"Lain kali kalo mereka nyuruh lo makan makanan yang bakal bikin perut lo bermasalah, mending tolak," lagi dan lagi untuk kesekian kalianya Al mengomAl, Cecilia yang duduk di samping Al hanya bisa menghela nafas, ia sudah tak bisa menjawab ucapan Al yang selalu di ulang-ulang itu.
"Jangan diem!" titah Al yang entah mengapa seperti ibu-ibu yang tengah memarahi anaknya.
"Iya gimana gue mau nolak! Kareta yang bayarin cilok gue!" kata Cecilia dengan kesal.
Al menoleh sebentar pada Cecilia sebelum ia kembali fokus pada jalanan.
"Gara-gara gratis lo rela perut lo sakit lagi? Lo mau cilok? Ayo biar gue borong semuanya buat lo!" kata Al yang benar-benar kesal pada Cecilia.
"Mampus-mampus dah lo!" lanjut Al dengan suara pelan.
Cecilia menoleh pada Al dan raut wajah sebal.
"Apaan sih ihh! lagian gue gak jadi makan ciloknya kan? udah lah jangan kek ibu-ibu! Sebal gue," kata Cecilia sambil menyederkan kepalanya pada sandaran kursi.
"Mau gue bilangin ke Tante Mala kalo anaknya gak mau nurut?" ancem Al yang benat-benar membuat Cecilia sebal.
"Apaan sih Al! gak nurut apa? gue gak maksa buat makan tuh cikol kan? gue makan baso lo kan? Yaudah ihh gak usah di perpanjang kek gini!" balas Cecilia yang benar-benar sebal plus muak pada Al.
"Cecil!" panggil El
"Turunin gue disini aja Al!" titah Cecilia.
"Apaan sih kaya anak kecil! Pundungan! Ngambek dikit minta turun, lo kira ini di pelem-pelem azab!" kata Al menatap Cecilia sebal.
"Rumah gue udah kelewat Al RAJENDRA!" teriak Cecilia kesal.
Al yang baru sadar hanya cenggesan pada Cecilia.
"Maap-maap beb, abisnya lo bikin gue kesal sih," kata Al sambil memundurkan mobilnya.
"Bodo amat!" balas Cecilia, turun dari mobil dengan membanting pintu sedikit keras, tak memperdulikan Al yang berulang kali memanggilnya.
"Cecilia! Itu Al manggil-manggil kamu," kata Mala yang baru saja keluar dari Dapur, suara Al benar-benar bisa membuat seluruh kampung mendatangi rumah Cecilia.
"Cecil gak denger Mah," balas Cecilia acuh, menaiki tangga dengan sedikit cepat.
****
"Al gak bawa Cecil ke sini?" tanya Arum yang baru saja meletakan gelas berisi jus di atas meja.
"Cecil pundung ke Al," ucap Al dengan perasaan yang masih sebal, mengambil gelas yang baru saja di letakan oleh Arum dan meminum jus milik Sang Mamah.
Namun detik berikutnya....
"Mamah jus apa ini? Pait!" kata Al sambil meletakan gelas yang ia ambil ke meja, raut wajah Al benar-benar lucu setelah meminum jus untuk langsing milik Arum itu.
"Itu jus buat langsing, kamu mau langsing?" Arum menahan tawa saat ekspresi wajah anaknya benar-benar mengemaskan.
"Mamah kenapa gak bilang?" Al berlari ke arah dapur.
"Salah sendiri kenapa asal minum, udah tau punya Mamah!" kata Arum yang kini tawanya benar-benar pecah.
****
Ketika Cecil tengah asik-asiknya menonton drama korea, Al datang menggangu momen baper Cecil, pria itu ikut berbaring di samping Cecil sambil fokus menonton Drakor yang tengah Cecil tonton.
"Gak sopan amat sih! ketuk pintu dulu kek!" ucap sebal Cecil.
"Pintu kamar lo kebuka, yakali gue kudu ketuk angin," balas Al, mengambil bantal Cecil dan menaruhnya di bawah dagu.
"Eh.. eh.. ada adegan ciumannya!" Al berucap heboh, cepat-cepat dia menutup wajah Cecil dengan bantal.
