"Kak Reza! Kau menemukannya!" suara Citra terdengar ceria dan antusias.
Reza adalah seniornya ketika ospek mereka menjadi akrab setelah kejadian ketika ia pingsan di lapangan pada hari pembukaan ospek. Reza mengendongnya menuju ruang kesehatan, dan semenjak itu mereka menjadi akrab, selain Reza juga sering membantunya mencari beberapa buku yang tidak ia mengerti.
"Aku tahu kau akan menyukainya! Karena itulah aku membawanya untukmu! Ini.." Reza berdiri di hadapan Citra menyerahkan buku tebal itu, gadis itu menerimanya dengan mata berbinar cerah dan bibir tersenyum lebar. Reza merasa puas dengan melihat ekspresi senang di wajah Citra karena terbiasa ia mengangkat tangan kanannya dan mengusap kepala Citra dengan lembut.
Tepat saat itu Mia masuk ke gedung tidak jauh di belakangnya ada Wisnu yang juga menatap tajam pada tangan Reza yang mengusap kepala Citra. Tangannya mengepal seketika menahan marah. Mia diam-diam melirik ke arah Wisnu ia lupa memberitahunya kalau di kampus Citra juga tidak kekurangan cowok yang mengejarnya setiap hari termasuk seniornya ini. Tapi anehnya Citra hanya menanggapi Reza saja dan mengabaikan yang lainnya.
Wisnu menekan rasa cemburunya berjalan mendekati Citra menarik gadis itu ke sisinya, lalu merangkul bahunya. Citra terkejut dan melongo tidak percaya. Sama dengan Reza yang sejak tadi asyik mengusap kepala Citra dan merasakan lembutnya rambut hitam itu tertahan di udara kehilangan sasaran. Ia menatap Wisnu tajam.
"Siapa kau!"
Dalam hati Citra juga membenarkan pertanyaan Reza hingga kepalanya juga mengangguk tanpa sadar. Wisnu semakin kesal namun ia tetap tersenyum dengan mata yang menyipit tajam "Aku.. pacarnya Citra!"
Citra ternganga tidak percaya buku di tangannya hampir terlepas "Kau!"
Rangkulan tangannya di bahu Citra semakin erat "Selama ini kami menjalani hubungan jarak jauh.. kau mungkin belum tahu tentang itu!"
Reza yang mendengar itu tidak percaya dan menatap Citra yang meringis sambil mencoba melepaskan rangkulan erat tangan Wisnu pada bahunya "Lepaskan!" desisnya.
"Tidak akan!" tegas Wisnu. Bahkan ia berani memperbaiki letak anak rambut Citra yang menghalangi pandangannya "Berhenti meronta! Oh apa ini?" Wisnu mengambil buku tebal di tangan Citra menatapnya sekilas lalu melemparkan buku itu kembali pada Reza "Buku ini! Aku punya banyak! Mulai dari jilid satu sampai jilid enam!" katanya sombong.
Di sisi lain Mia yang menjadi penonton bersama beberapa orang menggeleng tidak percaya sambil menepuk kening "Rasa cemburu benar-benar membutakan akal sehat dan menaikkan harga diri ke langit sampai menjadi sombong tak tertolong!" tapi Mia mengangguk puas meskipun begitu cara Wisnu sangat mendominasi. Mia terkekeh kecil dan melanjutkan menjadi penonton.
"SUDAH CUKUP!!" teriak Citra ketika ia berhasil lepas dari rangkulan Wisnu menatap laki-laki itu tajam ia berdiri sejajar dengan Reza. Dengan napas menggebu-gebu menahan marah ia menunjuk Wisnu dengan tatapan tajam "KAU! Berhenti memuntahkan omong kosong! Sejak kapan kau menjadi pacarku!" Citra memegang tangan Reza "Dan berhenti ikut campur aku tidak peduli apakah kau memiliki buku ini dari jilid satu sampai ke jilid enam! Karena yang aku pinjam bukan bukumu! Dan enyah dari pandanganku!"
Citra langsung pergi menarik Reza bersamanya meninggalkan Wisnu yang kaku. Mia tidak menyangka akan berakhir seperti ini, sepertinya sahabatnya itu benar-benar marah sekarang. Tidak. Jika Citra benar-benar marah dia pasti akan menampar sasarannya tapi kenapa dia tidak menampar Wisnu? Sudut bibir Mia terangkat lagi. Apa yang orang lain tidak tahu maka ia akan menjadi satu-satunya orang yang tahu.
