakin melebarkan senyumnya.

"Gue bantu doa aja yah," kata Cecil yang di sambut dengkusan geli oleh Al.

***

Masakan Al pun telah tersusun rapih di atas meja, hanya sup ayam dan dadar telur saja, namun sepertinya terlihat enak untuk perut yang tengah kelaparan.

"Eh! Mau apa?" tanya Al pada Cecil yang ingin mengambil nasi.

"Makak lah!"

"Gak boleh makan sebelum lo cium gue," kata Al yang sukses membuat Cecil melotot.

"Ini kan gue yang masak, gue cape abis mindahin tempat tidur, jadi lo harus kasih gue hadiah," ujar Al dengan santainnya.

"Engga!" tolak Cecil mentah-mentah.

"Yaudah gak usah makan!" kata Al dengan santainnya, mengambil nasi dan dan lauk pauknya, kemudian memakannya dengan lahap.

Cecil menatap Al dengan tatapan sebal, mana mungkin ia mencium Al hanya demi makanan, lebih baik ia tidak makan dari pada harus mencium Al.

Dengan kesalnya Cecil meletakan piring dengan sedikit kasar, bangun dari duduknya dan berlalu pergi meninggalkan Al yang masih asik dengan makananya.

"Enak aja minta cium! Bibir gue cuman buat orang yang udah di takdirin buat gue nanti!" kata Cecil dengan kesal, menjatuhkan tubuhnya di atas kasur dengan kepala ia sembunyikan di bawah bantal.

"Ayo makan!" Kata Al yang entah sejak kapan sudah berada di ambang pintu.

"Gak mau!" tolak Cecil

"Perut lo laper, ayo makan!" tital Al sekali lagi.

"Gue gak mau! gue lebih baik kelaparan dari pada cium lo!" jelas Cecil yang malah membuat Al tersenyum, merasa gemas dengan tingkah Cecil

"Gak usah cium gue, ayo makan," titah Al tanpa terdengar memaksa seperti sebelumnya.

Cecil bangun dari posisi tidurnya, menatap Al dengan tatapan menyelidik.

"Beneran," kata Al yang di percaya oleh Cecil

***

Malam ini Al dan Cecil tengah asik menonton film azab di televisi, keduanya fokus pada film dengan gelas berisi coklat hangat, di luar tengah hujan deras, segelas coklat panas dan pelukan dari seseorang sangat berguna saat hujan seperti ini.

Tapi tidak dengan Al dan Cecil, sedari tadi Al mencari kesempatan untuk memeluk Cecil, namun Cecil terus saja mendorongnya, menolak pelukannya.

Menyebalkan memang.

"Kenapa sih film azab di indosiar ini, suaminya nyiksa istrinya mulu? Tapi kameramennya gak ada niat baik buat nolongin! Dimana letak hati sebagai makhluk tuhan yang sempurna?!!" Dumel Cecil dengan perasaan kesal.

Al menatap Cecil dengan kening berkerut, sepertinya Cecil telah dipengaruhi oleh sinetron azab yang sering gadis itu tonton, buktinya bisa segila ini.

"Kamu lah makhluk tuhan yang paling sempurna, yang paling sempurna. Sempurna sekali, kamu lah makhluk tuhan ajsksngxudueiek ah asu!" Al bernyanyi, menganti kata seksi menjadi sempurna, dan merasa kesal saat di bagian terakhir ia bernyanyi.

Kali ini giliran Cecil yang menatap Al dengan kening berkerut.

"Sehat?" tanya Cecil, menatap Al aneh.

"Gue gila! Puas?"

"Oh."

Cecil kembali sibuk menonton, mengabaikan Al yang sudah merasa muak dengan film azab di hadapannya.

"Ganti filmnya kek beb," kata Al dengan frustasi, dirinya tak mau ikut-ikutan tercuci otaknya seperti Cecil.

"Jangan panggil gue beb!" perintah Cecil dengan sinis.

"Ya maap," balas Al.

"Mau film apa?" tanya Cecil.

"Film yang menjelajah hutan gitu," saran Al.

"Dora the explorer?" tanya Cecil dengan satu alis terangkat. Sedangkan Al hanya memutar bola matanya malas.

"Gak jadi! ayo tidur," ajak Al sambil berdiri dari duduknya.

"Satu kasur berdua?" tanya Cecil dengan raut wajah ragu.

Al mengangguk, "Tenang aja, gue gak akan macem-macem," kata Al meyakini.

"Gue gak percaya sama otak mesum lo itu! Muka lo aja udah keliatan mesumnya," kata Cecil dengan sinis.

"Gak boleh berburuk sangka ke calon suami! Dosa," ucap Al dramatis.

"Ogah gue punya calon suami yang otaknya mesum kek lo!" kata Cecil, bangun dari duduknya dan berlalu pergi menaiki tangga menuju kamar.

Sedangkan Al mengekor Cecil dari belakang.

"Berani macem-macem, gue tendang ke arab lo!" ancam Cecil dengan wajah galaknya.

"Iya-iya gak akan, takut amat ya elah," sebal Al sambil naik ke atas kasur.

"Yah jelas lah gue takut! gue satu kasur sama cowok mesum!" kesal Cecil.

"Tenang aja beb, gue mesumnya cuman ke elo doang kok, ke yang lain mah engga," kata Al sambil menahan tawa, dirinya kembali di buat gemas karna berhasil membuat Cecil kesal.

"Heran gue, siapa sih cewek yang mau ke cowok mesum kaya lo," ucap Cecil sambil merebahkan tubuhnya di kasur, menutupi sebagian tubuhnya mengunakan selimut, udara semakin terasa dingin.

"Yah elo lah, elo kan jodoh gue."

"Mimpi lo di jamban!"

"Itu kenyataan beb bukan mimpi," kata Al yang terus saja menjawab ucapan Cecil.

"Udah malem Al, tidur!" titah Cecil yang sudah malas untuk berdebat, tubuhnya sudah lelah, matanya sudah mengantuk.

"Selamat malam, semoga mimpi indah," bisik Al tepat di telinga Cecil, kemudian membalikan tubuhnya, tidur dengan membelakangi Cecil.

Sedangkan Cecil seketika kembali membuka matanya saat Al mengucapkan itu.

Sebenarnya apa yang Al mau darinya? Mengapa Al selalu menggangap dirinya adalah milik pria itu, ada apa dengan Al yang selalu bersikap manis namun juga menjengkelkan?

Sedangakan dirinya dan Al baru saja kembali di pertemukan setelah lima tahun, dan mereka hanya berada dalam status perjodohan, tidak memiliki rasa seperti teman atau lebih dari teman.

Tapi mengapa seolah-olah mereka seperti sudah terikat? Sedangkan pada hati mereka berdua tidak ada cinta sama sekali.

"Lo nyuruh gue tidur tapi sendirinya gak tidur, mau gue tidurin?" suara Al membuat Cecil cepat-cepat memejamkan matanya rapat-rapat.

Al tersenyum melihat tingkah Cecil, "Jangan dipikirin, nikmatin aja alur yang udah di buat, semesta tau kok apa yang terbaik buat kita," kata Al yang seolah tau apa yang baru saja Cecil pikirkan.

"Good night," ucap Al dan kembali membalikan badannya.

Malam itu keduanya memang memejamkan mata, namun pikiran keduanya sama-

***

Bersambung.