Chereads / Touch my heart Once again / Chapter 5 - four

Chapter 5 - four

"Aku pulang duluan! Jika kau masih ingin di sini maka lanjutkan!" ia pun berbalik.

"Eh! Cit.. Citraaa.. heiiii.." Mia juga tidak bisa berteriak keras karena mereka berada di perpustakaan.

Wisnu berdiri hendak menyusul Citra tapi akhirnya ia kembali duduk dan menghela napas kecewa.

Citra menuruni anak tangga dari lantai tiga perpustakaan menuju lantai satu dengan terburu-buru. Wajahnya muram ini hari paling sial untuknya. Jika ia tahu kalau Wisnu adalah seniornya ia tidak akan mau mendaftar di universitas ini, tapi apa sekarang nasi sudah menjadi bubur. Citra mendengus jantungnya masih berdegup kencang membuat langkahnya sedikit goyah dan hampir jatuh jika saja Mia tidak menarik tangannya.

"Hei! Apa yang kau pikirkan! Ini lantai dua! Kau bisa jatuh berguling-guling ke bawa. Perhatikan langkahmu!" tegur Mia sambil mengatur napasnya dan menyandang tas selempang cantiknya "kenapa kau pergi begitu saja. Sangat jarang dan sulit untuk melihatnya di kampus tapi kau bertindak sangat aneh.. apakah dia benar-benar orang yang kau cerita kan itu? Tapi kenapa aku merasa kalau dia tidak seperti yang ada dalam ceritamu? Jangan-jangan kau salah menceritakan orang lagi.."

Mia terus berceloteh menuruni anak tangga satu persatu. Citra memegang tali ranselnya erat "Kau bilang dia senior kita, kenapa dia tidak hadir di saat penerimaan mahasiswa baru waktu itu?"

Mia berpikir sesaat "Kalau itu aku juga kurang jelas tahu.. tapi ada beberapa orang bilang kalau dia baru saja pindah ke kampus kita.. mungkin karena itu dia tidak bisa muncul di hari penerimaan mahasiswa baru! Kenapa?" tanya Mia melongok sedikit ke depan menatap wajah muram Citra.

Citra menarik napas berat lalu menggeleng "Tidak ada apa-apa.."

"Jadi benar dia orangnya?" tanya Mia lagi ingin memastikan.

"Apakah kau begitu kurang kerjaan hingga sangat ingin tahu tentangnya, kenapa kau tidak mengambil jurusan jurnalistik saja dan jadikan dia sumber materimu!" ujar Citra ketus.

"Ops.." Mia segera menutup mulutnya diam. Kali ini Citra sepertinya benar-benar kesal jadi ia tidak ingin menambah kesal sahabatnya "Ke mana kita sekarang?"

"Pulang!!"

Mia langsung berbalik menatap Citra "Begitu cepat?"

"Apa lagi! Aku tidak ada kuliah lagi! Jadi kenapa aku harus berada di kampus sampai sore!" katanya lagi berjalan ke arah parkir mobil. Sesampainya di sana Citra berhenti menatap tidak percaya pada mobilnya yang terjepit oleh dua mobil. Ia menatap tidak percaya bagaimana cara dia masuk ke dalam mobil? Membuka pintu saja ia tidak bisa.

"Ini! Ini! Siapa pemiliknya!" teriak Citra marah sambil menendang ban mobil itu silih berganti. "Apakah mereka tidak bisa melihat! Sepertinya tidak! Mungkin akuk harus menunjukkan mereka jalan menuju ke rumah sakit mata supaya mereka bisa melihat kalau ada tempat yang lebih luas di sana. TAPI KENAPA MEREKA MASIH BERDESAKAN DEKAT MOBILKU!!! SATPAAAAAAMMMM!!"

Mia yang berdiri di belakang menutup telinganya menggunakan kedua tangannya menatap tanpa dosa pada Citra. Gunung merapi telah meletus sekarang lavanya sudah mulai menyebar ke mana-mana. Apakah dia harus mengungsi naik angkutan umum saja.? Mia menggeleng. Tidak angkutan umum terlalu panas dan berdesakan. Lebih baik ia bersabar saja menunggu emosi Cita tenang.

"Oh.. maafkan aku.. aku tidak tahu kalau mobil ini milikmu!"