Cecil yang kesal berusaha menjauhkan bantal dari wajahnya, namun bukannya berhasil, Al malah semakin menutupi wajah Cecil dengan bantal.
Bugh.
Cecil memukul lengan Al dengan sedikit kesal.
"Lo mau maatiin gue?" tanya Cecil dengan kesal.
"Ya engga lah, tar kalo lo mati gue nikahin siapa?" goda Al yang membuat Cecil malas.
"Lain kali cari film yang gak ada adegan kek begituannya!" titah Al yang membuat Cecil melongo.
"Al bego! Semua Drakor juga pasti ada adegan kek gitunya!"
"Yaudah jangan nonton Drakor!"
"Apaan sih Al! gue gak suka di larang Yah!" Cecil menutup laptonya dengan sedikit kesal.
"Lo masih kecil, gak boleh nonton kek begituan," kata Al yang benar-bebar membuat Cecil tak percaya.
"Umur gue 18 tahun Al, gue udah bukan anak kecil."
"Udah bukan anak kecil?" Al tersenyum miring, sebuah senyum miring yang terlihat mengerikan untuk Cecil.
"Kalo langsung ngelakuinnya sama gue mau?" tanya Al, mengusap pelan bibir bawah Cecil, dan yang di lakukan oleh Al benar-benar membuat tubuh Cecil menegang.
Bugh.
"Aishh! Sakit Cecil!" ringis Al saat tangannya kembali di pukul.
"Buang jauh-jauh otak masum lo itu! Kalo perlu lo juga ikut di buang!" kata Cecil, turun dari kasur dan berlalu pergi meninggalkan Al yang tengah cengegesan.
"Gue tau lo mau, tapi lo malu," teriak Al yang benar-benar tidak tahu malu.
"Bocah gila!" Cecil balas berteriak, sedangkan Al sudah tertawa terbahak-bahak.
***
"Kita mau kemana sih Al?" tanya Cecil saat dengan tidak tau dirinya Al menariknya masuk ke dalam mobil.
"Nanti juga lo tau," balas Al tanpa menoleh pada Cecil.
Cecil menghela nafas, memilih menyibukan diri dengan membalas pesan dari dua teman barunya.
"Lo temenan sama Kareta dan Lolita?" tanya Cecil menoleh pada Al.
"Engga, gue kenal mereka karna dulu Ken sama Kareta pernah pacaran, tapi sekarang mereka udah putus," jelas Al yang membuat Cecil mengerti.
"Tapi mereka masih temenan kok, cuman gitu sering ngungkit-ngungkit yang dulu-dulu," lanjut Al sambil tertawa pelan saat mengingat Ken dan Kareta yang selalu saling menyindir.
"Lolita sama Gara?" tanya Cecil.
"Mereka gak ada hubungan apa-apa, mereka cuman sebatas temen biasa yang gak terlalu akrab, Lolita pendiem dan terlalu acuh sama keadaan sekitar, susah buat dideketin," kata Al yang lagi-lagi dimengerti oleh Cecil.
"Yuk turun, udah sampe," kata Al sambil melepas sabuk pengaman.
Cecil memperhatikan rumah di depannya, rumah bertingkat yang berukuran kecil namun terlihat bagus dan nyaman, sepertinya ia menyukai rumah ini.
"Rumah siapa ini Al?" tanya Cecil, menatap Al yang baru saja membukakannya pintu.
"Kita masuk dulu yuk, mau ujan," titah Al yang memang langit sedari sore tadi sudah mendung.
Cecil menurut, turun dari mobil dan membiarkan Al melingkarkan tangan di pinggannya selama berjalan masuk ke dalam rumah.
Cecil terkejut saat melihat isi dari rumah minimalis namun nyaman itu, benar-benar indah dan cocok dengan dirinya.
"Ini rumah kita," bisik Al tepat di telinga Cecil.
Cecil terkejut kala mendengar suara Al, ia memutar kepalanya ke samping, dan semakin terkejut saat wajahnya dan wajah Al benar-benar dekat.
Beberapa detik mereka saling tatap, tidak ada yang bersuara atau bergerak layaknya mereka tengah menikmati posisi seperti ini, saling tatap dengan jarak yang begitu dekat.
***