Saat malam menjelang beberapa orang sudah masuk ke dalam tenda untuk istirahat. Citra duduk di dekat api unggun menikmati kehangatan yang di pancarkan api unggun, Reza duduk di kursi lipat dengan sebuah gitar di pangkuannya, ia bernyanyi seiring petikan senar gitar bersama anggota yang lain.
Diam-diam Citra juga menikmati alunan lagu itu, suara Reza sangat bagus, seniornya itu paling bisa menarik perhatian para gadis-gadis. Terbukti sekarang yang mengelilinginya lebih banyak perempuan sedangkan laki-laki duduk berjarak menatap Reza iri. Citra tertawa pelan merapatkan jaket di tubuhnya menghalau rasa dingin yang di bawa angin malam.
"Boleh aku duduk di sini?"
Tanpa menoleh Citra sudah bisa menebak siapa orang itu "Duduk lah.."
Wisnu duduk di atas rumput di samping Citra menautkan kedua telapak tangannya ia juga terlihat sedikit gugup. "Citra.. Aku minta maaf, keberadaan ku di sampingmu mungkin membuat mu tidak nyaman dan stres."
Citra mengangkat sudut bibirnya "Tidak apa-apa, aku tahu kau tidak bermaksud meyakitiku."
Wisnu menoleh ke samping menatap Citra lama "Terima kasih.."
"Hm.."
"Ini sudah malam kenapa kau masih duduk di luar? Di mana Mia?" tanya Wisnu sambil melongokkan kepalanya kiri kanan mencari seseorang yang selalu menempel pada Citra.
"Mia tidur! Dia seperti monyet seharian ini, lompat sana lompat sini, tidak pernah diam." Ujar Citra dengan senyum kecil di bibirnya.
Drtt... Drttt...
"Ponselmu.." Kata Wisnu.
Citra berkata balik "Ponselmu. Ponselku, aku tinggalkan di dalam tenda."
Wisnu menyadari kebodohannya. Ia merogoh saku celananya melihat nama Manda pada pesan masuk.
Manda "Aku tahu kau pergi kamp, apa kau sengaja menghindariku.. Wisnu bisakah kita bicara?.
Wisnu menatap Citra yang tidak menoleh padanya sedikit pun. Ponselnya kembali berdering satu pesan lagi dari Manda. "Kenapa kau tidak balas? Tolong balas pesanku, Wisnu! Apa kau membenciku?"
Melihat tidak ada reaksi dari Citra, Wisnu membalas pesan Manda "Mari kita bicara saat aku kembali." Wisnu berbalik menatap Citra bertanya "Kau ingin makan sesuatu? Seperti mi rebus mungkin?"
Citra menggeleng "Aku tidak lapar.."
Wisnu diam, lalu berdiri berjalan ke arah bagian konsumsi. Citra menatap punggungnya, hanya itu yang bisa ia tatap, Citra tidak berani mengambil resiko dan membuatnya pingsan sekali lagi. Citra hampir jungkir balik ketika melihat Wisnu berbalik dan mata mereka saling terkunci.
Tatapan mata Ocha kosong seketika, semakin lama, raut wajahnya semakin mengerut seperti sedang menahan sakit. Di bagian konsumsi Wisnu tersenyum lalu kembali melanjutkan langkahnya. Citra menarik napas dengan susah payah, dadanya terasa sesak. Apa yang baru saja ia baca. Kenapa Wisnu berbalik seperti itu.
"Hukh.." Citra mual, kepalanya berdengung dan sakit sekali, darah kental mengalir di hidungnya. Pandangannya semakin berkunang-kunang. Citra berdiri menyeret langkahnya kembali ke tenda. Tapi langkahnya semakin tidak stabil dan berubah arah menuju bagian kesehatan. Ia tidak ingin mengganggu waktu istirahat Mia lebih baik ia pergi ke tenda kesehatan saja dan istirahat di sana.
Citra semakin kesulitan menyeret langkahnya, pandangannya semakin menggelap dan akhirnya ia terjatuh tidak sadarkan diri.
Wisnu yang baru selesai masak mi rebus kembali ke tempat duduknya bersama Citra sebelumnya dengan sebuah mangkuk yang mengepulkan asap panas di tangannya. Wisnu menatap sekeliling mencari Citra, karena gadis itu sudah tidak ada lagi di sana. Wisnu meletakkan mi rebusnya di atas meja dan pergi mencari Citra.