Kening Citra semakin berkerut ia berbalik memutar badannya menatap tajam pada sosok Wisnu yang berjalan ke arahnya lengkap dengan senyum lebarnya. Sumpah serapah dalam hati Citra hampir menyembur lagi, ia segera berbalik menyilangkan kedua tangannya di dada berkata datar dan dingin.

"Singkirkan cepat mobilmu!"

Wisnu tersenyum kalem seolah yang di hadapannya bukanlah Citra yang sedang marah. "Oke sebentar aku akan mencari kunci mobilku dulu!" Wisnu merogoh saku jaket dan celananya mencari-cari sesaat kemudian ia menatap Citra dengan pandangan bersalah.

"A-apa sekarang?!" tanya Citra khawatir.

"Aku lupa kunci mobilku pada temanku!"

"APA!! KAU SENGAJA MELAKUKAN SEMUA INI BUKAN!!! CEPAT PANGGIL TEMANMU ITU!!" teriak Citra kalap. Mia bahkan melangkah mundur tidak ingin tersambar kilat emosi dari Citra.

Wisnu terkejut tapi secepat hembusan angin ekspresinya kembali tenang "Tunggu sebentar.." sambil mengeluarkan ponselnya menghubungi seseorang. Citra menolak untuk menatap Wisnu jadi ia hanya memberikan punggung pada laki-laki itu, wajahnya berkerut merengut kesal. Ia sudah tidak ingin berada di tempat yang sama dengan Wisnu. Bayangan masa lalu selalu tumpang tindih di ingatannya membuat hatinya sakit.

"Temanku akan mengantarkannya sebentar lagi.." Wisnu berkata menyimpan kembali ponselnya ke dalam saku celananya, ia menatap punggung kurus Citra, sudut bibirnya kembali terangkat. Gadis ini telah menghilang hampir tiga tahun membuatnya kesulitan mencarinya. Ia tidak menyangka bahwa hari itu adalah hari terakhirnya melihat gadis itu. Membuatnya tidak bisa tidur dan makan dengan baik, setelah ia lulus sekolah ia masih terus mencarinya namun tidak mendapatkan hasil sampai akhirnya dua bulan lalu, seorang teman melihatnya sedang mengikuti ujian masuk salah satu universitas.

Ia yang sudah kuliah di luar negeri mentransfer nilainya dan kembali ikut mendaftar di kampus dan jurusan yang sama dengan gadis itu, beruntung Citra mengambil jurusan yang sama dengannya. Ia terlalu sibuk mengurus beberapa nilai dan surat transfer dan tempat tinggal yang berdekatan dengannya. Ketika memiliki waktu ia sengaja datang ke kampus untuk melihat Citra tapi gadis itu seperti bunglon sangat sulit di temukan.

Seperti hari ini ia harus menggunakan koneksi teman-temannya untuk mencari tahu keberadaan Citra dan akhirnya ia menemukannya sedang berada di gedung perpustakaan sedang mengerjakan tugas bersama seorang temannya.

Wisnu sebenarnya ingin datang secara diam-diam tapi tidak menyangka kehadirannya bisa membuat keributan seperti itu. Wisnu senang ketika melihat punggung gadis itu lagi, punggung yang dulu meninggalkan kesan dingin untuknya, punggung yang akhirnya menyadarkannya kalau ia mencintai gadis itu melebihi apa pun.

Wisnu terus masuk ke dalam perpustakaan, beruntung mereka berada di sana jadi orang-orang yang bertindak di luar kendali segera tenang setelah di tegur oleh beberapa orang yang sedang belajar atau sekedar membaca buku di sana. Wisnu berjalan ke arah tempat duduk Citra. Tapi sepertinya gadis itu tidak tertarik pada hal apa pun dia hanya fokus pada kertas di hadapannya sedangkan temannya terus mencoleknya.

"Hei.. lihat siapa yang datang.."

Sudut bibir Wisnu semakin terangkat jalan pintas untuk dekat dengan Citra terbuka lebar di depannya. Melalui sahabatnya ini maka Wisnu akan terus meneror Citra sampai gadis itu berbalik lagi padanya.

"Aku tidak peduli selama dia bukan hantu!"

Wisnu hampir tersedak sepertinya hantu lebih menarik dari dirinya, tapi benar. Citra tidak suka sendiri apa lagi saat gelap. Ia juga tahu setiap temannya mengajaknya nonton film horor di bioskop dia akan langsung menolak tanpa berpikir panjang, semua itu karena dia takut hantu.

****