Bicara soal belanja Mia adalah juaranya. Dia mengerti mode untuk acara apa pun. Karena itulah Citra sengaja mengajaknya pergi ke Mall untuk membelikan beberapa pakaian yang layak di pakai untuk menemani Reza pergi ke acara reuni nanti malam. Seperti dugaannya Mia terlihat sangat antusias bahkan hampir kalap berlari ke sana ke mari mengatakan.
"Ini cantik sekali.. ah! Itu juga cantik. Tidak! Ini lebih cantik! Akh! Aku bingung mana yang harus aku pilih." Kira-kira seperti itulah kehebohan yang di lakukan Mia sepanjang waktu. Dan selama itu pula ia harus menahan malu karena tindakan heboh Mia.
"Mia.. berhentilah bersikap memalukan!"
"Ck! Kapan aku bersikap memalukan! Ini karena aku terlalu antusias oke! Jangan halangi aku untuk bersenang-senang! Dan kau ke sini! Ikuti aku, sebelumnya kau melihat pakaian yang cocok untuk acara nanti malam.."
Citra terpaksa mengikuti dengan terpaksa ia mulai menyesal mengajak Mia pergi bersamanya, haruskah ia mengirim sahabatnya itu ke pulau amazon seperti niatnya yang tertunda selama ini.
"Ngomong-ngomong apa kau tahu? Kalau Wisnu juga akan pergi ke acara reunian itu." Kata Mia sambil memilih dres untuk di cocokkan pada Citra.
Citra yang awalnya mengantuk karena terlalu lama berbelanja segera membuka matanya lebar "Apa! Aku merasa kau mengatakan sesuatu yang tidak ingin aku dengar!" kata Citra.
Mia tersenyum simpul "Aku bilang! Wisnu juga akan pergi ke acara itu!"
"EH! Bagaimana bisa? Apakah dia bagian dari sekolah yang sama dengan kak Reza..?"
"Yaah.. aku juga tidak terlalu tahu tentang itu, tapi wisnu bilang dua juga akan ada di acara itu, dia bilang pernah satu sekolah dengan Reza meskipun mereka berbeda kelas." Citra semakin heran. Tapi apa pedulinya Wisnu tidak ada lagi di hatinya jadi kenapa dia harus peduli.
"Ini lebih cocok untukmu.. lihat. Warnanya juga bagus.."
Citra langsung mengalihkan perhatiannya pada suara yang tidak asing itu. Dan benar saja. Dia adalah gadis yang sama di lihatnya tiga tahun lalu. Kekasih Wisnu. Mata Citra beralih pada sosok tinggi yang berdiri membelakangi mereka.
"Tapi hitam lebih baik, merah terlalu berlebihan untukku.."
Citra merasakan jantungnya seperti di tusuk ribuan jarum. Apa ini? Kenapa masih sakit seperti tahun itu? Bukankah ia sudah melepaskan semuanya?
"Kau ini selalu seperti itu! Kenapa kau tidak pernah mendengarkan kata-kataku! kau harus tampil lebih tampan dari siapa pun! Lagi pula sudah sangat lama kau tidak pernah bertemu dengan mereka bukan?"
"Kau seharusnya juga pergi bukan? Dia juga ada di sana.. apa kau tidak ingin bertemu dengannya?"
Gadis itu mencebik "berhenti membicarakannya! Sekarang cepat coba ini aku akan menunggumu di sini! Pergilah, jangan buat pacarmu ini menunggu terlalu lama.."
Citra langsung berbalik mencengkeram dres di sampingnya hingga kusut, kenapa ia di sini, kenapa ia harus melihat ini lagi, dan kenapa hatinya sakit?
"Ada apa?" tanya Mia yang melihat kegelisahan Citra.
Citra langsung menggeleng dan menyeret Mia untuk pergi "Tidak apa-apa! Aku hanya merasa lapar! Apa kau sudah selesai ayo kita pergi!"
"Kenapa begitu buru-buru! Hei, citra.. aku belum selesai.. hei! Ini demi kecantikanmu di acara itu.."
"Pilih apa pun yang menurutmu cantik! Tapi kita harus pergi dari sini.." Citra masih tidak menyerah. dan menyeret Mia menjauh dari sana. gadis yang sebelumnya sedang memilih beberapa jas melihat ke arah Citra yang menyeret Mia pergi heran. Lalu kembali melanjutkan memilih beberapa kemeja yang bagus.
