Mata Mia membulat kaget ia pun melambai pada Wisnu dan berlari mendekati Citra "He he he.. apa kau cemburu aku dekat dengan Wisnu.. benar bukan?"
Citra mendelik tajam menatap Mia seolah ia orang yang lebih bodoh dari Wisnu "Cih! Mata mu yang mana melihatku sedang cemburu padanya! Apakah dia pantas untuk aku cemburui! Gila!"
Mia masih tertawa cekikikan "Ya ampun! Hei.. kenapa emosinya sangat cepat berubah!"
"Tandanya aku hidup!"
Mia ingin membalas namun kata-katanya tersangkut di tenggorokan melihat seniornya yang bernama Reza sepertinya sedang menunggu Citra di teras masuk gedung. Mia segera merapat pada Citra ia tidak ingin tertinggal berita seperti sebelumnya. Citra terkejut dengan gerakan Mia yang merangkul lengannya begitu erat ia menoleh sekilas lalu beralih pada seniornya.
"Kak Reza.. kenapa kau di sini? Apa kau tidak ada kelas pagi ini?" tanya Citra ramah ia bahkan tersenyum.
Wisnu yang melihat itu dari jauh mengepalkan tangannya menjadi tinju menatap tidak senang "Jangan tersenyum padanya.. jangan tersenyum padanya!" gumamnya terus menerus. Wisnu seperti seorang psyco dadakan karena terbakar cemburu tapi apa pun yang di gumamkan Wisnu saat itu Citra tidak akan mendengarkannya ia masih tetap tersenyum hangat pada Reza.
"Aku bertanya-tanya.. apa kau punya janji nanti malam?"
Oh.. telinga gosip Mia segera berdiri seratus persen.
"Nanti malam.." Citra berpikir sejenak lalu menggeleng "Hmm.. tidak ada tugas yang akan aku kerjakan malam ini semuanya sudah selesai. Ada apa dengan nanti malam?"
"Temanku membuat acara reunian sekolah di sebuah kafe.. dan aku merasa tidak enak datang sendirian.."
Citra tersenyum lembut "Jadi, maksud kak Reza ingin mengajakku pergi menjadi pasangan kakak begitu?"
Reza mengangguk "Jika kau tidak keberatan! Hanya malam ini saja.. kau juga tidak perlu menjawab pertanyaan yang aneh dari mereka.. cukup abaikan saja.. bagaimana?"
Citra melipatkan tangannya di dada meletakkan telunjuknya di bawah dagu, bibirnya mengerucut, berpikir. Dari waktu ke waktu Citra merasakan pegangan Mia semakin erat ia menoleh sekilas melihat wajah sahabatnya yang terlihat muram. Citra tersenyum lebar dan mengangguk "Baik! Aku akan pergi!"
"Kalau begitu bagus! Nanti malam aku akan menjemputmu.." Citra mengangguk setuju "Nah, apa kau ada kelas pagi?"
Citra mengangguk dan menunjuk salah satu dosen yang akan mengajar mereka baru saja meninggalkan kantornya "Benar dan jika kau terlambat satu menit saja maka tidak ada kelas lagi untukku.." ujar Citra sambil bercanda.
Reza semakin merasa bersalah "Ha ha ha .. maaf! Aku telah menunda waktumu.. jangan khawatir jika kau mendapat masalah dari beliau katakan saja padaku! Beliau juga dosen yang baik tidak akan menyulitkan mahasiswanya.. pergilah.. aku akan menjemputmu nanti malam.."
Mereka segera naik tangga menuju lantai dua terburu-buru. Mia yang sejak tadi diam segera membuka mulutnya dan melemparkan banyak pertanyaan "Kenapa kau pergi dengannya! Kenapa kau setuju begitu saja! Apa kau tidak takut akan di culik olehnya!"
Citra menahan senyum "Kenapa? Apa kau takut aku akan membuka hati untuk kak Reza dan menggagalkan rencana mu untuk menyatukan aku dengan Wisnu..?"
Mia menganga tidak percaya, ia melepaskan pegangannya di lengan citra menunjuk sahabatnya tidak percaya "K-kau... kau.. membaca pikiran ku lagi!!!" Mia menghentakkan kakinya di lantai seperti anak kecil, ia terus merengek dan merengut tidak senang karena sekali lagi ia kecolongan, jika seperti ini terus ia tidak tahu kapan Citra akan membaca pikirannya lagi, jika saja ia tahu maka ia bisa bersiap-siap untuk memikirkan sesuatu yang lain untuk membodohinya. Mia memandang Citra sinis penuh permusuhan, ia bahkan memberi jarak duduk ketika di kelas.
