Chereads / Touch my heart Once again / Chapter 12 - eleven

Chapter 12 - eleven

"Ada apa kau seperti ingin menutupi sesuatu?"

Mia memandang ke arah lain. "Lalu jika aku memberitahumu ku harap pandangan mu terhadapnya tidak berubah."

Wisnu semakin penasaran "Tentu saja, kau tidak tahu bagaimana sulitnya aku mencarinya selama ini.."

"Pertemuan pertama kami tidak begitu bagus.. cara pikir kami selalu berlawanan, setiap hari selalu bertengkar tapi anehnya dia tidak pernah pergi dan menjauh dariku, aku tahu tidak bisa bicara baik mulutku sangat kasar dan tidak ada yang tahan dengan itu tapi dia tidak," Mia tersenyum kecil mengingat kenangan masa lalunya "Saat itu aku kenal dengan seorang cowok! Citra bilang dia bukan orang yang baik dan melarangku untuk pergi tapi aku tidak percaya, dan tetap pergi mengabaikan peringatan Citra. Satu minggu dia menolak untuk bicara padaku. Yah.. intinya akhirnya aku menyesal, apa yang di katakan Citra benar! Laki-laki itu tidak baik! Aku minta maaf padanya tapi dia menolak."

Wisnu tersenyum "..Dia sedikit pendendam bukan?"

Mia mengangguk dengan bibir mengerucut sedih "Bukan sedikit lagi tapi sangat pendendam, aku bahkan harus kehilangan uang jajan untuk satu minggu untuk mentraktirnya makan es krim di tempat yang mahal. Dan menyogoknya supaya dia tidak melakukan hal itu lagi untuk membuatku malu.."

Wisnu menoleh ke arah Mia "Hal memalukan seperti apa yang dia lakukan padamu?"

"Semenjak kejadian itu.. Dia.. dia membaca pikiranku! Dan menebak semua yang ada di kepalaku sampai aku kehabisan cara untuk berbohong padanya.."

Wisnu terkejut sampai menginjak rem mobil menatap Mia tidak percaya "Tadi.. kau bilang apa?"

"Dia, membaca pikiranku.."

"Ini.. apakah benar?" Mia mengangguk.

"Hm.. dia gadis paling jahat padaku! Andai saja aku bisa membaca pikirannya, mungkin aku bisa membalasnya sesekali." Mia terkekeh "Hei! Apa yang kau lakukan kita hampir kehilangannya ayo cepat susul mereka!" desak Mia sambil menepuk lengan Wisnu.

Wisnu yang masih belum sadar sepenuhnya setelah mendengar kabar mengejutkan dari Mia menyetir mobil dengan tatapan kosong tertuju pada satu mobil di depan mereka. "Mungkin karena itu dia pergi meninggalkan ku waktu itu, karena dia bisa membaca pikiranku.."

Mia menoleh "Hmm. Aku rasa tidak seperti ini.. Citra pernah bilang padaku kalau dia tidak bisa membaca pikiranmu.. dari banyaknya orang hanya kau yang tidak bisa ia baca.."

Jantung Wisnu berdetak kencang ".. Kau yakin? Apakah dia tidak berbohong?"

"Tentu saja! Dia tidak akan berbohong, Citra tidak bisa berbohong karena jika dia berbohong jari kelingking dan jari jempolnya selalu di satukan di balik kepalan tangannya."

Seketika Wisnu menghela napas lega. "Itu bagus.."

Mia menoleh ingin bertanya apa yang di maksud dengan 'itu bagus'. "Ah.. mereka masuk ke sana! Ayo cepat di sana sangat sulit mencari tempat untuk parkir.." tunjuk Mia pada salah satu toko buku terbesar yang baru saja merenovasi bangunannya menjadi lebih menarik.

Wisnu mengikuti perkataan Mia, dan apa yang di katakan Mia benar di sana sangat banyak mobil dan motor terparkir "Apa ini benar-benar toko buku kenapa sangat banyak orang ke sini seperti mendatangi pasar saja." Wisnu mengeluh terus mencari tempat parkir.

"Apa aku bilang! Toko buku ini paling lengkap. Lantai pertama khusus perlengkapan sekolah, alat musik, alat olahraga, alat kantor semuanya ada di sini. Lantai dua lebih lengkap lagi buku apa pun yang ingin kau cari ada di sana, dan lantai tiga sepertinya di khususkan untuk novel."