Langkah Citra berdentum-dentum ketika naik tangga sambil terus menyeret Reza bersamanya. Gadis itu terus mengomel "Pria bajingan itu! Datang seperti hantu dan seenaknya saja ikut campur urusan orang lain memangnya siapa dia!"
"Pacarmu!?" sahut Reza tersenyum kalem di belakangnya.
Citra berteriak marah "SIAPA YANG! Pacarnya.." lirih Citra pelan ketika sadar ia telah berteriak pada orang yang salah "Maafkan aku kak Reza.. aku jadi marah tidak jelas seperti ini dan bukunya kau masih ingin meminjamnya.. apakah boleh?"
Reza mengangguk lalu pandangannya jatuh pada pergelangan tangannya yang masih di genggam erat oleh Citra.
Citra juga menatap ke tangannya yang masih menggenggam pergelangan tangan Reza ia terkejut dan langsung melepasnya ia tersenyum canggung sambil menggaruk kepala yang tidak gatal.
"Maaf kak! Aku terburu-buru. Jika aku masih berdiri di hadapannya aku mungkin suda menamparnya."
Reza menggeleng tanda ia tidak keberatan sama sekali "Tidak apa-apa. Nah ini bukunya.. jika kau masih membutuhkan yang lain jangan segan-segan katakan padaku!"
Citra mengangguk "Baiklah.. dan.." Citra melihat dari ujung tangga dosen yang akan mengajar di kelasnya sudah hampir sampai "Aku masuk ke kelas dulu.."
Reza mengangguk "Hmm.. pergilah.."
Citra menunduk berlari kecil menuju kelasnya sambil memeluk buku di tangannya dengan sangat erat seakan takut ada orang lain lagi yang akan merebutnya. Ia duduk di salah satu kursi yang masih kosong bagian belakang tidak lama kemudian Mia datang menyusul dan mulai bergosip.
"Apa kau masih memiliki perasaan padanya?"
Citra menegakkan kepalanya "Perasaan? Perasaan pada siapa yang kau maksudkan! Berhenti bicara omong kosong! Aku hanya menganggap Kak Reza sebagai seniorku! Tidak lebih dari itu."
Mia menggeleng "Mm.. bukan kak Reza yang aku maksudkan! Tapi Wisnu.."
Citra terkejut menatap Mia tidak percaya "Apa kepalamu terbentur sesuatu? Kenapa kau bisa memikirkan hal konyol seperti itu! Sesuatu yang tidak akan mungkin terjadi!"
"Yah.." Mia bermain-main dengan helaian rambutnya bersandar di kursi sambil menatap ke depan kelas "Aku mengenalmu sangat baik! Jika kau benar-benar benci dan marah maka tanganmu pasti sudah melayang untuk menampar wajah mereka. Tapi kali ini tidak semarah apa pun, tapi kau tidak menamparnya malah sebaliknya pergi begitu saja.. jujur padaku! Apakah kau masih memiliki perasaan untuknya?"
Citra menggerak-gerakkan bibirnya keningnya berkerut memandang Mia sesaat lalu menghela napas berat percuma saja jika ia menjelaskannya Mia tetap tidak akan mengerti "Apa kau ingin aku membaca pikiranmu lagi!" tanya Citra dengan nada tenang.
Seketika Mia tersentak dan duduk dengan tegap. "Tidak! Awas saja kalau kau melakukan itu lagi padaku!"
Citra tersenyum sinis "Jika kau tidak ingin maka berhenti membuang omong kosong seperti itu! Masa lalu ku dengannya telah berakhir! Dulu mau pun sekarang aku tidak memiliki hubungan apa pun dengannya kami hanya orang asing yang berada pada tempat yang sama hanya itu!"
Di luar Wisnu berdiri di dekat jendela mendengarkan setiap kata yang di ucapkan Citra tapi satu hal yang Wisnu tangkap jika Citra benar-benar marah dan benci maka jelas orang itu akan di tamparnya tapi kenapa dia tidak. Bibir Wisnu terangkat membentuk senyum tipis rasa sedihnya ketika mendengar kata-kata Citra sebelumnya hilang tak berbekas.
"Citra. Aku akan membuatmu mencintaiku lagi.!"
***