Keesokan paginya Cecil terbangun karna mencium bau masakan yang benar-benar mengiurkan, Cecil membuka matanya dan menatap ke samping, Al sudah bangun ternyata.
Cecil turun dari kasur, berjalan keluar dari kamar menuju dapur, dan sesampainya di dapur ia melihat Al yang tengah sibuk dengan masakannya.
"Pagi," tanpa membalikan badan ternyata Al mengetahui keberadaan Cecil.
"Pagi kembali," balas Cecil, duduk di kursi dengan mata yang masih mengantuk, sepertinya ini masih terlalu pagi untuk dirinya bangun.
"Abis sarapan langsung mandi yah," kata Al sambil meletakan sepiring nasi goreng dengan telur mata sapi di hadapan Cecil.
"Tau dari mana gue suka telur mata sapi?" tanya Cecil, menatap Al dengan tatapan menunggu.
"Lo lupa? Selama 6 tahun kita pernah deket, dan saling tau apa kesukaan dan apa yang engga kita suka," jelas Al, meletakan gelas berisi susu hangat di samping piring nasi goreng Cecil.
Pagi ini Al seperti seorang ibu yang tengah mengurus anak gadisnya yang akan berangkat sekolah.
"Tapi itu dulu Al, udah lama banget," ujar Cecil dengan raut wajah tak percaya.
"Mau berapa lama pun, kalo dari awal lo udah menetap di hati gue, lo bakal selalu gue ingat, bahkan yang lo suka dan gak lo suka bakal gue ingat terus," jelas Al yang sukses membuat Cecil terdiam. Mencoba mencerna ucapan Al barusan, mencari tau arti dari ucapan Al barusan.
"Abisin sarapannya, terus mandi," titah Al sambil mengacak rambut Cecil, kemudian berlalu pergi meninggalkan Cecil yang masih merasa terkejut.
***
"Pagi bambang!" teriakan Gara membuat Al dan Cecil yang tengah memperdebatkan hal kecil terhenti.
Gara dan Ken yang baru saja berada di hadapan Al dan Cecil meringis ngeri saat Cecil menatapnya dengan tatapan tajam.
"Satu titik dua koma, Kamu cantik mirip Obama," Gara memberi pantun pada Cecil, berharap Cecil merubah ekspresi wajahnya, namun yang di dapat sorot mata Cecil malah semakin tajam.
"Kita ke kelas duluan yah," pamit Gara yang benar-benar takut pada Cecil.
"Yuk Ken!" ajak Gara sambil menarik Ken pergi dari hadapan Al dan Cecil.
Kini Cecil kembali menatap Al dengan sorot mata tajamnya, namun terlihat mengemaskan untuk Al.
"Kita beli monyet afrika yuk," kata Al mencoba membujuk Cecil.
"Lo monyetnya!" kesal Cecil, berjalan meninggalkan Al yang hanya bisa menghela nafas.
Baginya ini hanya masa kecil, ia benar-benar tak sengaja mengintip Cecil yang tengah mandi pagi tagi, jangan salahkan Al, salahkan saja Cecil yang tidak menutup pinta kamar mandi. Dan lagian Al tidak melihat semuanya kok, Al hanya melihat punggung Cecil saja.
Tapi berakhir seperti ini, Cecil marah padanya, berfikir yang aneh-aneh tentang dirinya atas kejadian pagi tadi, padahal dirinya benar-benar tak sengaja, toh ia juga sudah meminta maaf.
****
Ternyata menjadi Cecil tak perlu memerlukan beberapa minggu untuk saling mengenal dengan teman sekelasnya, karna buktinya seCecilng dia sudah ikut bergabung dengan teman kelasnya yang lain, ikut menjadi gila bersama yang lain.
Jam kosong memang yang di ingin kan para semua murid, apalagi jika jam kosongnya dari awal masuk hingga pulang, itu akan menjadi surga dunia bagi para murid.
Kini kelasnya Cecil ramainya tak jauh beda dengan pasar, beberapa siswa ada yang tengah dangdutan, menjadikan sapu dan kain pAl menjadi alat musik, sebagian ada yang tidur di pojok belakang, ada yang bergosip atau menonton drakor, ada juga yang saling bercanda dan berlari ke sana kemari layaknya anak TK.
Kelasnya Cecil kini sudah benar-benar rusuh, bagaikan anak TK yang masih polos, tapi bedanya mereka polos-polos bangsat.