Citra tertawa tanpa daya sambil menunjuk kepalanya lalu beralih menunjuk kepala Mia dengan senyum puas.
"Dasar licik!" gerak bibir Mia kesal.
Satu jam kemudian kelas selesai. Mia meregangkan badannya yang terasa kaku karena tidak bisa bergerak bebas dan harus memperhatikan penjelasan dosen dengan baik. Mia teringat pada Citra dan langsung menoleh pada sahabatnya itu sesaat kemudian matanya melebar gembira melihat sosok Wisnu yang menunggu mereka di luar.
Citra menyelesaikan buku terakhir yang di masukkan ke dalam tasnya lalu keluar "Jika kau lambat lagi aku akan meninggalkanmu!" peringatnya pada Mia yang terlihat masih belum membereskan buku-bukunya ke dalam tas.
Mia melambaikan tangannya "Tidak apa-apa.. aku bisa menyusulmu nanti.." kemarahannya sebelumnya karena Citra dengan seenaknya membaca pikirannya segera hilang. Sekarang ia akan melihat tontonan menarik lagi.
Citra baru saja melangkahkan kakinya keluar ketika sebuah suara berat mengagetkannya "Kenapa kau pergi bersamanya?"
Citra berbalik menatap Wisnu datar "Kenapa? Apa aku harus memberitahumu dulu dengan siapa aku pergi? Siapa kau?"
Wisnu mengatup bibirnya, wajahnya keras napasnya berat ia gelisah "Citra! Tidak bisakah kau tahu.. aku mencintamu.."
Citra memutar matanya bosan "Tidak bisakah kau berhenti! Aku tidak menyukaimu!" tegas Citra membalas ucapan Wisnu.
"Kenapa? Apakah kau menyukainya? Apakah karena itu kau tidak ingin kembali padaku."
Rasanya Citra ingin tertawa keras "Maaf.. sepertinya kau salah paham dalam beberapa hal? Kembali padamu? Kalau boleh tahu kapan kita bersama dan kapan kita berpisah?" pertanyaan Citra kembali mengunci mulut Wisnu.
"Seperti yang aku katakan sebelumnya.. hubunganku dengannya.." Citra segera mengangkat sebelah tangannya.
"Cukup! Aku tidak peduli tentang masa lalu orang lain! Bagiku semua itu hanya sebuah mainan saja! Yah, anggap saja seperti itu.. tolong berhenti mengikutiku! Dan berhenti ikut campur masalahku!" Citra berlalu pergi.
Wisnu menelan ludah ia merasa sakit di hatinya, andai saja ia bisa memutar waktu kembali ke masa itu ia akan mengikat Citra di sisinya dan tidak akan membiarkannya pergi satu langkah pun. Tapi apa sekarang gadis itu telah pergi bahkan untuk menoleh saja dia tidak mau.
Di saat kegundahan dan rasa sakit Wisnu. Mia muncul dari dalam kelas menatap Wisnu penuh simpati. "Jangan khawatir.. Kau hanya perlu menguatkan hatimu untuk mengejarnya.. kau tahu gadis itu sangat keras kepala! Dan menurutku dia sedikit lebih lembut padamu! Meskipun kata-katanya masih kasar seperti biasanya tapi tidak dengan sikapnya.."
"Aku sangat merindukannya setiap hari dan kini.. dia pergi jauh.."
Mia membawa Wisnu ke bangku yang memang di sediakan untuk duduk dekat jendela. Mereka duduk di sana dan Mia ingin tahu apa yang sebenarnya terjadi waktu itu. "Sebenarnya apa yang terjadi."
"Aku menghancurkan harinya, dan aku sudah kehilangannya sejak saat itu. Aku tahu kalau dia menyukaiku tapi karena seseorang aku harus menjaga jarak darinya dan selalu bersikap kasar padanya, aku tidak bisa mengatakan yang sebenarnya padanya sampai hari itu, aku tidak melihatnya lagi.. aku terus menunggu tapi dia tetap tidak pernah datang lagi."
"Siapa seseorang itu yang membuatmu harus bersikap di luar keinginanmu.."
"Dia.."