Wisnu akhirnya menemukan satu tempat yang kosong setelah berputar-putar hampir satu menit. "Kau seperti penjual saja, menjelaskan semuanya begitu detil. Apa kalian sering datang ke sini.."

"Ya.. sejak kami SMA Citra sangat suka membeli novel di sini.. tapi anehnya setiap kali dia mencari buku untuk pelajaran dia selalu pergi ke pasar loak, menurutnya buku-buku di sana selain harganya yang murah penjelasan di dalam buku juga lebih lengkap. Di sana banyak buku-buku tua."

Wisnu terdiam ia teringat pada buku yang di berikan Reza sebelumnya pada Citra, buku itu buku tua dan sangat sulit untuk mencarinya. Sebelumnya ia memang tidak berbohong pada Citra ia memang memiliki semua jilid buku itu tapi dalam bahasa inggris, sedangkan buku yang di berikan adalah jilid pertama dalam bahasa inggris.

Ketika mengingat usaha Reza untuk menyenangkan Citra membuat hati Wisnu tidak tenang ia semakin mempercepat langkahnya masuk ke dalam toko buku empat tingkat itu. Di belakangnya Mia mengekor terkejut dengan perubahan Wisnu yang sangat cepat.

"Hei! Kenapa kau sangat terburu-buru! Apa kau memiliki kepribadian ganda! Kau mudah sekali berubah-ubah dalam waktu singkat!." Mia di abaikan gadis itu mencebik, tapi hanya sebentar ketika matanya melihat sebuah tas cantik tergantung di pajangan. "Eh! Kau duluan saja! Aku akan melihat ke sana sebentar!"

Wisnu melambaikan tangannya tidak peduli, ia hanya ingin cepat menyusul Citra yang naik ke lantai dua. Wisnu semakin panas melihat bahu mereka saling bersentuhan. Laki-laki itu mengambil keuntungan dari kepolosan Citra. Rutuknya dalam hati, meskipun ia merutuk dari waktu ke waktu tapi ia tidak berani mendekat hanya bisa melihat dari jauh.

Wisnu segera menyelinap menuju rak buku khusus pengetahuan umum mereka hanya berjarak satu rak buku, Wisnu memandang wajah Citra yang tersenyum dari waktu ke waktu sambil menunjukkan salah satu buku pada Reza.

"Kak.. bagaimana dengan ini.. apakah bisa membantu melengkapi penelitian kakak yang belum lengkap, mungkin ada beberapa kata yang bagus di dalamnya.."

Reza mengambil buku itu dari tangan Citra dan tidak sengaja jari-jari tangan mereka bersentuhan. Wisnu melotot tidak senang hendak menghampiri mereka namun segera langkahnya tertahan seolah di paku pada lantai. Ia teringat lagi pada kata-kata Citra sebelumnya. Kalau mereka hanya orang asing yang bertemu tidak sengaja di tempat yang sama. Perlahan Wisnu menarik kembali langkahnya mundur terus mengikuti Citra dan Reza.

"Citra.. boleh aku bertanya sesuatu?"

Wisnu yang tadinya tertunduk segera menegakkan kepalanya. Ia menempelkan telinganya lebih dekat pada rak buku mengabaikan tatapan orang yang melewatinya.

"Apa itu?"

"Wisnu.. apa kalian saling mengenal sebelumnya? Maksudku.. setiap aku bersama mu dia seperti ingin mencincangku saat itu juga.. kau tahu ketika seseorang menyimpan permusuhan yang begitu pekat padamu, secara naluri kau pasti akan merasakannya sebagai peringatan dan penjagaan untuk diri sendiri."

Wisnu mengangguk puas dan bergumam dalam hati 'Kau tahu aku membencimu tapi kau masih berani mengajak Citra pergi di depan mataku!'. Wisnu melirik Citra dari celah buku gadis itu berjongkok pura-pura mencari buku di rak paling bawah.

"Dia.. seseorang yang tidak ingin aku temui lagi. Tapi..." lama Citra diam. Wisnu di balik rak juga tidak sabar mendengar kelanjutan kalimat itu tapi gadis itu akhirnya menghela napas "Hah! Sudahlah.. lupakan saja.. ayo kita cari yang lain."

****