Ia berlari ke tenda milik Citra untuk melihat apakah gadis itu kembali ke tendanya atau tidak, namun ketika ia melihat hanya ada Mia sendiri di sana Wisnu semakin khawatir. Ia juga sudah mencari ke kamar mandi tidak ada satu orang pun di sana kecuali segerombolan nyamuk yang menggigitnya.
Wisnu bertanya pada setiap orang yang berpapasan dengannya, tepat ketika ia melewati tenda kesehatan ia melihat sesosok tubuh terbaring di bawah pohon, Wisnu mengenal sosok itu dari pakaian yang ia kenakkan. Secepat kilat Wisnu berlari menghampiri Citra dan membawanya masuk ke dalam tenda kesehatan.
Tidak ada siapa pun di sana, karena semua orang yang sulit tidur memilih duduk mengelilingi api unggun sambil bernyanyi bersama-sama. Wisnu membaringkan Citra di atas tempat tidur lipat. Mengambil tisu basah dan menghapus noda darah di hidung Citra. Tangan laki-laki itu bergetar ketakutan. Setelah bersih ia menarik selimut dan menutup tubuh Citra supaya terhindar dari udara dingin.
"Apa yang terjadi kenapa ia pingsan lagi, dan berdarah seperti ini?" tanya Wisnu entah ke pada siapa. Wisnu menunggu Citra sampai bangun ia bahkan duduk di kursi lipat tanpa bergerak sedikit pun tatapan nya fokus tertuju pada mata Citra yang tidak membuat gerakan sedikit pun. Wisnu sangat berharap kelopak mata itu sedikit bergerak.
Hampir satu jam, kening Citra mulai berkerut ia juga terlihat gelisah dan kesakitan, Wisnu tidak membuat gerakan apa pun selain diam menatapnya. Ketika mata Citra terbuka yang pertama di lihatnya adalah Wisnu, kembal mata mereka saling tatap. Citra dengan cepat menoleh ke arah lain.
"Maaf! Sepertinya aku sudah merepotkan mu.." Wisnu diam saja, Citra kembali berkata "Akhir-akhir ini kesehatanku kurang baik, panas dikit saja aku langsung seperti ini.."
Wisnu masih diam ia tidak mempercayai Citra karena setiap mereka berdua saja, Citra selalu membuang pandang ke arah lain, pernah sekali mereka tidak sengaja saling bertatap mata gadis itu segera memutuskannya dengan menatap ke arah lain, apakah melihat wajahnya begitu menjijikkan. Kenapa reaksinya begitu cepat.
"Maaf! Aku tidak ingin merepotkan mu.."
Citra bangun dari tempat tidur, Wisnu langsung menahannya "Ke mana kau akan pergi?"
"Kembali ke tenda. Mia akan khawatir jika dia tidak melihatku di sana." Kata Citra gugup.
Wisnu menghela napas panjang "Citra... kenapa kau tidak bisa menatap mataku langsung.. kenapa kau selalu menghindari tatapan ku. Dan kenapa juga tidak boleh bertatapan. Apakah aku benar-benar menyiksamu.?"
Citra tersenyum tipis dan melepaskan pegangan tangan Wisnu "Apa yang kau katakan! Sudahlah sebaiknya kau juga kembali ke tenda dan tidur." Citra hendak pergi namun ia mengingat sesuatu "Wisnu... Kau tidak harus menjagaku. Kau harus bersama teman-teman mu. Aku juga akan bersama teman-teman ku. Kau datang bersama teman-temanmu jadi kau harus menghabiskan waktu bersama mereka."
Wisnu diam. Membiarkan Citra pergi meninggalkannya sendirian duduk di kursi lipat di tenda kesehatan. Malam itu terasa sangat panjang untuk Wisnu. Sejak awal ia ikut kamp hanya untuk mendekati Citra, untuk mengejar Citra bukannya menghabiskan waktunya bersama teman-teman gilanya.
Wisnu menghela napas prustasi, padahal ia juga sudah memasak mi rebus untuk mereka berdua berharap mereka bisa lebih dekat, tapi belum ia memulai Citra sudah membuat jarak yang jelas lagi di antara mereka.
****