"Cecil! Al telfon lo terus noh," kata Lolita yang terganggu dengan ponsAl Cecil yang tak henti-hentinya bergetar.
Cecil yang tengah tertawa melihat Kareta yang tengah di kerjai oleh Rey pun menoleh pada Lolita.
"Lo angkat aja, bilang Cecilnya mati tertelan ubun-ubun," kata Cecil dengan nada sebalnya, kembali menonton Kareta dan Rey tanpa memperdulikan tatapan binggung dari Lolita.
"Angkat dulu Cil, siapa tau penting," kata Lolita.
"Gak ada yang penting," balas Cecil dengan acuh.
"Gue gak penting?" suara Al membuat Cecil terkejut.
Cecil menoleh, ternyata Al tengah berdiri di depan jendela dengan ponsAl yang masih menempAl di telinga cowok itu.
"Kenapa gak angkat telfon gue?" tanya Al dengan nada tak suka, memasukan ponselnya pada saku celana.
"Males," jawab Cecil.
Al menghela nafas, "Maaf, gak lagi deh sembarangan masuk," kata Al dengan nada menyesal.
Kini giliran Cecil yang menghela nafas, menoleh pada Lolita yang ternyata tengah menatapnya dengan tatapan meminta jawaban.
"Entar gue jelasin," ucap Cecil dengan suara pelan.
Lolita mengangguk, dan kembali sibuk membaca novelnya.
"Ayo ke kantin," ajak Al.
"Belum jam istirahat Al," ujar Cecil yang kembali menoleh pada Al.
"Gue gak peduli, ayo ke kantin!" kata Al yang kembali memaksa.
Dengan kesal Cecil berdiri, berjalan keluar kelas dengan kaki yang di hentak-hentakan.
.
.
.
"Bocah ngapa yak! Eta bocah, ngapa yak! Ngapa yak, ngap-"
"Berisik Gara! Lo kaya uwiw-uwiw ambulan tau gak!" kesal Cecil yang langsung memotong Gara yang tengah menyanyi itu.
"Aku tanpamu bagaikan ambulan tanpa uwiw-uwiw," Gara malah lanjut bernyanyi.
"Shimmie-shimmie ko goblok, I thing I like it," Al yang tengah sibuk dengan gamenya ikut bernyanyi, dan sukses membuat Gara mendumAl kesal.
"Guys kenapa yah, kalo gue ngantuk gue suka pengen tidur?" tanya Gara dengan kegoblokan yang tiada duanya.
"Tanyain aja ke rumput yang bergoyang!" kata Kareta yang baru saja datang dan meletakan tas di atas meja tak terpakai.
Sebelum bAl pulang berbunyi Al sudah membawa Cecil ke atas rooftop memaksa Cecil untuk menemaninya di sana. awalnya Cecil menolak, namun Al yang lagi-lagi mengancamnnya membuatnya harus menuruti apa yang Al mau, menyebalkan memang.
Jika saja dari awal ia tau jika yang akan dijodohkan dengannya itu Al, ia lebih baik menolak, dan jika tidak di izinkan untuk menolak, dengan terpaksa ia akan kabur dari rumah.
"Makan yuk," ajak Gara yang tak meperdulikan balasan Kareta barusan.
"Makan apa?" kini Lolita yang sedari tadi diam, sibuk dengan novelnya pun bersuara.
"Menu yang gak ada makanan apa-apanya," kata Gara yang membuat Al dan yang lain menatapnya binggung.
"Menu apa?" tanya Lolita yang mewakili kebinggungan Al dan yang lainnya.
"Me n U," jawab Gara dengan cengiran andalannya.
"Sa ae kutil dugong!" kata Al.
"Gara ngegombal guys," sindir Kareta.
"Tutup botol so-soan pengen bikin Lolita baper," kata Cecil.
"Baper kagak, jijik iya," lanjut Al yang di membuat Cecil dan yang lainnya tertawa, namun tidak dengan Gara yang kembali mendumAl kesal.
"Udah-udah," titah Lolita yang membuat semuanya berhenti membully Gara.
"Udah mau ujan, kita balik Ret," kata Lolita sambil menutup novAl yang tadi ia baca.
"Biat gue anter," kata Ken yang hanya di beri anggukan oleh kareta dan Lolita.
"Lah? Lah? gue sama siapa?" tanya Gara saat melihat Al sudah membawa Cecil turun dari rooftop.
"Sama kita lah bego!" jawab Ken yang kesal.
****