Di kafe mia menatap Citra penuh kebencian karena telah menghentikan aksinya untuk memilih lebih banyak pakaian. "Apa yang terjadi padamu! Kenapa kau bersikap seperti melihat hantu!"
Citra duduk termenung sedotan jus menggantung di mulutnya tatapannya kosong Mia semakin takut dan bertanya.
"Hei,, apa kau bangkrut? Jangan khawatir jika ayah dan ibumu tidak mengirimkan uang padamu, bukankah kau memiliki kakak yang baik mereka pasti akan mengirimmu uang kau hanya perlu meminta pada mereka.."
Citra menatap Mia sejenak "Mia.. sudah berapa kali kau pacaran?"
Mia hampir tersedak jus yang di minumnya "Kau.. kenapa bertanya seperti itu? Apakah ada yang kau sukai? Apakah Wisnu benar-benar tidak ada harapan?"
Citra diam "Aku sedang serius dan jangan menyebut nama itu lagi! Kalau tidak makanan ini kau bayar sendiri!"
Mia mencebik mengalah "...Ini sebenarnya sangat pribadi tapi karena kau bertanya maka aku akan mengatakan beberapa pengalaman ku padamu!" Katanya seperti seorang guru yang baik. "Aku hanya memiliki Alvin.."
Citra menatap sahabatnya tidak percaya tapi mia tidak menyerah "Jika kau tidak percaya kau bisa membaca pikiranku." Citra menatap mata Mia jarang melihat sahabatnya bertindak serius jadi Citra mengalah.
"Bukankah kau sangat suka pergi dengan para cowok-cowok tampan.." tanya Citra bingung.
Mia menepuk keningnya lalu tertawa terbahak-bahak ".. Ha ha.. kau tertipu juga ternyata.. bagaimana bisa aku mengkhianati Alvin!"
Citra tanpa aba-aba ternyata sudah membaca ingatan Mia "Kau benar! Bagaimana kau bisa melepaskannya di saat kau sudah menyerahkan semuanya padanya!"
Mata Mia melotot horor "Kau! Ini yang paling tidak aku sukai!" ketusnya "Ini terakhirnya kau membaca pikiranku! Jangan ada lagi lain kali!"
Citra terkekeh "Maaf! Aku tidak peduli dengan masa lalu mu dengan Alvin dan apa saja yang telah kau lakukan bersamanya, selama kau bisa menjaga diri dan tahu risikonya itu sudah cukup, aku tidak akan menghujatmu atau memandangmu menjijikan karena setiap orang punya pilihan dan keputusannya sendiri.. lagi pula Alvin memang mencintaimu.. jangan lakukan hal bodoh lagi.."
Mia langsung menghambur memeluk Citra "Kau benar-benar sahabat terbaikku! Sebenarnya yang aku lakukan dengan para cowok ganteng itu hanya untuk membuatnya cemburu karena dia terlalu cuek dan selalu sibuk dengan pekerjaannya."
Mendengar keluhan sahabatnya Citra berkata "Bukankah itu pilihanmu memiliki pacar yang sudah bekerja seharusnya kau bangga! Selain itu ada yang ingin aku tanyakan! Aku tidak tahu apakah kau pernah merasakannya atau tidak.."
Mia kembali duduk dengan baik "Apa-apa yang ingin kau tanyakan?!"
"Begini.. Apa kau pernah merasakan perasaan tidak senang saat melihat Alvin berjalan dengan gadis lain?"
Mia terdiam sejenak satu detik, dua detik, hampir satu menit Mia akhirnya tertawa terbahak-bahak. Citra menatap Mia kesal "Kau. Apa kau sedang cemburu? Pada siapa? Siapa orang yang telah membuatmu cembu-ru.." kata-kata Mia terputus ketika melihat dua sosok masuk ke dalam kafe yang sama dengan mereka, tapi dua orang itu tidak menyadari keberadaan mereka.
"Cemburu! Tidak mungkin!"
Mia menatap Citra yang duduk membelakangi pintu masuk kafe, sahabatnya terlihat masih linglung apakah pertanyaan barusan itu berhubungan dengan Wisnu? Apakah karena mereka... hingga Citra memintanya segera pergi dari sana? Diam-diam Mia melihat sahabatnya yang termenung.
****