"Kenapa dia masih di sini!" Citra menyikut Mia namun suaranya tidak terdengar kecil sedikit pun.
Dengan mudah Mia menjawab tanpa beban "Tentu saja dia di sini! Aku sudah mengatakan sebelumnya, aku tidak akan naik angkutan umum dan berdesak-desakan! Jika ada tumpangan gratis kenapa tidak di manfaatkan! Benar bukan? Wisnu.!"
Wisnu mengangguk cepat meletakkan gelas berisi minuman dingin yang baru saja di antar pelayan ke hadapan Citra "Tentu saja.. lagi pula aku senang membantu."
Menatap Wisnu sinis menjadi kebiasaan Citra akhir-akhir ini, dia sudah tidak ingin bertengkar lagi dengan laki-laki itu bukankah diam lebih baik dari pada membuang-buang tenaga dengan mengatakan ketidak sukaannya.
"Citra.. aku ingat kau sangat suka dengan jus apel.. aku sengaja memesannya untukmu.. minumlah.." Wisnu masih tidak menyerah.
Citra mengabaikan Wisnu melewati gelas jus dan mengambil air putih. Melihat itu Wisnu menghela napas berat.
"Citra.. kenapa kau tidak menghargainya dia sudah bersusah payah.." Mia mencoba membela Wisnu.
Citra menyendok salad sayur yang di pesannya "Masa lalu sangat berguna, karena masa lalu penuh dengan pengalaman yang layak di pikirkan dengan cara baru, semua pengalaman yang berharga atau tidak dapat menjadi awal untuk menciptakan masa depan yang lebih baik.. aku sudah memutuskan sejak lama akan melepaskan masa lalu termasuk semua kebiasaan dan selera makanku! Jadi.. aku sudah tidak menyukai jus apel lagi!"
Wisnu mematung cara bicara Citra seolah ia tidak peduli siapa pun tapi sangat menyentak ke hatinya "..Memang baik mengubah pengalaman menjadi sebuah pelajaran baru dalam hidup untuk kemajuan masa depan, tapi melepaskan selera yang telah ada sejak lahir bukankah itu terlalu kejam? Itu sama saja kau mencoba mengubah dirimu menjadi orang lain dan melupakan jati dirimu sendiri."
Citra diam tidak ingin menjawab. Mia diam-diam melirik antara sahabatnya dan pria tampan yang masih terus memandang Citra sendu. "Citra.."
"Makan! Jangan bicara!" ujar Citra.
Mia langsung menutup mulutnya dan makan dalam diam meskipun diam-diam ia masih melirik pada Wisnu yang masih tidak mengubah cara pandangnya. Lima belas menit kemudian mereka selesai makan "Setelah ini ke mana kalian ingin pergi?" tanya Wisnu.
Mia tersenyum lebar "Ayo kita jalan-jalan sebentar!"
"Tidak! Aku masih harus.."
"Citra! Aku salah, aku terlalu pengecut tolong beri aku kesempatan." Ujar Wisnu memotong kalimat Citra cepat.
"Aku tidak peduli dengan masa lalu, antara kita dari awal memang tidak ada hubungan apa pun, jadi kenapa aku harus memberimu kesempatan! Kita hanya dua orang asing yang kebetulan bertemu di tempat yang sama!" Citra berdiri meninggalkan meja makan dan pergi.
Wisnu juga menyusulnya tapi matanya harus melihat sesuatu yang tidak di inginkan lagi. Kenapa pria itu selalu ada di mana pun Citra berada apakah dia tidak memiliki pekerjaan lagin.
"Kak Reza? Ada apa?" tanya Citra menghampiri Reza yang sepertinya sedang menunggu seseorang.
"Ah! Citra, kebetulan sekali! Aku sedang mengerjakan laporan penelitianku tapi laptopku tiba-tiba macet aku tidak tahu bagaimana harus melanjutkan mengerjakan tugas itu waktu untuk memperbaiki laptop butuh waktu satu minggu sedangkan laporan itu harus aku serahkan besok lusa."
Citra memandang seniornya yang terlihat kebingungan, mereka sebenarnya sama-sama anak rantau yang tinggal di kos jauh dari orang tua dan tidak banyak memiliki kenalan yang bisa di percaya. Citra mengeluarkan laptop dari ranselnya "Jika kak Reza masih memiliki data cadangan, kakak bisa memakai laptop ku saja."
