Download Chereads APP
Chereads App StoreGoogle Play
Chereads

Touch my heart Once again

🇮🇩Ahra_August
--
chs / week
--
NOT RATINGS
20.1k
Views
Synopsis
Citra Sagita tidak tahu apakah kelebihan itu sebuah kutukan atau sebuah berkah untuknya. Ketika sebuah kecelakaan yang pernah menimpanya semasa kecil telah membuatnya memiliki satu kelebihan. Benar, Citra bisa membaca pikiran semua orang hanya dengan menatap matanya secara langsung. Kelebihan itu juga membuat Citra menyadari satu hal bahwa apa yang selama ini tidak ia ketahui semuanya terbentang dalam kepalanya. Tentang keluarganya, tentang temannya. Dan tentang orang itu. Tapi kelebihan membaca pikiran tidak semudah yang ia pikir gratis. Citra harus membayar harganya dengan kesehatannya yang semakin memburuk, secara tidak langsung umurnya semakin di perpendek. Tidak ada teori kenapa semua bisa terjadi seperti itu. Citra jatuh cinta. Tapi cintanya juga tidak gratis, laki-laki yang di cintainya memiliki banyak rahasia, Citra awalnya tidak bisa membaca pikirannya, setiap kali ia mencoba maka kesehatannya akan langsung memburuk. tapi pertemuan demi pertemuan membuat Citra tanpa sadar mulai bisa membaca pikiran laki-laki itu. Meskipun cinta itu terbalaskan tapi ia harus menjauh ketika ia tahu hubungan mereka sama seperti kutukan. Citra layaknya hidup dalam tubuh yang berjuang untuk tetap hidup dengan pikiran yang mencoba untuk mati berkali-kali.
VIEW MORE

Chapter 1 - Prolog

"Citraaaa.."

Suara teriakan melengking membuat telinga berdenging membahana seperti petir di pagi hari. Di sambut suara ketukan yang beruntun pada pintu, membuat si pemilik kamar membelalakkan matanya kaget, saat tahu siapa pemilik suara itu Citra mendesis kesal dan menarik selimut hingga menutupi seluruh tubuhnya. Namun suara cempreng dan ketukan pada pintu tidak berhenti sedikit pun.

Gadis yang terbaring di atas ranjang itu Citra Sagita, tinggal di kos-kosan, seorang mahasiswa semester dua di salah satu universitas swasta di kota yang terkenal dengan makanan khas rendang miliknya. Citra yang pemalas bangun pagi, cuek, penyendiri, suka makan tapi tidak pernah gemuk, memiliki hobi aneh yaitu naik atap genteng di saat galau, tidak percaya cinta serta benci laki-laki playboy. Memiliki satu-satunya sahabat super cerewet. Mia. Anak gaul yang suka nongkrong dan memiliki kelebihan tepat waktu ketika membuat janji dan Satu-satunya sahabat yang ingin Citra buang ke pulau amazon.

"Citraaa.. kau itu anak gadis! Kenapa sangat pemalas. Ayo bangun dan buka pintunya.! Jika kau seperti ini terus kau akan jomblo selamanya!! Hey buka pintunya!!"

Suara Mia semakin tinggi mengalahkan nada tinggi dari Georgia Brown yang sudah tercatat dalam laman resmi Guinness World Recods. Mungkin yang akan tercatat selanjutnya adalah suara Mia. Siapa yang tahu.

Citra membuka selimut yang menutupi seluruh tubuhnya, mengernyit tidak senang pada sahabatnya. Pikiran untuk membuang sahabatnya itu ke pulau Amazon semakin kuat tertanam di benaknya. Tanpa pilihan demi kedamaian Citra bangun dan membuka pintu, ia menatap Mia yang berdiri di depan pintu. Dengan rol rambut yang masih belum di lepas tapi dandan make up pada wajahnya seratus persen sempuna. Cantik. Citra menghela napas lalu menunduk menatap dirinya sendiri, selain kulitnya yang putih pucat seperti Vampire selebihnya tidak ada yang spesial. Ia juga tidak bisa berdandan cantik, benci keramaian suka berdiam di kamar sehari suntuk. Tapi Mia selalu menyeretnya untuk ikut bepergian tanpa tujuan bersamanya.

Citra menatap Mia bosan, sedangkan sahabatnya itu juga menatapnya dengan mata melotot lebar, seperti sedang menyinarinya dengan tatapan laser dari ujung kepala sampai ujung kaki. Citra tidak peduli, sebelah tangannya masih menyeret selimut bergambar hello kitty, rambutnya acak-acakan seperti di terba badai.

"Ya ampun! Kepalaku..! ah, tekanan darahku sepertinya naik lagi.." Mia berkata sambil memegang tengkuknya dengan ekpresi kesakitan. Yang di buat agak berlebihan.

Citra masih dengan wajah datarnya, lalu berbalik masuk ke kamar siap untuk kembali berbaring di ranjang melanjutkan tidurnya tapi Mia dengan cepat menyeretnya untuk duduk mengambil handuk lalu mendorongnya ke kamar mandi.

"Pergi mandi! Lima belas menit lagi aku akan datang menjemputmu! Dan saat itu kau harus sudah selesai bersiap-siap! Dan ingat! Hari ini Wisnu yang akan menjemput?" kata Mia dengan kedipan mata genit ke arah Citra.