Reza terkejut ia melihat Wisnu berdiri diam menatap tajam ke arahnya, tapi bukan itu masalahnya ia tidak terlalu mengenal Wisnu tapi kenapa laki-laki itu selalu menebarkan rasa permusuhan yang pekat padanya. Pandangan Reza beralih pada Citra yang masih mengulurkan laptopnya. Ada perbedaan ketika Wisnu memandang mereka.
"Aku. Punya.. tapi, jika aku memakai laptopmu apa itu tidak mengganggu pekerjaanmu?"
Citra menggeleng "Tidak banyak tugas sekarang aku sudah menyelesaikan semuanya lagi pula jika pun ada tugas yang mengharusnya mengetik aku masih bisa menggunakan laptop Mia.. kak Reza bisa memakainya dengan tenang. Tak perlu terburu-buru."
"Baiklah.. ngomong-ngomong kau mau ke mana, biar aku mengantarmu."
Citra melihat ke belakang Wisnu masih berdiri di sana bersama Mia, keningnya berkerut bagaimana harus mengartikan arti dari tatapan laki-laki itu. Tapi untuk sekarang ia belum ingin untuk berada atau melihat laki-laki itu dari dekat, meskipun ia hampir melupakan masa lalu tapi rasa sakitnya masih ada.
"Bagaimana dengan kak Reza apakah sibuk?"
Reza terdiam sesaat berpikir sambil memandang Citra dengan pandangan mata berbinar cerah "Bagaimana kalau kita pergi ke toko buku.."
"Tentu! Ayo!"
Citra dan Reza pergi sambil beriringan "Mereka pergi! Kau tidak ingin mengikuti mereka!" suara Mia terdengar dari samping Wisnu.
"Huh!" Wisnu mendengus " Tentu saja! Apa kau juga mau ikut!"
Kali ini senyum Mia juga semakin lebar "Dengan senang hati! Aku tidak akan melewatkan gosip terbesar tentang sahabatku! Ini kejadian langka Citra mau pergi dengan orang lain. Dan orang itu berjenis kelamin laki-laki.. ha ha ha!"
Wisnu terkejut mendengar itu "Apa kau bilang? Ini pertama kalinya?"
Mia mengangguk polos "Hm.. kami sudah berteman sejak masih SMA dan semenjak itu pula aku belum pernah melihatnya menerima ajakan cowok yang mengajaknya pergi jalan-jalan atau pun sekedar minum di kantin. Dia selalu menolaknya dengan alasan sibuk belajar dan tidak punya waktu! Ini pertama kalinya. Aku pikir dia akan memperlakukan kak Reza sama seperti yang lainnya tapi sepertinya dugaanku salah kali ini.. ayo! Wisnu.. kita susul mereka!" desak Mia berlari ke arah parkir penuh semangat.
Wisnu yang mendengar itu tidak tahu apakah ia harus senang atau marah. Ia ingin tahu alasan Citra menolak semua orang di masa lalu dan menerimanya sekarang apakah gadis itu sengaja melakukannya hanya untuk membuatnya cemburu?
"Hei! Apa yang kau lakukan berdiri seperti patung di sana! Cepat kita harus menyusulnya!" Mia berteriak di atas suara paling tingginya.
Wisnu terkejut menatap sekeliling dan melihat Mia sudah jauh di lapangan hampir sampai di area parkir. "Toko buku mana mereka pergi?" tanya Wisnu ketika mereka sudah di dalam mobil.
"Di kota ini ada banyak toko buku! Karena itulah aku memintamu untuk menyusul mereka dengan cepat! Aku malas untuk menjelajah satu persatu toko buku untuk mencarinya, terlalu jelas. Jika Citra tahu dia pasti akan mengomel padaku siang malam. Selain itu dia sangat mengerikan!"
Wisnu terkejut "Mengerikan bagaimana?"
Mia terlihat serba salah ia takut jika Wisnu tahu tentang kelebihan Citra apakah dia akan menganggap sahabatnya itu seperti monster?
"Ada apa kau seperti ingin menutupi sesuatu?"
***