"A-APA!! DEMI APA!!!" teriak Citra yang seakan tersadar sepenuhnya mendengar kata-kata Mia. Tapi terlambat sahabatnya itu sudah menghilang naik ke kamarnya yang berada di lantai dua. Citra yang berada di kamar mandi menatap wajahnya di cermin dan mencebik "Lima belas menit? Memangnya aku kucing! Mandi cepat! Dan Wisnu playboy, buaya laut, kadal sok kecakepan itu! Ngapain lagi dia harus jemput! Memangnya siapa yang suruh! Apa jangan-jangan ini ulah Mia lagi..Arrgghh… MIAAAAAAA..!!!"

Mia yang sedang melepas rol rambut di kepalanya tertawa cekikikan di depan cermin sambil bersenandung kecil, mengabaikan teriakan Citra yang sepertinya baru menyadari pekerjaannya. "Kau harus berterima kasih padaku, karena sudah membantumu untuk mencari laki-laki tampan seorang idola kampus menjadi calon gebetanmu, kau harus berubah Citra, karena kau cantik.."

***

Citra yang sedang memakai sepatu kets putih menatap tajam pada Mia, sedangkan sahabatnya itu seolah tidak terjadi apa-apa dan terus berkaca pada kaca kecil bulat yang sedang di pegangnya. Citra menyipitkan matanya membayangkan ia yang sedang meringkus Mia, mengikat kedua tangan dan kakinya serta menutup mulutnya dengan lakban, kemudian memasukkannya ke dalam koper dan mengirimya ke pulau Amazon membayangkannya saja sudah membuat Citra tersenyum lebar.

"Hei! Apa yang membuatmu begitu bahagia? Apa karena di jemput oleh Wisnu?" Mia tidak henti-hentinya menggoda Citra.

Citra yang lamunan super sempurnanya di ganggu melotot pada Mia. Dia berdiri lalu mengunci kamar. Ia bebalik menatap Mia sambil memasukkan kunci ke dalam saku tas punggungnya. "Hei! Kau ngapain minta kadal sok kecakepan itu jemput kita. Apa kau tidak takut dengan cakar-cakar penggemarnya di kampus? Aku sih ogah yah ikut-ikutan."

"Ih.. Ih.. aku melakukan ini semua untukmu.. kau sudah terlalu lama jomblo setelah putus dari… Ya, pokoknya aku sedang membantu mu.." kata Mia tidak mau kalah. Dua gadis seperti langit dan bumi itu berjalan menuju gerbang kos warna hijau. Di depan pintu pagar sudah terparkir jazz putih imut milik Wisnu lengkap dengan pemiliknya yang bersandar di kepala mobil sambil memainkan ponselnya.

Citra menghentikan langkahnya, wajahnya merengut bebanding terbalik dengan Mia yang terlihat sangat bahagia seperti dia memenangkan lotre Mia bahkan tanpa malu-malu melambai pada Wisnu dan langsung masuk ke dalam mobil. Citra menghela napas, sebelah tangannya terangkat menggaruk kepalanya yang tidak gatal.

…Aku tidak mengenalnya, dia bukan sahabatku.. batin Citra. Kemudian "Aku naik angkot saja.."

Kaca mobil bagian belakang terbuka, kepala Mia menyembul dan kembali beteriak pada Citra.

"Satu langkah lagi akan ku patahkan kakimu."

…Apa kau sungguh sahabat baikku? Batin Citra lagi.

Citra melotot pada Wisnu yang tersenyum lebar setelah mendengar ancaman Mia untuknya. "Apa? Ayo masuk.. tidak mau telat kan?" kata Wisnu lembut.

Rasanya Citra ingin muntah ketika mendengar nada lembut pada suara Wisnu. "Dasar playboy!" citra hendak berjalan kea rah pintu penumpang bagian belakang tapi sekali lagi Mia berteriak.

"Duduk di depan! Di belakang penuh!"

Citra mengernyit. Penuh apanya. Citra melihat kursi kosong di samping Mia hanya ada tas di sana. Mia menggerakkan tangannya seolah mengusir Citra untuk duduk di kursi penumpang bagian depan.

Citra melihat Wisnu yang sudah membuka pintu bagian penumpang lengkap dengan senyum lima jarinya. Citra memutar matanya jengah. Dengan langkah yang di hentakkan ia berbalik dan masuk ke dalam mobil, Wisnu pun semakin tersenyum lebar.

Ini bukan karena ancaman dari Mia, tapi dia hanya tidak ingin terlambat sampai di kampus. Ya, tidak ingin terlambat. Batin Citra lagi berkata sambil mengingatkan dirinya.

Suasana hati citra benar-benar jelek pagi ini, hanya karena melihat wajah menyebalkan milik Wisnu dan kelakuan sahabatnya yang seperti mak-mak rempong. Mobil jazz putih itu mulai bergerak menyatu dengan mobil-mobil lainnya di jalan raya. sepanjang jalan hanya Wisnu dan Mia yang bicara sedangkan ia sendiri sibuk menekan-nekan tombol musik di mobil. Citra semakin mengernyit kesal semakin dia menekannya semua lagu itu tentang cinta. Ia pun menoleh pada Wisnu yang sepertinya sedang berusaha menahan tawanya, Citra juga berbalik menoleh ke kursi belakang terlihat Mia sedang menutup mulutnya dengan telapak tangan menatap keluar jendela. Citra mendecak lidah kesal.